Taehyung berjalan, mengikuti langkah kaki Jungkook yang kini menuju kamar pribadinya. Terasa begitu canggung, lengan Jungkook memberi isyarat agar laki-laki itu bergegas masuk dan mengerjakan pekerjaannya.
"Di sana toiletnya, lakukan pekerjaan mu."
Ucap laki-laki itu, menunjuk ke arah pintu yang berada di dalam kamar tersebut. Tampak Mona memunggungi keberadaan Taehyung, wanita itu berada di atas ranjang dan terlelap begitu nyaman.
"Baik, Tuan."
Taehyung menjawab, berjalan perlahan menghampiri pintu toilet itu dan mengerjakan apa yang bosnya pinta.
Di luar, Jungkook membuka baju hangat yang dia pakai dan melemparkannya ke sembarang arah. Dia melirik ke arah Mona, membiarkan sang istri terlelap tanpa terganggu dengan aktivitasnya.
Dalam toilet kamar itu, Taehyung kembali di buat bingung. Ini toilet yang paling megah yang bisa dia lihat, dia bahkan kebingungan tombol mana yang harus dia tekan saat ini. Membacanya satu-satu, hingga air hangat mengucur dan memenuhi bathub mandi itu.
Meraba air yang dia isi, memeriksa apakah suhu air ini cukup untuk Tuannya? Karena sebagai seorang laki-laki, Taehyung paham betul kendala laki-laki lain yang hendak berendam air hangat.
"Di sebut hangat itu seperti ini? Bagiku ini sudah cukup, perlukah suhunya aku naikkan?" Gumamnya, menggerutu seorang diri di dalam toilet itu.
Ceklek.
Suara pintu toilet terbuka, Taehyung yang masih mengisi air dalam bathtub itu sontak menoleh. Menyingkir saat tahu siapa yang datang, kini wajahnya kembali bersembunyi dengan kepala yang menunduk.
"Lama sekali?" Tanya Jungkook.
"Maaf, aku belum terlalu memahami cara menggunakan kecanggihan teknologi yang ada di rumah ini Tuan. Airnya sudah siap." Jawab Taehyung.
Jungkook datang mendekat, dia justru berdiri kini tepat di hadapan Taehyung. Menaikan dagu Taehyung yang terjatuh, kini wajah kedua laki-laki itu saling menatap kembali satu sama lain.
"Menunduk untuk menghormati tidak sedalam itu. Aku memang Tuan rumah, namun kau tidak perlu berlebih hingga terus membuang wajah."
"Maaf Tuan, aku hanya tidak ingin bertingkah tak sopan."
"Begitu? Lalu mengapa masih berdiri di sini. Aku akan mandi, perlukah kau melihat aku membuka celana juga?"
Menggeleng ribut, Taehyung membungkuk sesaat seraya hendak keluar dari toilet itu. Namun entah apa, sesuatu menahan langkahnya.
Sret.
Lengan Jungkook menahan kepergiannya, menggenggam itu sesaat yang membuat Taehyung kembali menatap sorot mata bosnya.
"Pakaian kotor ku tolong benahi, dan siapkan pakaian ganti untukku."
Nafasnya yang sempat tercekat, kembali Taehyung hembuskan. Dia berpikir Jungkook akan memecatnya, atau tanpa sadar Taehyung melakukan kesalahan. Syukurlah, hanya permintaan itu saja?
"Tuan, aku belum di ajari soal itu. Bagaimana jika aku salah memilihkan baju untuk anda?" Jawabnya, gugup dengan tangan Jungkook yang masih menggenggamnya.
"Carikan saja aku baju santai, apa itu sangat sulit?"
Taehyung menunduk, dia berjalan setelah genggaman tangan Jungkook menyingkir dari tubuhnya. Keluar dari toilet dan kini mencari pakaian kotor yang bosnya maksud, memungut lantas membawa itu keluar dari kamar utama mereka.
Menutup pintu kamar itu rapat, Taehyung membalik tubuhnya dan bersender pada pintu kamar yang tertutup. Memejamkan mata, dia meraba dadanya yang terasa begitu sesak. Apa-apaan? Ini har pertama dia bekerja, namun Taehyung hampir saja mati akibat ulah bosnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Addiction.
Fanfictionmenjadi orang miskin memang tidaklah mudah. harkat martabat, juga kehormatan manusia seperti Taehyung memang selalu menjadi pertaruhan oleh orang-orang besar di atas sana. namun bisakah dia sebut ini sebuah candu yang hebat? bagaimana dia mewajarkan...