Meninggalkan obrolan di tengah-tengah makan malam Taehyung. Kini di tempat lain, Jungkook tampak nyaman merebahkan diri tepat di sisi sang istri.
Mona memainkan jari jemarinya di atas otot perut Jungkook, dengan laki-laki itu yang mengusap lembut surai halus sang istri. Hening, sejenak menyapa setelah keduanya usai melakukan hubungan intim malam ini.
"Jungkook, tadi aku kembali terburu-buru saat menemani mu syuting. Aku bertemu dengannya, orang yang akan menjadi pekerja baru di rumah kita."
"Ya, bagaimana dengan itu?"
"Dia tampak lugu, baik, dan jujur. Pribadi yang menyenangkan."
"Bukan itu, bagaimana dengan pekerjaan juga bayarannya yang aku maksud."
Monata berpikir sejenak, meski pekerjaan Taehyung tidak terlalu berat jika di bandingkan dengan pekerja yang lain. Mona tetap berniat memberikan gaji yang sama, juga fasilitas lain yang para pekerjanya dapatkan saat mereka berada dalam rumah ini.
"Berikan gaji yang sama meski pekerjaannya terbilang lebih mudah tapi aku mau dia merasa nyaman bekerja di sini." Ucap wanita itu.
Hanya di jawab anggukan, soal uang bukanlah hal yang sulit bagi Jungkook. Dia hanya ingin Mona merasa senang, dan pekerjaan rumah ini berjalan dengan baik.
"Sepertinya dia lebih tua dari mu, sedikit."
"Usianya tidak terlalu jauh, sebut saja senyaman nya."
"Ya lakukan seperti biasa, bukan kali pertama dan ku harap dia suka bekerja dengan kita." Jelas wanita itu.
Jungkook hanya mengangguk. Mereka memang terbiasa menyebut Paman, Bibi pada pekerja yang usianya lebih tua. Dan menyebutkan nama pada pekerja yang berusia tidak jauh berbeda dengan keduanya.
"Kapan dia mulai bekerja?"
"Besok, aku juga memintanya untuk tinggal."
Kedua kalinya, Jungkook menjawab ucapan sang istri dengan mengangguk kecil. Dia menarik lengannya dari pucuk kepala Mona, dan membuat wanita itu tersandar kian nyaman di atas ranjang tidurnya.
"Tidurlah, sudah larut malam." Ucap Jungkook.
Mona mengangguk, menyamankan tubuhnya di atas bantal yang empuk. Kini dia tampak bersiap untuk tidur, dengan ciuman lembut di pipinya sebagai pengantar tidur.
Jungkook turut merebahkan diri. Dia mencari posisi terbaik, sebelum akhirnya lelap dalam tidurnya malam ini. Mona meraih ponsel genggamannya, entah mencari apa dan kini mengirim sebuah pesan singkat yang tidak dia beri nama.
Kembali mematikan ponselnya, Mona mendekat ke arah Jungkook dan menyusul laki-laki itu untuk mulai terpejam.
Malam yang sangat nyaman juga turut Taehyung rasakan, bersama dengan Jimin orang yang tidak lain adalah sahabatnya sejak kecil. Dua orang itu tampak tertidur dengan nyaman, meskipun beralaskan selimut tebal dengan tv yang masih menyala.
Keduanya sepakat untuk tidak tidur di kamar. Membuat alas tidur seadanya, Jimin meminta untuk tidur bersama dengan menonton televisi sebelum besok Taehyung benar-benar pergi.
Ingin menghabiskan waktu berdua, tentu saja sebelum keduanya kembali di sibukkan oleh kewajiban dan tuntutan pekerjaan masing-masing.
Entah apa yang mengusik Taehyung, mungkin apa yang kini berada dalam pikirannya membuat laki-laki itu terjaga kembali. Menatap sang sahabat yang sudah terlelap, Taehyung mendekat dengan mencium kening Jimin tanpa permisi.
"Aku akan membantumu! Bagaimanapun yang aku kerjakan, aku akan bertahan untuk membantu perekonomian kita. Jimin-ssi."
Gumam Taehyung, yang tahu betul bagaimana sulitnya Jimin dalam mencari uang. Memikirkan sewa apartemen juga kebutuhan mereka makan, Taehyung tidak akan melupakan hal itu, bagaimana Jimin membantunya tanpa sedikitpun mempermasalahkan keadaan Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Addiction.
Fanfictionmenjadi orang miskin memang tidaklah mudah. harkat martabat, juga kehormatan manusia seperti Taehyung memang selalu menjadi pertaruhan oleh orang-orang besar di atas sana. namun bisakah dia sebut ini sebuah candu yang hebat? bagaimana dia mewajarkan...