Dan terjadi...

307 51 50
                                    

Selamat membaca :))
-----

"Sini!" Aluna langsung menarik Biru yang baru keluar dari kamar maminya.

"Apaan?" Tapi Biru tetep pasrah ngikutin Aluna yang narik dia ke pojok lorong.

"Lo bego apa gimana sih? Bisa-bisanya lo nerima gitu aja kita mau dinikahin. Lo tuh--"

"Sabar dulu," potong Biru. Dia melirik tangannya yang masih digandeng Aluna. "Baru rencana mau dinikahin tapi lo udah berani pegang-pegang gini, tadi aja sok-sokan nolak."

Aluna dengan cepat melepaskan cekalannya, kemudian mengusap-usap kannya ke baju Biru. Cewek itu keliatan kesel.

"Sok jual mahal!"

"Udah deh nggak usah kemana-mana, gue tanya kenapa lo terima? Lo kan bisa langsung nolak aja tadi."

"Terserah gue dong," jawab Biru seenaknya.

Lihat muka santainya Biru, Aluna lagsung kesel.

Begini ya, deket-deket Biru nggak sampai satu jam aja darah Aluna langsung mendidih, gimana bisa dia menikah sama cowok itu lalu tinggal satu atap kayak yang direncanakan para orang tua?

Gila, bisa-bisa Aluna hipertensi sampai stroke di umur yang belum sampai dua puluh tahun.

"Lo nggak suka sama gue, gimana bisa lo mau nikahin gue?" ucap Aluna sehalus mungkin, tapi malah kelihatan kalau cewek itu lagi kesel abis.

"Ya emang gue nggak suka sama lo, lo bukan tipe gue. Gue punya pacar dan lo--"

"Ya terus?"

"Lo nggak lihat muka mami lo, keadaan mami lo?"

"I know, dan gue bisa jaga mami gue sendiri tanpa kita harus menikah."

"Tapi ini kan maunya mami lo, keinginan dia. Emang lo mau nolak?"

"Lo yang tinggal tolak, dan semuanya selesai. Mami gue bakal terima."

"Lo nggak kasihan kalau reputasi keluarga lo yang selama ini dibangun hilang gitu aja? Keadaan mami lo, reputasi keluarga lo--"

"Ayolah gue tau lo bukan tipe orang yang punya empati setinggi itu, apalagi sampai ikut mikirin reputasi keluarga gue." Aluna berhenti sebentar, "dan lo nggak lupa kan kalau lo yang mulai masalah ini?"

"Lo juga nggak lupa kan kejadian di kampus tadi pagi?"

"Lo yang mulai juga, kalau lo lupa."

"Ya mangkannya ini bentuk tanggung jawab gue."

Aluna memutar bola mata jengah, " bullshit. Gimana gue mau percaya kalau yang ngomong gitu adalah orang yang benci gue. Terus asal lo tau muka lo dari tadi tuh nggak meyakinkan."

Aluna itu pinter, Biru akui itu. Biru senyum ngeledek. "Lo mau tau nggak, apa obrolan mami lo sama gue barusan?"

Aluna tertarik, tapi dia hanya diam.

Gengsi nya selangit cewek itu tuh, Biru udah hapal.

"Mami lo minta gue jaga lo, katanya dia bakal lega kalau kita menikah."

"Tapi lo nggak suka gue, gue bakal bilang gitu ke mami habis ini. Pasti mami mau ngerubah keputusannya," Aluna terus menyangkal.

"Sayangnya tadi gue udah setuju, dan gue bilang--" Biru tersenyum tipis, senyumnya mencurigakan. Aluna pengen ngumpat, "kalau gue sebenernya cinta lo udah dari lama. Terus mau nyoba kejar dan diseriusin."

"Sialan!"

Aluna marah, tapi Biru jelas makin seneng. Buktinya senyumnya selebar gelora bung karno. Senyum julid tapi.

BubblyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang