Roda kehidupan bagaikan sebuah permainan yang Kami-sama mainkan dikala bosan. Tiada yang bisa menebak apa yang akan terjadi dalam sepuluh tahun, lima tahun, setahun kedepan atau bahkan seperdetik setelahnya.
Seseorang bisa memiliki masa jaya lalu jatuh sejatuh jatuhnya beberapa tahun kedepan. Seorang lainnya bisa dalam keadaan terpuruk. Namun, bisa bangkit dan menikmati masa jayanya beberapa tahun kemudian. Tidak ada yang bisa menebak alur hidup seseorang.
Danzo pun tiada kemampuan menebak kisah hidupnya sendiri. Siapa yang tidak mengenal Danzo? Seorang petinggi desa yang begitu sukses dalam karir pemerintahannya. Memiliki segudang ide cemerlang dan mampu mengatur segala hal ilegal dengan teratur.
Namun, segala title kejayaannya seolah tiada arti ketika dia bertekuk lutut di bawah kaki Itachi. Seseorang yang dia kira mampu dia pojokan selama sisa hidupnya, ternyata dalam melawan balik hingga membuatnya menyerah tanpa perlawanan. Terlihat seperti akhir hidup yang begitu sial bagi bajingan tua sepertinya.
Danzo hanya bisa tertunduk malu. Tiada lagi keberanian untuk mengangkat mukanya. Biasa berjalan tegak dengan angkuh, kini harga dirinya pun tiada nilainya. Di hadapan Tsunade, yang sering dia panggil "Bocah Tengik", dia terkulai lemah tanpa seutas cakra pun.
Kondisi yang begitu mengenaskan bagi seorang ninja kelas atas sepertinya.
•••••
"Lihatlah dirimu sekarang. Mengangkat wajah pun sudah tak mampu. Kemana harga dirimu yang kau junjung setinggi langit itu?" Olok Tsunade. Dirinya begitu puas melihat keadaan Danzo yang sudah tidak di untungkan. Pria tua itu kerap memancing emosinya hingga di taraf keterlaluan.
"Nona Tsunade, kita apakan Tuan Danzo disini?" Tanya Yamato ingin memastikan langkah selanjutnya dari tugas yang di berikan.
"Lakukan seperti biasa." Ucap Nona Tsunade dengan lugas. Yamato langsung mengetahui apa yang harus dia lakukan.
Beberapa saat kemudian, Yamato membuat segel tangan.
"Mokuton: Mokushatsu Shibari No Jutsu." Tangan yamato berubah menjadi kayu yang panjang, lalu melilit Danzo dengan begitu erat tanpa bisa membuat pergerakan.Setelah pekerjaannya selesai, Yamato memerintahkan Anbu lainnya untuk membawa Danzo serta ke empat Anbu akar yang ikut bersama Danzo, untuk memasuki desa menuju pengadilan Konohagakure. Begitu pikir Yamato.
"Jangan bawa Bajingan itu ke pengadilan. Bawa dia ke alun alun kota, kau akan lihat ada kejutan yang sudah di persiapkan." Ucap Nona Tsunade dengan senyum miring sambil menyatukan kepalan tangannya.
Yamato kebingungan namun tetap menuruti kata kata sang majikan. Maka, dengan secepat kilat, Yamato dan pasukan anbunya segera pergi ke alun alun kota, meninggalkan Nona Tsunade, [Y/N], Itachi, serta Sasuke untuk berbicara hal konfidensial.
"Urusan kita belum selesai, Itachi. Setelah ini, temui aku di ruanganku." Ucap Tsunade dengan Tegas. Lalu matanya bergulir melihat [Y/N] dan Sasuke dan menatap Itachi kembali.
"Sendirian."Setelah itu, Nona Tsunade membalikan tubuhnya dan bergegas pergi menyusul Yamato.
Di alun - alun kota, ada hadiah istimewa yang sudah Sasaki siapkan untuk Danzo. Sasaki hanya memberikan sedikit bumbu pembalasan dendam yang pantas untuk Danzo. Karena hukum pengadilan masih terlalu baik kepada Danzo.
Setelah dirasa hanya tinggal mereka. Itachi langsung menangkup wajah Sasuke untuk melihat bagian mana yang terluka.
"Sasuke, mana yang sakit? Apa saja yang Danzo lakukan padamu?" Kata Itachi dengan nada yang sarat akan kekhawatiran. Ibu jarinya terus mengusap pipi tirus milik Sasuke.

KAMU SEDANG MEMBACA
Libel [ Itachi x reader ]
FanfictionSemua orang mengenang Itachi sebagai sosok pembunuh. Tapi, [Y/N], tunangan dari Itachi, merasa ada kejanggalan. Dengan bantuan dari beberapa ninja Konoha, [Y/N] mengusut kasus pembantaian Uchiha tanpa sepengetahuan desa. Tanpa [Y/N] sadari, dia mal...