"Hei, kamu dari Norpu kan?" Tanya Hiik. "Kenalin aku Hiik dari Bajau, dan ini temanku dari Mareah" Hiik memperkenalkan diri dengan lemah lembut dan, "Aku ga tau kenapa kamu marah-marah sama dia, tapi sepertinya kamu marah karena ga suka sama orang-orang Mareah, dan sepertinya disini ada ke salah pahaman" kata Hiik yang berusaha untuk menenangkan Putik.
"Maksud kamu apa!?" Tanya Putik dengan nadanya yang sedikit emosi.
"Hei, dengerin dulu, kita bicara baik-baik, kalau bicara baik-baik, kan lebih enak!" Bujuk Hiik.
Putik berfikir sejenak. "Hmm yaudah, kita cari tempat dulu" kata Putik.
Raja Birah
Setelah mereka menemukan tempat yang cocok. "Coba kamu jelasin kenapa kamu marah sama orang Mareah?" Tanya Hiik lembut.
Putik menjelaskan apa yang ada diberita.
"Ooh jadi gitu, aku baru tau kalau kebakaran itu dari kerajaan" Kata Hiik memahami inti permasalahannya.
"Hmm" Merah berpikir. "Kamu bener yang bikin bencana ini orang kerajaan, aku tau ulah siapa, tapi aku ga tau apa alasannya, orang itu namanya Birah dia emang-" omongan Merah terpotong.
"Em, tunggu sebentar!" Hiik memotong omongan Merah. "Birah itu bukannya dia rajaa??" Tanyanya sedikit kaget.
"Ya bener, Birah adalah orang yang baru diutus menjadi raja Negeri Masili karena kematian raja sebelumnya. Birah, dia orang saangat kejam beda sekali dengan raja sebelumnya. Warga disana langsung dibunuh atau dipukuli jika berbuat salah. Ada juga orang-orang yang menjadi gila karena dia. Contohnya, orang tua yang memarahi anaknya dengan kejam atau sebaliknya. Ada juga yang anaknya menjadi gila karena dimarahi orang tua nya berlebihan, dan maaasih banyak lagi. Maka dari itu aku pergi meninggalkan Mareah, aku gamau jadi kayak mereka, aku gamau jadi gila. Jadi, karena itu, yang membantai warga Naru bukan para warganya tapi, orang kerjaannya. Ga mungkin, kalau warga nya yang lakuin, karena warga disana udah pada gila" Jelas Merah.
Putik yang mendengar cerita Merah merasa bersalah atas perbuatannya kepada Merah tadi. "Oh begitu ya, maaf ya aku udah marah-marah sama kamu" sesalnya.
"Hmm" Merah mengangguk.
Setelah kesalahpahaman itu sudah beres mereka berkenalan satu sama lain. Lalu Hiik memberikan buah yang ia bawa ke para korban di Naru.
Putik ikut membantu Hiik membagikan buah-buah yang dibawa Hiik ke para korban. Bina hanya mengikuti kemanapun Putik pergi.
Sedangkan Merah, ia melamun di batu reruntuhan gedung, sambil menatapi kota Bajau yang habis ia lewati.
Tiba-tiba dari kejauhan Merah melihat segerombolan prajurit berkuda yang sedang menuju ke arah tempatnya berada.Merah bangkit dari duduknya lalu mencoba sedikit mendekat untuk memastikan kalau itu bukan prajurit Mareah.
"Ah, udah habis" kata Putik.
"Makasih ya! Udah bantu aku" kata Hiik.
"Iya, sama-sama!" Jawab Putik. "Huft, yaudah kalau begitu aku pergi dulu ya! Dadah" Putik melambaikan tangannya lalu tangan Putik dan Hiik ditarik oleh Merah.
Sebelumnya...
Merah yang menyadari kalau itu prajurit Mareah langsung berlari ke Hiik dan Putik, lalu menarik tangan Hiik dan Putik serta Bina yang dituntun oleh Putik ke arah Barat Laut untuk menghindari pertemuan prajurit.
Putik yang kebingungan bertanya kepada Merah, "Merah, kamu kenapa?"
"Ssstt diem dulu! Nanti aku jelasin!" Kata Merah dengan nada marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspresi
FantasiIni menceritakan sekumpulan ekspresi di dunia Masili (ManuSia Lidi). Remaja masili yang akan berjuang yaitu ekspresi Marah, Baik, Ceria, dan Sedih. Di kerajaan masili yaitu kerajaan Mareah ekspresi nya tidak teratur dan membuat masalah di desa...