06

1.1K 173 4
                                    

[Y/N] serta kelima rekan se-timnya telah sampai di tempat tujuan mereka, Amegakure. Dengan bermodalkan sebuah jas hujan berbentuk mantel untuk membalut tubuh mereka, satu regu itu menerobos hujan untuk mencapai pusat kota.

Walaupun hari ini terhitung masih siang, tapi langit di Amegakure selalu menampilkan awan hitam yang menggumpal di seluruh desa. Seolah tidak memberi celah kepada matahari untuk memberikan seberkas sinarnya. Maka, tidak salah kalau desa ini di juluki desa hujan.

Hujan yang membasahi desa ini, tidak terjadi di beberapa tempat saja. Hujannya mengguyur rata pada seluruh desa. Kecepatan guyuran hujan pun terasa begitu konstan, seolah tidak ada niatan untuk berhenti sejenak untuk memberikan kesempatan kepada matahari.

[Y/N] terus berlari mengikuti kecepatan lari sang kapten yang memimpin perjalanan ini. Dia memusatkan aliran cakra pada telapak kakinya untuk membantunya berlari pada laut yang mengelilingi Amegakure.

Dirinya serta teman-temannya berlari sambil mencondongkan tubuhnya. Hal ini bermaksud untuk menambah kecepatan lari mereka serta membantu agar tetesan hujan tersebut tidak terlalu menusuk wajah mereka.

Suasana disekitar mereka sudah tertutupi kabut tebal. Ini akibat dari hujan yang begitu deras hingga menutupi pandangan mereka. Namun, hal ini bukanlah sebuah masalah besar bagi seorang pengguna Byakugan di tim mereka.

"Beruang, maju. Kau pimpin perjalanan ini. Gunakan Byakuganmu untuk memimpin jalan." Ujar sang kapten dari balik bahunya.

Tanpa mengurangi kecepatan berlari mereka, sang topeng beruang mulai berpindah posisi di garda depan. Dirinya mulai menggantikan peran sang kapten untuk memimpin sisa perjalanan ini.

Mereka terus berlari melewati kabut yang menyelimuti sekitar mereka. Walaupun kabut menutupi jarak pandang mereka, tapi mereka semua memberikan kepercayaan penuh kepada salah satu temannya untuk memimpin sisa perjalanan mereka.

Tanpa terasa, kaki mereka telah membawah mereka berlari hingga menemukan satu-satunya daratan disana. Pusat kota Amegakure. Mata mereka meneliti setiap hal yang ada di hadapan mereka. Semuanya terasa asing dan aneh.

Di hadapan mereka, banyak terlihat bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sepertinya terbuat dari besi dan baja. Ini terlihat dari bangunan itu yang sepertinya di lapisi oleh sesuatu yang berbahan metal. Ini adalah salah satu hal yang asing yang baru pertama kali mereka lihat. Sebab, bangunan serta rumah yang selalu mereka lihat, hanya berbahan kayu atau batu bata.

Sang kapten kembali mengambil komando di regu tersebut. Dengan sebuah isyarat tangan untuk maju, sang kapten kembali melompat ke arah salah satu atap gedung. Ini bertujuan untuk melihat segala kondisi desa.

Pemandangan yang menyambut mereka dari atap gedung itu terlihat biasa aja. Tidak ada hal aneh ataupun sosok-sosok mencurigakan yang mengganggu. Hanya terlihat para warga yang berlalu lalang, menjalani rutinitas mereka.

Para warga seolah sudah terlihat begitu terbiasa dengan hujan yang membasahi desa ini. Dengan jas hujan yang membalut setiap orang, mereka semua pergi kesana kemari. Seolah itu adalah hal biasa dan mereka sudah beradaptasi dengan hal ini.

Dulu, Amegakure adalah tempat dimana konflik biasa terjadi. Desa ini selalu menjadi sasaran perang atau jajahan dan keadaannya selalu kacau. Tapi, keadaan yang ada di hadapan mereka, sangat berbeda dengan apa yang mereka dengar.

Desa ini terlihat begitu aman dan damai. Seluruh warga bebas menjalani aktivitas mereka masing-masing tanpa merasa harus melindungi diri mereka. Seluruh bangunan dan daerah juga terlihat begitu rapih. Tidak ada bekas-bekas perang yang terlihat atau reruntuhan di sepanjang mata memandang.

Libel [ Itachi x reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang