#16

0 0 0
                                    

Hiik dan Putik pun menjauh dari mereka (penjaga dan orang tersebut).

Sementara mereka berdua saling beradu pedang dan terlihat seimbang kekuatannya.

"Siapa sebenarnya orang itu?" Tanya Hiik

"Aku juga penasaran, sewaktu aku di penjara sebelum kamu datang,,, Dia hanya diam aja. Emang sih wajahnya seperti warga Mareah, tapi dengan melihatnya diam saja aku tau kalau dia ga sama dengan warga Mareah lainnya" jelas Putik.
"Aku sedikit denger dia bergumam-gumam, kalau aku ga salah denger dia ngomong gini "Apa yang dia lakukan, aku harus keluar, tapi gimana, apa aku punya kekuatan?, seharusnya engga, tapi kalau sekarang?" Begitulah" Sambung Putik

-•Guardian vs Stranger•-

"Akuu,," ragu Hikal.
Ia menoleh ke Ozan. Berharap Ozan memberi jawaban, tapi sayang sekali tingkat kepekaan Ozan sangatlah sedikit.

Ozan hanya melihat Hikal yang sedang jatuh ke dalam kebingungan.

"Sudahlah, ayo! Ikut aja! Daripada lama" kata Ubong. Ubong pun menarik Hikal dan menyuruhnya menaiki sapu terbang.

Hikal hanya diam saja dan mengikuti perkataan Ubong, yang padahal dia lebih mempercayai Ozan. Namun, ia tidak cukup berani untuk mengatakannya.

Pada akhirnya, Ubong, Kuria, beserta Hikal pergi meninggalkan Ozan yang masih berbaring dengan kaki kanannya yang terikat rantai dan Kapten Prajurit yang masih dikelilingi api dari Guaid.

Ozan pun bangkit dari jatuhnya, lalu ia mencoba untuk melepaskan kakinya dari rantai tersebut dengan tangan kosong. Tentu saja, itu mustahil dilakukan.

"Oterpen yawa rain" Ozan mengucapkan mantra.

Craaack, dan terbukalah rantai tersebut.

Ozan menghampiri Kapten Prajurit
"Pak! Saya harus apa untuk memadamkan api ini?" Tanya Ozan.

"Tinggalkan saja saya! Kamu sulsullah mereka!" Kata Kapten.

"Tapi kalau api nya dibiarkan, bisa-bisa Anda benar-benar dilahap olehnya!" Bantah Ozan

"Keponakanmu dalam bahaya Fauzan!" Tegas Kapten.

Ozan pun langsung terdiam dan menundukkan kepalanya perlahan.
"Bang Pugase sudah saya anggap seperti bapak saya sendiri, karena jarak usia kami yang cukup jauh. Lalu, ia memperkenalkan teman baiknya, yaitu Anda. Hingga saya, merasa memiliki paman kandung. Tapi, suatu hari bang Pugase pergi dan tak pernah kembali lagi. Di saat yang bersamaan, saya juga tak pernah melihat temannya. Saya pun menunggu nya, walau akhirnya ia tidak datang. Dan di saat ini, tanpa sengaja saya bertemu dengan orang yang saya anggap paman saya sendiri, yang sudah bertahun-tahun saya menunggunya. Saya sangat senang karena melihatnya kembali, walaupum bertemu di saat yang tidak tepat. Akan tetapi, IA MENYERAH UNTUK HIDUPNYA!! Dan memilih untuk menyusul temannya(pugase)?! Kenapa?" Curhat Ozan panjang.

*Pugase adalah ayahnya Putik dan Kakak ipar nya Ozan

"Fauzan, harap tenang dahulu! Saya ga pernah bilang kalau saya sudah menyerah untuk hidup. Saya hanya bilang, kalau kamu seharusnya lebih mementingkan keponakanmu yang lebih membutuhkan bantuan mu daripada aku!" jawab Kapten

Ozan pun mengangkat kepalanya kembali.

"Maaf" malu Ozan karena telah mengira bahwa Kapten sudah pasrah dengan hidupnya.

"Dan belum tentu api ini akan melahapku, karena ia selalu mengikuti perintah tuannya" Sambung kapten
"Kamu mengerti?" Tanya kapten

Ozan terdiam sejenak, "Iya, saya mengerti"
"Maafkan saya karena telah berteriak di depan Anda tadi" Kata Ozan sambil membungkukkan badannya.

EkspresiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang