08.

379 39 1
                                    

BROKEN

****

HAPPY READING🖤

Pagi ini, Hermione bangun sedikit terlambat. Dia segera mandi dan turun untuk menyiapkan sarapan. Stok makanan dirumahnya sudah habis, sore nanti dia harus belanja bulanan untuk segala kebutuhannya.

Saat dia sudah sampai dapur, langkahnya terhenti ketika ada Draco disana. Lelaki itu sedang menidurkan kepalanya diatas meja.

"Draco, kau sedang apa disini?" tanya Hermione heran.

Draco mengangkat kepalanya. "Kepalaku pusing sekali. Berat rasanya."

"Oh, kau makin sakit?" Hermione memegang kening Draco.

"Astaga, panas sekali badanmu! Kau mau kerumah sakit?" tanya Hermione khawatir.

Draco sedikit menyeringai, namun Hermione tidak dapat melihatnya. Sepertinya rencananya berhasil.

"Tidak, aku tidak mau ke rumah sakit. Huh, andai saja aku memiliki dokter pribadi dirumah ini, sepertinya akan mudah." ujar Draco sengaja melemah lemahkan suaranya.

"Panggil saja dokter pribadi untukmu. Kau kan kaya, kau pasti mampu untuk membayarnya." Hermione mengikat rambutnya dan melakukan aktivitasnya membuat sarapan.

"Emm masak apa ya, habis semua keperluan bulan ini." Hermione terlihat sedikit berfikir.

"Ah, aku beli bubur saja." Hermione tersenyum lebar dan kembali ke kamarnya. Dia mengambil jaket dan hendak pergi keluar.

"Hei, kau mau kemana?" tanya Draco.

"Membeli bubur." Hermione pun pergi membeli bubur untuknya dan untuk Draco.

"Hmm bagaimana ya caranya menahan dia agar tidak pergi bekerja?" Tanya Draco kepada dirinya sendiri.

"Ah aku tau!" terlintas ide cemerlang menurut Draco.

****

Hermione kembali dengan sekantung keresek yang berisikan bubur ditangannya. Dia menyiapkan bubur itu untuk dirinya dan untuk Draco.

"Draco, daripada kau menidurkan kepalamu disini, lebih baik kau pergi kekamarmu." ujar Hermione mengambil 2 mangkuk.

"Baiklah."

Draco pun berdiri. Inilah waktunya untuk melakukan aksinya. Saat berdiri, Draco terjatuh hingga membuat Hermione sangat terkejut.

"Astaga, Draco! Kau tidak apa apa? Badanmu panas sekali, lebih baik kita kerumah sakit ya?" Hermione mengangkat kepala Draco dan memangkunya dipahanya.

"Tidak, aku hanya ingin dirawat oleh mu." balas Draco bergumam kecil.

"Tapi aku harus bekerja."

"Ah sepertinya aku mati hari ini."

"Tidak! Baiklah baiklah, aku tidak akan bekerja. Sini aku bantu kau berdiri, kita pindah kekamarmu."

Yes. Rencana Draco berhasil. Dia sedikit tersenyum dan pura pura lemas kepada Hermione yang menopang tubuhnya untuk menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, Hermione menidurkan Draco dikasur miliknya.

"Huft, kau berat sekali!" Cibir Hermione merenggangkan tubuhnya.

"Baiklah, tunggu disini aku akan menyiapkan segala kebutuhanmu."

Setelah itu, Hermione keluar dari kamar Draco dan menuruni tangga menuju dapur. Mengapa rasanya Draco bahagia akan hal ini? Hermione memperhatikannya dan rela tidak bekerja demi mengurusi dirinya yang sedang sakit.

Hermione sendiri, Ia juga sangat senang Draco sangat manja kepadanya. Apalagi lelaki itu mengatakan bahwa Ia ingin dirawat olehnya. Rasanya perutnya merasakan kupu-kupu sedang berterbangan.

Namun, kebahagiaan itu sirna. Langkah Hermione tiba tiba terhenti ketika dia melihat seorang perempuan yang ada dihadapannya.

Dia Astoria.

Wanita itu berdiri dihadapannya, entah masuk lewat pintu mana dan siapa yang mengizinkan.

