#14

5 2 0
                                    

>Ruang Raja, Istana Mareah<
"Ehm" Merah membuka matanya, lalu ia melihat ke sekitar.
Merah berada di sebuah kaca yang berbentuk setengah kapsul yang terletak di tengah-tengah ruang Raja.
Ia bangkit dari tidurnya dan langsung disambut oleh Raja Mareah, yaitu Raja Birah.

Merah menunjukkan wajah tidak suka ketika melihat Raja nya itu.

"MAu APa KAU?!" Teriak Merah.

"Hem!" Dehem Birah.
"Memalukan! Tidak kusangka Pangeran-nya sendiri yang melanggar aturan!!" Marah Raja Birah.
"Kau akan dihukum mati atas perbuatanmu!!" Sambung Raja Birah.

"Cih! Tak sudi aku di hukum mati oleh mu" kata Merah.

"Dasar! Dalam keadaan seperti ini kau masih saja tidak ada sopan santunnya dengan kakakmu yang sudah menjadi Raja!!" jawab Raja Birah.

"KAmU BuKaN KakAKKu!!" Teriak Merah kesal.
"Jangan berharap kalau aku akan memanggilmu 'kakak'!!! Sebelum kau menghentikan perbuatanmu dan mengembalikannya seperti apa yang sudah Ayah bangun!" Sambung Merah

"DIAAMM!!" Marah Birah.
Jreeg, Birah menarik tuas yang ada disamping kapsul kaca.

Zzzrtttsrrt, didalam kapsul kaca mengeluarkan percikan listrik dan menyengat Merah.
"A-AkH, AAARRGGHH SAkiiiIitt" Teriak Merah kesakitan.
Zzz Zzzrtttsrrt Zzzrtttsrrt, "AAAAKKKHHH, HENtikAAAN!!" Teriak Merah lagi.
Berkali-kali sengatan itu dikeluarkan dan menyengat Merah.

-•Merah•-

"Cari disana!" Kata seseorang yang entah darimana asal suaranya.

'Eh? Kayaknya para prajurit sudah mulai mencari kita!' Kata Hiik dengan suara kecil.
'Oh iya! Merah kan pangeran! Berarti kita harus kesana dong!' Kata Hiik yang tahu sesuatu.

'Hah? Apa? Kita harus apa? Kita kemana? Kesana kemana?' Panik Putik.

'Udah Putik! Ikut aku aja!' Jawab Hiik.

'Oh, oke oke' kata Putik.

Hiik mengendap-ngendap yang diikuti oleh Putik dan Bina yang dituntun Putik.

Mereka berjalan lurus dari keluarnya penjara lalu masuk ke dalam istana, di dalam istana sangat mewah dan megah beda sekali dengan di penjara. Ada berbagai benda mewah dan berbagai macam makanan salah satunya tumpukan buah dengan jeruk di puncaknya. Dengan hati-hati Hiik menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu, ia seperti mengingat-ingat jalan mana yang harus ia ambil. Pada akhirnya, Hiik dan yang lainnya mengambil jalan kiri.

Tepat dari jalan kanan, jalan yang mereka tidak ambil disana terdapat lima prajurit.
"Berhenti!" Perintah salah satu prajurit.

Sontak Hiik berhenti dari jalannya.

"Hiik! Abaikan saja mereka! Ayo terus jalan!" Kata Putik.

"Baik" Hiik pun melanjutkan jalannya dan diikuti Putik dan Bina.

Ssrrriink, prajurit mengeluarkan pedangnya.

Ssrrrtt ssyuut jleb, salah satu prajurit yang berada paling belakang menarik panahnya dan anak panah tersebut menancap di sebuah jeruk yang berada di puncak buah-buahan dan menancap ke tembok.

Hiik yang melihat hal itu berhenti, karena ia membayangkan apa yang akan terjadi jika jeruk itu bukanlah jeruk, melainkan temannya (Putik atau Bina) yang ada di belakangnya.

"Hiik, kita akan tertangkap" takut Putik.

"Putik, kamu bisa kan? Melawan mereka?" Tanya Hiik.

"Hiik, maksud kamu?" Putik memastikan kalau yang ia pikirkan tidak seperti yang dipikirkan Hiik, yaitu melawan lima prajurit itu.

EkspresiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang