31

1K 126 18
                                    

Kakashi menggumamkan nada yang sering dia dengar dari Kushina-nee. Tangannya bergerak cepat memotong wortel dan kentang yang telah dicuci bersih. Setelah itu dimasukan lah bahan-bahan itu ke dalam panci kecil.

Nada-nada itu masih terputar indah di dalam kepala Kakashi sambil dirinya mencoba menghiasi keheningan di apartemen sederhana miliknya. Ketika sudah tidak memiliki siapa-siapa di dunia ini, yang dimiliki Kakashi hanya dirinya sendiri.

Sudah banyak orang yang datang dan pergi di kehidupan Kakashi. Merupakan sebuah fakta juga bahwa tidak banyak yang tinggal. Sayangnya setiap kali Kakashi kehilangan, dia pasti mendapatkan pelajaran hidup yang berharga.

Andai belajar dari buku saja cukup.

Suara ketukan pintu terdengar. Tidak biasanya dia memiliki tamu, lagi pula informasi bahwa dirinya tinggal di apartemen sederhana ini hanya tiga orang yang mengetahuinya—Sandaime Hokage, Genma, dan Gai

Pisau dapur itu dia ambil dan di sembunyikan di balik baju lengan tangannya. Mengecilkan api kompor, Kakashi lalu berjalan menghampiri tamunya.

Ketika pintu terbuka, tiga orang anak kecil berdiri berjajar sambil membawa sebuah karangan bunga. Bunga krisan? Lucu sekali ketiga genin kecilnya memberikan karangan bunga itu padanya. Makna memberikan simpati dan kasih sayang mungkin Kakashi bisa memahaminya tapi yang berwarna pink itu sedikit mengganggunya. Siapa juga yang ingin memiliki umur panjang? Yang pasti itu bukan Kakashi.

Kakashi melihat ketiga murid kecilnya itu dengan tatapan penasaran. Pertanyaan 'bagaimana mereka tahu apartemennya?' sepertinya berhasil dia jawab dengan menduga-duga. Siapa lagi biang keroknya kalau bukan Sandaime—sama yang selalu di panggil Jiji oleh Naruto dengan suara yang cempreng.

"A—ano sensei..?" Sakura mulai membuka pembicaraan walaupun akhirnya terhenti karena keraguan. Kakashi tidak menduga bahwa murid pink nya itu yang akan memulai pembicaraan.

"Hmm?" Kakashi menunggu ingin mengetahui kelanjutan dari kata-kata itu.

"Kakashi–sensei! Padahal kami baru saja ingin menjenguk mu di rumah sakit tapi ternyata kau sudah tidak ada di sana—dattebayo!!". Serahkanlah semua tugas pada Uzumaki Naruto jika ingin membuat setiap lawan bicara mereka merasa tertegun. Bukankah Kakashi yang seharusnya menjenguk mereka —terutama Sasuke— tapi keadaannya malah berbalik.

Kakashi menatap ketiga muridnya sejenak sebelum senyum tipis merekah di wajahnya. Tangan kanannya yang menyembunyikan pisau secara sembunyi-sembunyi bergerak menjauh dan bersarang di saku celananya.

"Oh.. kebetulan juga aku sedang memasak kari, mau mampir?" Melihat tatapan terkejut dari ketiga muridnya membuat perasaannya sedikit melembut.

Baru saja kemarin tim 7 tiba di Konoha setelah menjalankan misi kelas C yang berubah menjadi kelas A karena kehadiran Momochi Zabuza dan Haku. Kakashi sungguh bersimpati pada murid-muridnya, tapi inilah kenyataan pahit di dunia ninja. Memilih jalan hidup sebagai seorang shinobi berarti harus siap mempertaruhkan nyawanya untuk desa.

Kakashi menyadari, cepat atau lambat kenangan akan berlalu dan ketiga muridnya itu akan tumbuh dewasa. Jadi untuk saat ini seperti yang Kushina-nee katakan 'Hargailah setiap waktu dan siapapun yang kau punya saat ini karena tidak ada yang pernah tau kapan semua itu berakhir'. Kakashi ingat benar kata-kata yang diucapkan wanita Uzumaki itu ketika dia sedang berjuang menjauhkan diri dari dua anggota Tim Minato.

"Tentu saja—dattebayo!! Aku bahkan tidak menyangka kau bisa memasak, sensei!" Naruto benar-benar mirip Kushina-nee.

"Maa, kau terlalu memandang rendah padaku Naruto" Kakashi mengikuti ketiga muridnya itu yang melenggang masuk ke apartemennya seperti mereka berada di rumah mereka sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Red Blood Under The Blue Sky [Kakashi x Jujutsu Kaisen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang