03 - hak

4.1K 438 108
                                    


Gempa sedikit melirik istrinya yang tengah membaca buku dengan tenang. Hanya melirik, tidak lebih. Habisnya Gempa sedang diganggu oleh pikirannya yang mengulang-ulang ucapan Taufan siang hari tadi.

Merasa diperhatikan, [Name] menoleh, ia menangkap basah Gempa yang tadi menatap dirinya dengan senyum tipis. Namun, saat itu juga, Gempa langsung mengalihkan pandangannya dari sang istri.

"Mukaku kenapa, Kak? Daritadi aku ngerasa diliatin terus."

"Eng-... Enggak, gapapa! Aku cuma bosen aja, kamu gak risih 'kan, ku liatin terus?"

[Name] menggeleng, "enggak, kok." setelahnya, [Name] kembali membaca bukunya, membiarkan Gempa menatap dirinya dalam diam.

Keheningan terjadi lagi di antara mereka, sebelum akhirnya Gempa kembali membuka suara dengan topik yang membuat [Name] sedikit merasa bingung juga curiga.

"[Name]...."

"Iyaa?"

"Kamu lagi dapet bulan atau engga?"

"...." jujur saja, [Name] tak paham kenapa tiba-tiba Gempa bertanya hal ini padanya.

"Aku lagi engga dapet, kenapa memangnya?"

Bukannya dijawab, Gempa malah menyembunyikan mukanya di dalam lipatan tangan dia. Membuat [Name] merasa semakin bingung. "Kalo ada yang pengen diomongin, bilang aja, Kak."

"Aku cuma bingung ngomongnya gimana, [Name] ... Haish, ini gara-gara Bang Upan."

"Apa, Kak Gem?"

Gempa sedikit merona, dia menatap [Name] malu-malu layaknya anak kecil yang baru berkenalan dengan orang baru.

"Aku mau hak-ku malam ini. Boleh, gak?"

__________

Matahari  menyinari wajah Gempa di pagi hari, membuat pria itu membuka matanya pelan karena merasa terganggu.

"Udah pagi ...," gumamnya. Dia melihat ke arah sampingnya, ada sosok rapuh yang masih tidur nyenyak, terlihat dari wajahnya dia kelelahan.

Gempa terkekeh kecil, pria itu mengecup pelan pipi wanitanya dengan penuh kelembutan, "kamu masih tidur, aku jadi gak mau bangun dari kasur."

Tadi malam, [Name] memberikan hak milik Gempa, walau dirinya itu sedikit takut, namun dia tetap menjalankan tugasnya semalam.

Gempa sendiri, dia memperlakukan istrinya dengan lembut, walau paginya banyak tanda merah pada [Name], sih—.

Oke, harus diakui jikalau Gempa sedikit kasar.

Gempa memeluk erat [Name] yang masih tertidur, tiba-tiba, ingatannya kembali memutar adegan tadi malam.

Astaga, Gempa 'kan, jadi malu sendiri.

"Eungh...." erangan sang istri terdengar di telinga Gempa, pria itu menunduk dan mendapati istrinya yang masih mengumpulkan kesadaran.

"Pagi, dear."

"Pagi ... Sa-sayang."

[Name] kembali menutupi seluruh tubuh juga wajahnya dengan selimut setelah mengucapkan itu, membuat Gempa sedikit terkekeh dan mengecup puncak kepalanya pelan.

Tadi malam itu....

"[Name], aku mau punya panggilan khusus, boleh? Aku ngerasa aneh kalo pake Kakak."

"A-ah! Memangnya, mau dipanggil apa?"

Gempa sedikit memajukan tubuhnya, ia meminggirkan rambut [Name], membisikkan sebuah kalimat yang membuat [Name] merona dan mendorong tubuh Gempa pelan.

"Aku pengen dipanggil sayang. Dipanggil pake nama aja juga enggak apa, kok." setelahnya, Gempa kembali mengecupi wajah istrinya, sebelum turun ke bawah.

Sejak malam itu dan seterusnya, [Name] tak akan memanggil Gempa dengan sebutan 'kak' lagi, dia menggantinya dengan kata sayang atau sebut nama langsung.

"Hari ini, mau masak bareng?"

"... Badanku masih sakit, Gempaaa."

Pemilik manik emas itu terkekeh, "oke, aku yang buat sarapan hari ini. Kamu tiduran disini, ya? Nanti ku siapin juga air hangat buat kamu mandi."

"Uh, gakpapa?"

"Gakpapa dong, dulu juga aku selalu begini, kok, [Name]." Gempa turun dari ranjangnya, dia mengelus rambut istrinya pelan sebelum menuju ke dapur.

"Maaf, ya. Semalam aku kelewatan."

"GEEEM! JANGAN DIBAHAS—" [Name] memerah padam, ia tak bisa jika dibeginikan terus! Aduh, dasar Gempa.

Sudahlah, mari doakan saja [Name] bisa cepat gerak dan berjalan normal kembali.




________

HAHSJDJDJDJ kali ini pendek banget, terus juga aku agak ngejelasin detail—di buku yang lain ga kujelasin detail soalnya. (?)

ya engga detail banget, si. cuma gigufufu gitu deh.

ini wordnya ga nyampe seribu, rasanya aneh banget ಥ-ಥ maaf, ya, karena pendek. InshaAllah berikutnya panjang lagi kayak sebelum-sebelumnya.

See u minggu depan!




pengganti; b. gempa [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang