Setelah kelima prajurit itu sudah dihabiskan oleh Kuria. ".... Putiik, kamu kan bisa membunuh mereeeka, dengan kekuatanmu ituu kamu bisa bantuin aaku kaan?" Tanya Kuria.
"... emm iya aku mau bantu kamu. Tapi, apa aku harus membunuh mereka?" Ragu Putik karena ia belum pernah membunuh masili.
"Tentu saaja! Mereka kan sudah membunuh banyak oorang" jawab Kuria untuk membangun kepercayaan diri Putik.
Putik berfikir sejenak lalu ia teringat dengan desa Naru dan keluarga Bina yang sudah dibantai orang Mareah. "Bener juga! Kalau begitu, aku akan membantumu Kuria!"
Kuria tersenyum. "Nah giituu doong" kata Kuria senang.
Tempat Tinggal Ubong
Ketika mereka sedang berbicara, "Mereka mempunyai kekuatan yang dapat mengalahkan kita, tapi hanya satu yang dapat membunuh kita. Kita harus membunuh yang kuning terlebih dahulu" kata prajurit.
"Benar" kata prajurit lainnya."Buunuh merekaaa!" Kata prajurit yang berada paling depan.
Semua prajurit maju untuk menghabiskan Putik dan kawan-kawan.
Banyak sekali prajurit yang mengincar Kuria sehingga itu membuat Kuria kesulitan. Kuria selalu mendapatkan serangan dari berbagai arah, walaupun kuria dapat menghindar dengan mudah, tetapi sering kali ia mendapat goresan kecil di tubuhnya.
Putik seperti biasa ia menahan gerakan prajurit yang ingin melawan Hiik. Lalu Putik melihat banyak sekali prajurit yang mengarah ke Kuria.
Putik ingat dengan kata-kata Kuria 'mereka kan sudah membunuh banyak oorang'.
"Benar, aku ga boleh kayak begini trus. Karena mereka gak cuma menahan warga Naru. Tapi, mereka membunuh warga Naru!" Putik menyemangati dirinya sendiri.
Jadi, diperlawanan kali ini Putik tak segan-segan menggerakkan prajurit dengan gerakan bunuh diri. Pertamakalinya Putik menggerakkan satu prajurit dan ia gerakan dengan gerakan bunuh diri, yaitu memotong lehernya sendiri menggunakan pedangnya, prajurit.
"Hah!" Putik terkejut sendiri dengan perbuatannya, setelah menggerakkan prajurit hingga kepalanya ditebas. Putik sempat bengong dan tak menyangka bahwa ia telah membunuh masili.
"AAaaakhh" terdengar suara teriakkan yang tak jauh dari Putik. Putik yang sedang menatapi mayat prajurit, menoleh ke arah suara teriakan.
Dan ternyata itu suara Hiik yang terkena tebasan pedang di bahunya.
"Apa APA YANG KALIAN LAKUKAAN PADA HIIIK?!!" Putik mengarahkan tangannya ke prajurit tersebut lalu menggerakkan prajurit dengan gerakan membanting diri ke tanah dan menyerang prajurit lainnya.
Prajurit yang dilawan prajurit yang dikendalikan Putik bingung, kenapa prajurit itu melawannya. "Hei! Sedang apa kau!? Kenapa menyerangku?" Tanya prajurit bingung.
Salah satu prajurit berada didepan pintu gudang yang berada di dekat perlawanan antara prajurit dengan putik dan kawan-kawan, prajurit itu mengamati gerakan Kuria, Hiik, dan Putik.
Tak lama mengamati ia melihat Putik yang sedang mengendalikan prajurit hingga gayanya menjadi aneh.
Prajurit itu memperhatikan lagi gerakan Putik untuk memastikan kalau Putik-lah yang mengendalikan prajurit.
Ketika prajurit itu sudah yakin ia maju menghampiri Putik. Prajurit itu hanya fokus kepada Putik.
Ssingk. Prajurit mengeluarkan pedangnya dan mengayunkannya ke arah Putik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ekspresi
ФэнтезиIni menceritakan sekumpulan ekspresi di dunia Masili (ManuSia Lidi). Remaja masili yang akan berjuang yaitu ekspresi Marah, Baik, Ceria, dan Sedih. Di kerajaan masili yaitu kerajaan Mareah ekspresi nya tidak teratur dan membuat masalah di desa...