~Di sebuah Desa yaitu Desa *Naru baru saja terjadi kebakaran yang menggemparkan, yaitu kebakaran besar di satu desa tersebut. Sampai sekarang belum ada yang mengetahui apa penyebab terjadinya kebakaran tersebut~ Siaran berita sedang berlangsung.
Desa Naru
*Naru (tempat tinggal masili berwarna biru)
Di suatu gang, ada seorang remaja lelaki *masili berwarna putih yang sedang melihat keadaan di sekitar desa Naru. Remaja itu bernama Putik. Tanpa sengaja ditengah perjalanan ia melihat sebuah coretan di dinding rumah masili lain, coretan itu bertuliskan "TOLOgin MAMA PAPA AU".*Masili (Manusia Lidi)
Putik berpikir dengan keras "Tolongin mama papa aku?". Putik segera mencari darimana coretan itu tertulis.
Saat Putik sedang mencari, lalu tiba-tiba ada samar suara tangisan yang jaraknya lumayan jauh.
Putik dengan cepat berlari menghampiri suara itu, suara itu terarah ke luar gang.
Ternyata benar suara tangisan tersebut dari tangisan korban kebakaran di desa Naru, seorang anak kecil yang duduk ditengah jalan sambil memeluk wanita paruh baya yang tertidur di atas paha anak itu, di belakang anak itu ada seorang pria yang bersandar di bangunan runtuh.
Draapp... Draapp... . Suara larian flow motion-nya Putik.
Drap Drap Drap
Putik pun berlari mendekati anak itu. "Hosh hosh hosh fiuuuh" dengan cepat Putik mengeluarkan hp dari kantong bajunya.
"Aayo cepaat" Greget Putik saat mengetik nomor telepon pamannya.
Tut tut tut, drrrrt. Suara sering handphone.
Kluk, "Halo?" Paman Putik mengangkat telepon darinya, Putik.
"Halo pak! Pak saya butuh bantuan bapak pak!!!" Kata Putik dengan nada panik.
"Tenang Putik tenanggg... om Ozan bisa bantu kamu, jelasin pelan-pelan ya Putiiik" jawab paman Ozan menenangkan Putik.
Huuft fiuuh. Hela nafas Putik.
"Baik pak. Beginii Putik disini nemu korban paak. Ada tiga oraangg satu anak kecil, dua orang dewasa. Nah teruus dua orang dewasa itu terluka parah paak. Jadii, bapak cepat kesini yaa!" Panik Putik."Baik oke oke! Kamu tunggu disitu ya. Tolong share lokasi kamu yang sekarang ya!"
"Siap pak! hati-hati dijalan ya!" Semangat Putik.
...
Sembari Putik menunggu kedatangan pamannya, ia pun mencoba untuk menenangkan adik itu.
"Ekhm" dehem Putik sambil membungkuk.
"Dek nama kamu siapa?" Lembut Putik."Hiks hiks, k-kamu siaapa yaa?" Tangis kecil adik itu.
"Aku Putik, kalau adek siapa?"
"Hiks hiks tolongin Mama PAPAA
HUUUAA" Tangisnya semakin menjadi-jadi.Putik melotot kaget.
"Eh eh eh, kok nangis lagi sihh?" Lesu Putik.
...
Putik terdiam. Mencoba untuk menenangkan adik kecil itu lagi.
Huuuuft Fiuuh. Tarik nafasnya panjang-panjang.
"Deek dengerin abang baik-baik yaa!" Sambil mengelus kepala adik kecil."HUUUUUAAA" adik itu malah menangis semakin keras.
"Yahh!!! Malah tambah gedde" pusing Putik.
Akhirnya Putik pasrah untuk bicara dengan adik itu. Dia pun hanya bisa menunggu kedatangan Ozan.
Tak lama terdengar suara ambulans.
BRUMMM
Niuu Niiiuu Niiiuuu. Suara ambulans yang didampingi suara motor ninja om Ozan.
Dengan cepat kedua orangtua adik itu di bawa ke dalam ambulans, sedangkan anak itu diperiksa untuk memastikan ia tidak terluka.
...
Ozan mengelus kepala Putik. "Terimakasih ya Putik, kamu sudah bantu om. Semoga saja kedua orang tua korban bisa diselamatkan" senyum bangga paman Putik.
"Siap! Sama-sama om"
"Putiik, om boleh minta tolong satu hal lagi gak sama kamu?"
"Minta tolong apa pak?" Tanya Putik.
Namun tiba-tiba HT milik paman Putik berbunyi.
Zzrrtt zrrtt
"Pak, kami berangkat ya! Dua korban ini jantungnya lemah" kabar dari masili yang ada di dalam ambulans.Ozan mengambil HT-nya di saku kemeja. "Ya! Duluan saja" tegas Ozan.
Ambulans itu pun langsung berangkat membawa kedua orangtua anak itu ke rumah sakit terdekat di Kota *Norpu.
*Norpu (tempat tinggal masili berwarna Putih)
"Putik kamu bisa bawa anak itu ke rumah, kan?" Tanya Ozan dengan tegas.
"Bii..bisaa" ragu Putik.
"Oke, nanti om hubungi mama kalau kamu bawa anak itu"
Putik mengangguk pelan.
"Bagus, kalau gitu kamu jagain dia dirumah sampai kedua orang tuanya siuman! Nanti om ke rumah kalau orang tuanya udah siuman ya!"
"I-iya" jawab Putik semakin ragu.
"Yaudah om pergi dulu ya, om masih ada tugas ditempat lain" kata Ozan sambil menuju motornya.
"Oke, hati-hati dijalan pak Ojan" lambai Putik sambil tersenyum meledek.
Ozan berhenti dari langkahannya, lalu berbalik badan. "Kok pake Pak?" Bingung Ozan.
"Oh iya, maksudnya om Ojan hehe" tawa Putik meledek.
Ozan menggelengkan kepala.
"Yaudah om berangkat!" Kata Ozan sambil melanjutkan jalannya dan pergi dengan motornya, sedangkan Putik ditinggalkan bersama adik itu....
Setelah Ozan pergi, Putik mencoba untuk berbicara kembali kepada adik kecil itu. Kebetulan adik kecil itu sudah berhenti menangis.
"Deek.... ikut abang yuk"
Adik itu menggeleng-gelengkan kepala, menandakan dia menolak ajakan Putik.
"Kita pulang ke rumah abang, disana ada banyak mainan. Mau gak?" Rayu Putik lagi.
Adik itu terdiam "....Mama papa?" Melas adik kecil.
"Mmm mama papa kamu lagi istirahat. Jadi kamu ikut abang duluu, pulang kerumah ya?".
Adik kecil itu menatap Putik "Emang Boleh?" Melasnya lagi.
"Bolehh, pasti mama papa izinin kok. Yuk ikut abang!" Senyum Putik.
Adik kecil itu menunduk, sambil melirik ke Putik yang berwajah memelas berharap adik kecil menerima ajakannya.
"Mmm yaudah dehh" jawab adik kecil dengan pelan. Putik tersenyum lebar dan memberikan tangan kanannya untuk menuntun adik kecil.
...
Mereka pun pergi meninggalkan Desa Naru menuju ke Kota Norpu.
***
Bersambung....

KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspresi
FantasyIni menceritakan sekumpulan ekspresi di dunia Masili (ManuSia Lidi). Remaja masili yang akan berjuang yaitu ekspresi Marah, Baik, Ceria, dan Sedih. Di kerajaan masili yaitu kerajaan Mareah ekspresi nya tidak teratur dan membuat masalah di desa...