15

1.3K 185 16
                                    

"Oh, apa yang sebenarnya terjadi?" Kata itu keluar dari mulut Satoru ketika melihat adiknya lari menjauh dari hadapannya. Satoru menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Handphone Satoru berbunyi membuat pemiliknya menghela nafas panjang dengan perasaan kesal.

"Moshi moshi, ini Satoru. Ada perlu apa Yaga-sensei?"

"Satoru, kumpulkan beberapa penyihir Jujutsu di Tokyo—"

"Di hari liburku, kau jahat sekali sensei" ujar Satoru tidak senang dengan keinginan gurunya itu.

"Jangan potong pembicaraanku! Kita akan mengadakan rapat. Mata-mataku memiliki informasi tentang Suguru"

"Aku akan segera ke tempatmu sensei" balas Satoru dengan serius. Keinginannya untuk mendengar laporan dari Yaga-sensei sangat kuat, tapi Satoru tidak bisa menghapus perasaan janggalnya saat ini. Energi kutukan milik Suguru sangat samar terasa, bahkan bila Satoru tidak dalam keadaan fokus dirinya tidak akan merasakan energi tersebut.

"Dimana kau Suguru?" gumam Satoru pelan sambil membuka penutup matanya. Six Eyes melihat dengan radius satu kilometer.

"Sial" ujar Satoru ketika energi kutukan Suguru menghilang begitu saja. Jika seseorang bisa menemukan kelemahan dari Six Eyes, dia yakin bahwa orang tersebut adalah Suguru. Sebagai mantan sahabat dekatnya Satoru tau bertapa cemerlangnya otak Suguru. Tak hanya itu, Satoru sering meminta Suguru untuk berlatih bersama sambil mengasah Six Eyes dan Limitless miliknya.

Satoru dengan berat hati akhirnya memutuskan untuk pergi dari tempat itu dengan ber-teleportasi menuju sebuah apartemen mewah.

"Nanamin, buka pintunya" Satoru menyilangkan tangannya di depan dada menunggu pemilik apartemen itu membukakan pintu.

Lima detik berlalu.

"Nanamin!! Buka pintunya ada pesan darurat dari sensei!" Satoru berteriak dengan kencang yang mengakibatkan beberapa pintu apartemen yang lain terbuka dengan masing-masing pemiliknya yang menampilkan wajah marah dan penasaran.

Satoru tertawa kikuk melihat tetangga Kento Nanami. "Maaf semuanya" ujar Satoru sambil melambaikan tangan enggan untuk menunduk. "Hahaha, Aku mencari teman dekatku Nanamin. Mungkin dia sedang memiliki masalah dengan pendengar—" Belum selesai dengan kata-katanya pintu yang ada di samping Satoru terbuka, dan dengan cepat pemilik apartemen itu menarik tubuh Kepala klan Gojo itu lalu menutup kembali pintu rapat-rapat.

"Sakitlah Nanamin" rengek Satoru (meskipun tidak sakit karena Limitless miliknya) yang dibanting di lantai apartemen itu oleh orang yang dipanggil Nanamin.

"Gojo-san" Nanami menatap Satoru tajam.

Satoru tertawa riang "Kau tau kan aku sudah imun dengan tatapan tajammu, Nanami~"

Nanami menyerah dengan kelakuan penyihir seniornya. "Ada perlu apa?"

"Yaga-sensei membutuhkan bantuan kita"

"Aku tidak bisa, aku memiliki pekerjaan sendiri. Dan kau sudah tau aku keluar dari karir menjadi penyihir Jujutsu" balas Nanami tanpa menyembunyikan perasaan risihnya.

"Ayolah Nanami, demi masa SMA kita bersama"

"Gojo-san, aku sudah menjadi karyawan kantoran yang bertanggung jawab. Aku tidak akan menduakan pekerjaanku" jawab Nanami dengan keteguhan hati sambil membetulkan kacamatanya.

"Kumohon Nanami, aku akan membagi makanan manis kesukaanku kalau kamu datang ke rapat kali ini" Satoru memohon dengan kedua tangannya bertaut di depan dada.

Nanami yang mendengarnya memutar bola matanya bosan "Kita berdua tau, kau tidak akan pernah membagikan makananmu"

"Em.. kau benar. Hahaha" Satoru tertawa riang. "Kau yang paling mengerti diriku Nanamin~"

Red Blood Under The Blue Sky [Kakashi x Jujutsu Kaisen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang