06. pertemuan

2.7K 380 206
                                    


Gempa sudah terlihat rapi pagi ini, dia memakai pakaian formal juga mengubah model rambutnya yang membuat [Name] terheran-heran.

"Mau kemana?"

"Oh, [Name]. Aku mau ketemuan."

[Name] mengerutkan keningnya, "siapa?"

"Dia. Kamu mau ikut?"

[Name] langsung membentuk mulutnya menjadi huruf O, dia sedikit melirik ke arah Cahaya yang masih tidur sambil mengemut jarinya. Ini masih jam enam pagi, karena ini hari libur jadi [Name] biarkan saja Cahaya.

"Mau, sih ... tapi Cahaya nanti gak ada yang jaga, Gem. Aku agak takut juga sebenarnya."

Sebelumnya, saat malam itu Gempa langsung menyalin nomor dia dan menyimpannya, mereka berdua berdiskusi secara baik-baik hingga jam sepuluh malam, lalu, pria itu bilang ia akan datang kesini untuk membahas lebih lanjut secara tatap muka.

Dia meminta Gempa untuk bertemu di kedai Tok Aba pukul tujuh pagi, tapi, ini kan Gempa. Dia bukan tipe laki-laki yang ngaret.

Gempa mengangguk mengerti, dia mengacak surai istrinya yang masih berantakan menjadi semakin berantakan.

"Aku berangkat sekarang. Aku sarapan di kedai Atok, aja. Udah lama juga gak makan masakannya Atok."

"Titip salam buat Atok,"

"Iyaa. Kalo ada apa-apa telpon aja, oke?"

Setelahnya, Gempa mengecup pipi juga bibir mungil milik istrinya, tak lama, ia sedikit menunduk menuju perut istrinya yang terlihat sedikit besar dari hari-hari sebelumnya. Dia kecup pelan perut sang istri,

"Bundanya jangan dibikin susah, ya. Ayah berangkat dulu." Pesannya.

Gempa kembali ke posisi awalnya, dia menuju ke arah Cahaya yang masih tidur nyenyak, tak lupa dengan ilernya yang sedikit keluar.

"Ini jugaa, Aunty-nya jangan dibikin repot." Gempa terkekeh, lalu menoel pipi Cahaya yang masih tertidur. Untung saja Cahaya tak terusik.

"Kantung matamu tebel banget, Cahaya. Kamu selalu begadang, ya? Padahal masih anak-anak. Haishh, Papi-mu kayaknya minta bogeman dari 2 Uncle-mu, deh; Uncle Blaze sama Uncle Halilintar."

Habis selesai berbicara dengan Cahaya yang masih tertidur, Gempa langsung turun ke bawah diikuti oleh [Name] di belakangnya.

"Jaga diri pokoknya. Assalamu'alaikum."

Setelahnya, suara pintu rumah tertutup terdengar di telinga [Name], bersamaan dengan sosok Gempa yang tak lagi terlihat di hadapannya.

______________

07:00.

Gempa sudah sarapan dengan Atoknya, sembari menunggu si pria itu datang, Gempa membantu Atoknya melayani pelanggan yang mulai berdatangan.

Sampai pukul tujuh tepat, orang itu benar-benar datang dan langsung menanyakan keberadaan Gempa.

"Saya mau bertemu dengan Gempa."

Tok Aba hanya mengangguk, ia tahu siapa orang di depannya ini. Gempa sudah menceritakan semuanya tadi pagi.

"Gempaaa! Tamu-mu sudah dateng." Ucapnya dengan sedikit berteriak pada Gempa yang baru saja selesai melepas celemeknya.

Saat itu juga, Gempa langsung berlari mendatangi atoknya juga pria itu yang menatap dirinya datar.

"Nah, sini Atok yang kerja. Kalian berdua ngobrol aja di gazebo tuu."

Pemilik iris emas itu mengangguk, dia memberi lirikan mata kepada sang pria untuk mengikutinya menuju gazebo.

Setelah keduanya sama-sama sudah mendudukan diri di gazebo, Gempa langsung membuka suara.

"Kamu ... Ejo Jo, kan?"

"Iya, dan kamu Gempa."

Suasananya sangat mengerikan saat ini, keduanya sama-sama diam sambil melemparkan tatapan tajam.

"[Name] sudah sama saya selama 3 tahun."

"Tapi [Name] bahagianya sama saya."

"Yakin? Yakin dia beneran bahagia sama kamu?"

Huh?

Gempa mengerutkan keningnya tak suka, dia melirik Ejo Jo yang terlihat sangat santai dan tak merasa gugup sama sekali.

"Yak—"

"—Yakin? Bukannya kamu cuma pengganti?"

Perkataan Ejo Jo membuat Gempa sedikit membuka mulutnya, tiba-tiba, jawaban yang sudah ia siapkan dari tadi malam hilang begitu saja. Rasanya seperti ucapan Ejo Jo benar dan ia tak bisa membantahnya.

"Dari dulu dia selalu sama saya. Kita selalu bareng, aku tau segalanya tentang dia. Kamu? Kamu cuma orang baru yang masuk ke dalam hubungan kita."

Ingin rasanya Gempa membantah mentah-mentah ucapan pria di depannya ini, tapi mulutnya seolah terlakban. Yang bisa ia lakukan sekarang hanya diam sambil mengepalkan tangan.

"Ceraiin [Name], serahin ke saya."

Mata Gempa membulat sempurna, dia menatap Ejo Jo dengan pandangan tak percaya. Padahal tadi malam dia bilang akan berbicara baik-baik dan menyerahkan [Name] padanya, kenapa tiba-tiba jadi seperti ini?

"Kamu gak sadar?"

Gempa menaikkan sebelah alisnya, membuat Ejo Jo menghela napas panjang.

"Kamu itu kayak orang ketiga yang ngehancurin hubungan orang."

Maaf? Gempa benar-benar tak mengerti, bukankah Ejo Jo sendiri yang menghancurkan hubungan mereka? Kenapa jadi Gempa yang dipojokkan seperti ini.

"Makanya, balikin [Name]. Biarin [Name] balik ke tangan saya, pelukan saya."

"... kamu sudah gila, ya?"














































___________

Halooo balik lagi sama aku tiap sabtuuu ✋

Sebenarnya aku ga mau gantung, tp berhubung hari ini update 3x, gantungin aja lah. Lagian juga digantungnya cuma beberapa jam aja, kan 😔

Aku bingung banget mau pake chara cowok siapa lagi, awalnya aku mau Adudu tp gak cocok, terus tadi sempet mau pake Qually tp kayaknya juga ga cocok, habis itu aku udah fiks mau pake Vargoba tapi aku ngerasa gak mungkin Vargoba ngomong kayak "kamu gausah lebay, aku sayang sama kamu dll" 😭

Jadi akhirnya aku pake Ejo Jo, walau kayaknya Ejo Jo juga bukan tipe cowo yang ngomong gitu 😭 tp aku ngerasa Ejo Jo lebih cocok daripada Vargoba.

Udah deh itu aja, see u nanti malem/besok!








pengganti; b. gempa [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang