Selamat membaca :))
-----Badan Biru udah mendingan pagi ini. Masih jam setengah enam pagi, tapi tumbenan dia sekarang udah duduk-duduk santai di kitchen bar.
Obat sama vitamin yang dikasih Aluna manjur. Cuma berselang satu hari dua malem energinya udah ter-recharge kembali.
Jago juga Aluna.
Ya berarti kuliahnya nggak sia-sia. Duit bokapnya nggak terbuang sia-sia buat bayar UKT nya yang jumlahnya dua digit itu kan?
Biru berdehem.
Oiya, ngomong-ngomong soal Aluna, dari kemarin Biru nggak lihat cewek itu. Terakhir dia lihat ya waktu jam tiga pagi itu. Whatsapp-nya kemarin juga nggak dibales. Iya, whatsapp yang dia bilang makasih ke Aluna itu loh..
Beneran nggak dibales.
Nggak apa sih Biru maklum, mungkin cewek itu ngerasa aneh. Karena sebelumnya emang Biru nggak pernah ngelakuin itu.
Biru juga nggak bermaksud apa apa kok. Aluna kan udah mau berbaik hati sama dia, pikirnya Biru juga mau berusaha berbaik hati ke Aluna dong. Ehm—Biru nggak mau punya utang budi.
Biru akui, Aluna beneran menjamin hidup Biru kemarin. Cewek itu nggak ada di rumah, dia nggak berisik di whatsapp, tapi semuanya udah Aluna atur sedemikian rupa terus dititipin ke Bi Siti. Mulai dari makanan, obat, semua keperluan, sampai kebutuhan receh yang Aluna pikir penting kayak nomernya Sesil yang udah cewek itu masukin di hape yang Biru pakai sekarang.
Biru nggak berekspektasi kalau seorang Aluna bakal ngelakuin semua itu. Dari apa yang udah Biru lakukan ke cewek itu, harusnya Aluna nggak peduli dong sama dia?
Tapi nyatanya kebalikannya.
Sialan.
Ada satu perasaan di hati kecil Biru, yang nggak tau itu apa, tapi bener-bener ngeganggu..
Biru jadi berdecak sendiri.
Biru nengok ke arah tangga ketika dia denger ada suara langkah kaki seseorang di sana. Seseorang itu...
Aluna.
Siapa lagi.
Cewek yang sekarang lagi pakai piama kuning motif kucing , lengkap dengan kacamata bulat dan rambut yang digerai itu mendekat.
Aluna keliatan agak kaget waktu ngeliat dia. Tapi cewek itu cuma ngelirik doang pas lewat.
"Tumben," celetuknya kemudian.
Se-enggak pernah itu kah dia lihat seonggok Albiru Langit Mahesa pagi-pagi duduk di kitchen bar? "Gue sering duduk di sini kali."
"Tapi nggak sepagi ini," timpal Aluna yang langsung sibuk kayak mau bikin sesuatu.
"Emang nggak boleh?" Biru sambil ngelirik Aluna yang sekarang lagi nyempetin ngikat rambutnya jadi satu ke belakang.
"Ya boleh, ini kan rumah lo. Gue cuma numpang."
Nggak gitu maksudnya. Sensitif banget sih!
Lah, kenapa dia jadi peduli sih! Biru sampai berdehem.
"Minus berapa?" Aluna tiba-tiba nyeletuk.
Biru sekarang emang lagi pake kacamata juga kayak Aluna. Cewek itu pasti jarang lihat.
"Lo tanya gue?"
"Bukan, tuh cicak di dinding." Aluna kedengeran kesel.
Biru ketawa tapi nggak ada suara "2. Tapi gue kalau lagi belajar emang suka pake kacamata."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubbly
Storie d'amoreBagi Aluna, Biru itu cowok songong, playboy, sombong, sok ganteng, nyebelin abis. Aluna membenci Biru demi apapun. Lalu bagi Biru, Aluna itu cewek alay, sok, suka caper, pencitraan, palsu. Sumpah demi apapun Biru tidak menyukai cewek seperti Aluna. ...