30

647 86 5
                                    

"Pada jaman dahulu kala, seorang anak lahir dengan rupa setengah manusia dan setengah kera. Anak itu tumbuh terasingkan oleh peradaban karena orang tuanya meninggalkannya di sisi hutan. Hidup seorang diri, anak itu tumbuh menjadi seorang petapa.

'Raja Kera' adalah julukan yang diberikan masyarakat sekitar ketika dia berhasil membebaskan satu persatu desa dari perbudakan. Mereka semua memuji si raja Kera dan menganggapnya sebagai berkah dari surga.

Suatu hari malapetaka terjadi di desa damai yang ia pimpin. Salah satu kerajaan serakah menghancurkan pemukiman penduduk dan membakar hutan tempat tinggal si raja Kera. Rasa sakit, dendam, dan tangis warga desa membuat hutan yang ada di sana menjadi tercemar. Ribuan kutukan terlahir dengan keinginan kuat mereka untuk merusak.

Di antara kekacauan, raja Kera berlari sendirian tanpa arah, berusaha menghilangkan perasaan perih di hatinya. Air matanya terus menetes bumi dan meninggalkan jejak di setiap perjalanannya.

Penduduk desa yang selamat berbondong-bondong kembali mendirikan desa yang telah kandas itu. Para Shaman dari berbagai desa berkumpul untuk belajar di desa tersebut, sambil menyelidiki kebenaran cerita adanya si raja Kera. Tahun berganti tahun dan desa kecil itu berubah menjadi kerajaan besar, namun si raja Kera tidak kembali.

Ratusan tahun raja Kera menghilang, tak ada yang tau apa yang terjadi padanya. Cerita tentang raja Kera terkikis oleh waktu menjadi sebuah mitos dan legenda. Kuil-kuil kecil di bangun sebagai harapan agar suatu saat raja Kera kembali dan ingat akan rumahnya.

Waktu terus bergulir, hutan yang tercemar perlahan mulai menjadi bersih. Kutukan yang menghuni hutan telah dikalahkan satu per satu oleh Shaman terbaik di kerajaan itu.

Suatu saat sang raja memberikan titahnya pada Shaman itu untuk mengambil kembali harta suci yang pernah dicuri oleh kerajaan di barat.

Sebelum kepergiannya untuk melakukan perjalanan panjang, Shaman itu berdoa di kuil kecil milik raja Kera. Sungguh suatu keajaiban ketika langit di atasnya seperti terbelah dan sosok raja Kera pulang ke rumahnya.

Raja Kera menari riang sedangkan si Shaman hanya melihatnya dengan tatapan tertegun. Raja Kera merasa bahagia keberadaan dirinya masih tetap diingat oleh manusia.

Atas kehendak raja Kera, Baginda raja kerajaan itu menyetujui permintaan agar kembalinya si raja Kera dirahasiakan setidaknya hingga mereka -tim itu- berhasil membawa pulang harta suci kembali ke kerajaan.

Raja menunjuk salah seorang pemuda kerajaan untuk menemani perjalanan si Shaman dan raja Kera. Pemuda itu mengabadikan setiap kejadian dalam bentuk sebuah sastra.

'Perjalanan ke Barat' merupakan sastra terbaik yang pernah diceritakan sepanjang sejarah kerajaan. Sastra itu juga menjadi sebuah bukti bahwa raja Kera benar-benar ada melindungi mereka.

Hidup dalam sebuah keabadian membuat raja Kera menyaksikan runtuhnya sebuah dinasti dan lahirnya kerajaan-kerajaan baru.

Sebagai penjaga harta suci, raja Kera memiliki impian untuk menyatukan seluruh Asia. Tapi saat impian itu hampir terwujud, penyihir dari Jepang bernama Ryoumen Sakuna menghancurkan semuanya. Bagai benalu, di bawah pemerintahan Ryoumen Sakuna rakyat raja Kera kembali tertindas. Mimpi indah raja Kera berubah menjadi mimpi buruk seperti apa yang terjadi ratusan tahun lalu.

Hari itu, tercatat dalam sejarah bahwa Ryoumen Sakuna mendapatkan gelarnya sebagai 'raja kutukan' yang paling ditakuti.

Raja Kera memilih untuk mundur kembali ke hutan yang merupakan rumah sesungguhnya bagi dirinya.

Red Blood Under The Blue Sky [Kakashi x Jujutsu Kaisen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang