18

333 48 4
                                    

Keadaan ricuh menyambut netra para jounin, Yamato serta pasukannya. Para warga benar benar menolak untuk di tenangkan. Mereka dapat melihat dengan jelas, gemuruh amarah yang sudah tersimpan lama. Para warga memutuskan untuk main hakim sendiri dan memberikan keadilan pada Danzo dengan cara yang sepadan.

"Danzo, hukum negara ini masih berpihak kepada mu. Jadi, kurasa kami tidak perlu menyerahkan mu kepada hakim pengadilan yang sering kau ajak makan bersama itu." Ungkap Sasaki, asisten pribadi Danzo. Ah, ralat. Mantan.

Seluruh warga berteriak marah. Terutama karena menyaksikan raut tenang dari Danzo, yang seolah tidak merasa bersalah. Mereka memutuskan untuk main hakim sendiri, sebab tidak ada hukum yang sepadan atas apa yang telah Danzo lakukan di masa lalu.

Sasaki menghampiri para Jounin, Yamato dan para Anbu 'akar' milik Danzo. Dirinya berlari kecil dengan wajah yang di tekuk masam.

"Kalian pulanglah, Nona Tsunade sudah menyerahkan Danzo untuk di urus ke tangan ku. Jadi, kalian tidak perlu repot repot berjaga disini." Ucap Sasaki lantang, sebab suaranya tenggelam dalam kericuhan para warga.

Yamato pun menatap sekitar dan para bawahannya. Dengan wajah serius, dia menganggukan kepalanya. Meng-iya-kan perintah untuk mundur dan menyerahkan urusan Danzo kepada para warga.

"Baik, kalau begitu kami undur diri untuk mengurus 4 Anbu 'akar' milik Danzo." Seperdetik setelahnya, Yanato beserta teamnya sudah pergi begitu saja, meninggalkan Sasaki bersama urusannya.

Mengenai Danzo, nasib buruk akan segera menantangnya. Kemarahan para warga, yang di pimpin oleh Sasaki menjadi tidak terkendali. Mereka melempari Danzo dengan batu, telur busuk, hingga Tinja. Membuat sekujur tubuh Danzo penuh darah dan bau busuk yang menyengat.

"Bakar!! Bakar!! Bakar!!" Berawal dari satu orang yang meneriakan, menjadi sekumpulan warga yang terprovokasi untuk meneriakan hal yang sama. Mereka menyetujui kematian Danzo.

Sasaki lalu menghampiri mantan majikannya itu dan menatap remeh.
"Lihat, semua orang menyetujui kematian mu, tua bangka." Ejek Sasaki secara verbal. Yang di ejek, Danzo, hanya memejamkan mata dan menampilkan ekspresi tenang.

Tidak ada respon yang Sasaki dapat, itu membuat dirinya panas. Seolah, apa yang Danzo lakukan di masa lalu, pria tua itu tidak merasa bersalah. Tidak ada respon meminta ampunan atau memohon kepada Sasaki. Benar benar pria yang manipulatif.

"Ikat si bajingan tengik di balok itu." Teriak Sasaki dengan lantang, memberikan perintah kepada pria pria desa yang sudah di persiapkan untuk melakukan eksekusi mati terhadap Danzo

Teriakan Sasaki mendapat respon yang sesuai. Pria berjumlah 4 orang langsung menyeret Danzo kasar tanpa ampun. Bahkan hingga mendorong Danzo supaya berjalan lebih cepat.

Setibanya di balok kayu yang berada di tengah kerumunan, para pria itu mengikatkan Danzo menggunakan tali tambang yang di lilit berpuluh-puluh kali.

Setelahnya, mereka mengambil kayu bakar yang sudah di siapkan dan mengatur supaya kayu bakar itu mengelilingi kaki Danzo.

"Ini benar benar cara mati yang begitu buruk, bukan?" Pertanyaan retorik datang dari salah satu pria yang mengikat Danzo. Di iringi dengan senyum sinis yang mengejek si pemilik nasib buruk.

Untuk kesekian kalinya, Danzo hanya diam. Tidak ada respon, tangisan, permohonan, atau ucapan apapun yang keluar dari mulut keriputnya itu.

"Ada permintaan terakhir?" Ejek Sasaki kepada Danzo. Sekali lagi, hanya diam yang menjadi jawaban Danzo.

Dirasa tidak akan mendapat jawaban, Sasaki memilih mundur dan menghampiri kerumunan para warga. Netranya bergulir, memperhatikan satu persatu orang yang hadir dalam acara eksekusi Danzo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Libel [ Itachi x reader ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang