29

766 93 5
                                    

"Mari bermain petak umpet"

Setelah mendengar kata-kata itu empat murid dan satu orang guru itu saling bertukar pandang. Mereka berdebat apakah akan menyetujui permainan itu atau memilih untuk kabur.

"Maaf, kami tidak—" ucapan Nanami terhenti begitu dirinya merasakan akar pohon di sekitarnya bergerak dan melilit kakinya. Dalam sekejap mata, Nanami sudah berada di posisi terbalik belasan meter dari atas permukaan tanah.

Semua murid kelas satu mengerjap menatap Nanami dan mereka kembali mengambil posisi untuk bertarung.

"Um. Um...um" suara penuh kekecewaan dan ketidaksetujuan itu terdengar membuat anak-anak kelas satu yang ingin menyerang menghentikan langkahnya. "Aku hanya ingin bermain, kau tau. Daaann~ hutan ini adalah rumahku, kau tau" ujar suara itu kembali, dan mereka semua mengerti makna tersirat yang ingin disampaikan olehnya.

Keempat remaja murid kelas satu itu mulai paham kalau mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kehendak yang diinginkan oleh suara misterius itu. Lagi pula tamu tidak bisa menuntut sesuatu dari sang pemilik rumah.

"Kau tau, berapa lama waktu yang dibutuhkan saat bergelantungan terbalik untuk darah menumpuk di otak yang mengakibatkan pecahnya pembuluh darah?"

Murid kelas satu membelalakkan matanya mendengar pertanyaannya itu. Sementara Nanami berusaha keras untuk tetap tenang sambil menepis perasan pening yang mulai datang di sudut kepalanya.

"Shihihihi~ Aku akan tau kalau kalian berani curang... Berpencar dan lari-lah dari sini atau aku tidak akan melepaskan Kento Nanami—guru kalian ini" Tak ada yang berani menanyakan bagaimana suara itu mengetahui nama Nanami, karena yang ada di pikiran anak kelas satu itu hanyalah berlari sejauh mungkin dari tempat mereka berada agar Nanami selamat.

Kakashi menuju arah Utara, Yuji ke arah timur, Megumi ke arah Selatan, dan Nobara ke arah barat. Suara tawa itu menggema selalu mengikuti kemana arah mereka berlari. Tak ada satupun yang bisa memastikan apakah perkataan suara itu benar atau hanya trik tipuan saja.

Semua anak-anak kelas satu sangat khawatir dengan keadaan Nanami sehingga mereka rela hanya berpegang teguh pada janji yang diucapkan suara misterius itu.

Nobara berlari sambil merutuki kesialannya hari ini. Kakinya tetap berlari melompati batang pohon yang lapuk dan semak-semak belukar. Gadis itu tidak tau lagi harus berapa lama dia berlari. Nafasnya mulai terasa berat dan tersengal-sengal. Keringat menetes di pelipisnya yang membuat rambutnya menjadi sedikit lepek. Nobara benci jika rambutnya menjadi seperti itu.

"Sial" gerutu perempuan itu sambil sedikit memperlambat larinya. Tangannya bergerak mencari segel gulungan dimana barang-barang bawaannya berada. Dari kantung di ikat pinggangnya Nobara mengeluarkan gulungan tersebut dan berhenti berlari.

Gadis itu bersandar di batang pohon dan mencoba untuk mengambil minuman dan ikat rambut dari segel tersebut.

"Siapa yang menyuruhmu untuk berhenti berlari?" Tanya suara berbisik yang tiba-tiba muncul di samping telinga kanan Nobara. Suara itu sangat mirip dengan suara misterius yang menyandera Nanami.

Sontak Nobara terkejut dan menengok ke belakang sambil meloncat menjauh dari pohon yang di punggungi nya tadi. Dengan jantungnya yang berdetak kencang gadis itu memberanikan diri bertanya.

"Siapa sebenarnya kau ini?!" Nobara berteriak, dia sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya yang meluap akibat perlakuan suara misterius itu. Tangan gadis itu gemetar itulah sebabnya dia menggenggam gulungan itu dengan sangat erat. Nobara sangat benci yang namanya perasaan tidak berdaya seperti apa yang dirasakannya kali ini. Maka dari itu dirinya ingin sekali menghadapi siapapun pemilik suara misterius yang mengikutinya sedari tadi.

Red Blood Under The Blue Sky [Kakashi x Jujutsu Kaisen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang