Didalam satu ruangan itu, terdapat satu regu pasukan khusus yang berisikan enam orang. Mereka semua memakai topeng dengan pola yang berbeda satu sama lain. Topeng yang mereka gunakan sebagai metode menyamarkan identitas asli mereka, menjadi tanpa pengenal kalau mereka adalah pasukan Anbu.
Pada siang hari ini, mereka ber-enam di panggil untuk menghadap Nyonya Hokage, Tsunade-sama. Dengan posisi siap ditempat, ke-enam orang ini mempersiapkan telinga mereka untuk mendengarkan baik-baik instruksi yang di berikan oleh Hokage mereka.
"Kita semua sudah tahu kalau Naruto memiliki kekuatan Kyubi. Sayangnya, dia belum mampu untuk menguasainya karena kekuatan itu terlalu besar." Tsunade berdiri dari tempat duduknya, menatap tajam kepada setiap bawahannya sambil terus menjelaskan
" Organisasi bernama Akatsuki sudah meng-ultimatum akan mengambil Naruto serta kekuatannya. Kita belum mengetahui kekuatan para anggota akatsuki. Maka dari itu, itulah tugas kalian disini."Tsunade menaruh kedua telapak tangannya di meja kayu kebesarannya hingga terdengar suara gebrakan. Shizune yang melihat aksi atasannya hanya bisa menatap kasian pada meja tersebut, yang selalu menjadi pelampiasan si empunya.
"Tugas kalian hanya perlu memantau dari jauh. Kalian harus memperhatikan apa saja kemampuan mereka, elemen cakra mereka, dan jutsu yang mereka gunakan. Informasi sekecil apapun sangat berguna bagi desa. Dengan begitu, kita bisa mempersiapkan diri jikalau mereka mengibarkan bendera perang." Tsunade menjelaskan dengan rinci tentang misi terbaru mereka. Dengan orang-orang pilihannya, dia memiliki harapan tinggi tentang keberhasilan misi ini.
Akatsuki bukanlah organisasi yang berisi penjahat kelas teri. Mereka adalah sekelompok tentara bayaran dengan pengalaman berperang yang sudah matang. Anggota mereka berisikan orang-orang yang namanya terdaftar dalam buku bingo. Sudah jelas, mereka bukanlah lawan yang mudah. Menghadapi mereka tanpa persiapan, hanyalah penyerahan diri secara cuma-cuma.
"Tujuan misi kalian adalah Amegakure. Itu akan menghabiskan waktu tiga hari untuk sekali perjalanan. Buatlah persiapan!" Atmosfer di ruangan itu berubah menjadi berat. Dibalik topeng yang mereka pakai, mereka semua memandang serius sang Hokage. Ini adalah sebuah misi yang menentukan masa depan desa.
"Baiklah, bubar!" Ucap Tsunade tegas. Maka, satu regu itu membuat segel tangan dan mulai berubah menjadi asap.
Setelah pemberian misi selesai, Tsunade langsung melemparkan diri ke arah kursi kerjanya. Helaan nafas kasar terdengar nyaring dari bibir tipis yang di balut bibir merah tersebut. Kemunculan Akatsuki membuat kelima negara besar kalang kabut, mereka harus meningkatkan pertahanan desa.
"Tsunade-sama, akan kuambilkan segelas Ocha hangat." Ucap Shizune kepada atasannya. Dirinya berdiri di dekat meja kerja Tsunade, menunggu persetujuan dari yang lebih tua.
Setelah mendapat jawaban dengan anggukan singkat, Shizune langsung melipir keluar dari ruang Hokage. Suara hentakan sepatunya turut mengiringi kepergian Shizune.
Untuk menghilangkan penat, Tsunade memilih untuk memejamkan mata sebentar. Berkutat dengan dokumen-dokumen di hadapannya, cukup membuat dirinya kewalahan. Berkali-kali, dia harus melawan keinginannya untuk mabuk. Dia harus mengingatkan diri untuk mengutamakan desa.
"Aku tidak tahu kalau Hokage desa ini cukup bodoh." Suara laki-laki berusian senja memenuhi ruangan itu. Terdengar ketukan tongkat pada lantai kayu yang sudah tidak asing dalam telinga Tsunade. Mendengar hinaan dan cacian untuk dirinya, Tsunade langsung membuka matanya dan melihat sang lawan bicara dengan alis yang menukik dan tatapan sinis.
"Aku tidak percaya kalau cucu Hokage pertama menjadi lebih bodoh ketimbang Hiruzen Sarutobi." Cibir Danzo dengan senyuman pada bibirnya yang penuh kerutan. Dalam otaknya, dia memiliki ribuan cara untuk memaki Tsunade.
KAMU SEDANG MEMBACA
Libel [ Itachi x reader ]
FanfikceSemua orang mengenang Itachi sebagai sosok pembunuh. Tapi, [Y/N], tunangan dari Itachi, merasa ada kejanggalan. Dengan bantuan dari beberapa ninja Konoha, [Y/N] mengusut kasus pembantaian Uchiha tanpa sepengetahuan desa. Tanpa [Y/N] sadari, dia mal...