Hati Hermione rasanya sangat sakit melihat Astoria ada di hadapannya.

"Hai, Hermione." Sapa Astoria tersenyum.

"Oh hai, kau.. Siapa yang memberimu izin memasuki rumah ini?" Tanya Hermione dingin.

"Draco, dia yang menyuruhku untuk datang pagi ini."

Draco? Tadi katanya dia ingin dirawat oleh Hermione. Cih, lelaki itu ternyata hanya ingin membuat hati Hermione sakit. Sengaja sekali.

"Draco sedang sakit. Ini keperluannya, kau bisa bawa semua ini kekamarnya dan merawatnya seharian ini." Hermione menguatkan hatinya untuk memberikan semua keperluan Draco mulai dari air hangat dan handuk untuk mengompres badan Draco, lalu bubur, dan juga obat.

Setelah menerima itu semua, Astoria pun melangkah senang memasuki kamar Draco. Hermione tersenyum miris. Miris karna dirinya tidak akan pernah penting untuk Draco.

Tanpa sadar, setetes air mata mengalir di pipinya dan Ia langsung menghapusnya.

****

Draco terus memandangi pintu kamarnya. Dia tak sabar untuk dirawat seharian ini oleh Hermione. Akhirnya, dia mendapatkan kembali perhatian dari wanita itu. Rasanya dia sangat merindukannya. Tunggu, merindukannya? Tidak, dia tidak merindukannya. Mana mungkin Draco merindukan Hermione.

Saat pintu kamarnya terbuka, Draco langsung menyembunyikan senyumnya. Namun senyumnya benar benar menghilang karena bukan Hermione yang masuk ke dalam kamarnya melainkan Astoria.

"Tori? Mengapa kau kemari?" Tanya Draco langsung merubah posisinya menjadi duduk.

"Kau sakit? Sakit apa? Maafkan aku, harusnya aku lebih perhatian kepadamu, Drake." Lirih Astoria duduk disamping Draco.

"Lepas!" Ketus Draco menepis tangan Astoria yang hendak menyentuh keningnya.

Draco berdiri dan hendak pergi. Namun, Astoria menahannya dan memeluknya.

"Maafkan aku, aku benar benar menyesal selingkuh darimu, maafkan aku Drake, maaf." Lirih Astoria didalam pelukan Draco.

"Aku janji aku tidak akan melakukannya lagi."

Hermione melihat itu semua dibalik pintu kamar Draco. Dia pun hanya tersenyum kecil dan mengambil semua keperluannya kerjanya.

"Dengar Tori. Kita sudah tidak ada apa apa lagi! Bagaimana bisa kau berani memasuki rumah ini? Disini ada Hermione. Kau harus menghargainya sebagai istriku." tegas Draco kepada Astoria.

"Istri? Sejak kapan kau menganggapnya istri?" tanya Astoria tidak terima.

"Dia memang istriku." cibir Draco tak suka.

"Draco, kau sudah berjanji kita akan menikah dan kau akan menceraikan dia! " teriak Astoria kencang. Bahkan saking kencangnya, sampai terdengar kekamar Hermione.

"Tidak usah berteriak. Itu janjiku sebelum aku tahu kau selingkuh. Kau tahu bahwa aku tidak suka wanita yang selingkuh!"

Draco keluar dari kamarnya. Saat dia keluar, dia berpapasan dengan Hermione yang sudah siap dengan semua keperluan kerjanya.

"Kau mau kemana?" tanya Draco.

"Kerja." balas Hermione.

"Kau sudah bilang tadi tidak akan bekerja dan akan merawatku." ketus Draco.

"Sudah ada Astoria yang akan merawatmu. Nikmati waktumu, jangan sampai ketahuan oleh orang tua kita. Aku pergi dulu." Hermione tersenyum singkat lalu pergi meninggalkan Draco yang masih mematung didepan kamarnya.

Draco menyusul Hermione menuju depan rumah. Ada Ron yang sudah menunggunya untuk mengantarkan Hermione kerumah sakit. Draco mengepalkan tangannya dengan keras.

"Sialan Weasley." gumamnya dalam hati.

****

Tbc..

BROKEN (DRAMIONE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang