13. 3 bayi

2.8K 339 29
                                    


Gempa dari tadi tak bisa tenang, dirinya terus-terusan mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Iya, [Name] pilih caesar.

Disini juga rumah sakit tak mengijinkan Gempa untuk masuk. Harusnya Gempa memilih rumah sakit lain saja kalau tau begini.

Saudara-saudaranya juga datang, hanya Halilintar dan Taufan, sih. Kedua kakak kesayangan Gempa. Walau kadang bikin naik pitam dan naik darah.

"Gapapa, Gem. Semua bakal baik-baik aja. Kamu jangan takut, [Name] itu orangnya kuat, kan? Kamu sendiri yang bilang."

Itu Taufan, yang sedari-tadi bosan melihat Gempa mondar-mandir tak jelas. Halilintar sendiri hanya duduk sambil memainkan ponselnya, kan siapa tau ada hal penting, gitu.

Istrinya Taufan dan Halilintar sedang di kantin rumah sakit, karena anak-anak Taufan yang rewel ketika melihat snack yang mereka suka di kantin rumah sakit.

Dasar anak-anak.

"Aku tau Bang. Tapi [Name] sendirian disana, ya kali aku tenang! Aku gak bisa tenang kalo [Name] sendirian disana."

Astaga, Gempa ini tipe suami yang tak akan meninggalkan istrinya mau dalam keadaan apapun itu, ya.

Halah, gak ninggalin gimana. Orang pas USG aja [Name] pergi ke rumah sakit sendiri.

/j bercanda ya ges ya.

"Lagian, kenapa pilih caesar? Kenapa enggak normal aja?"

"Di dalamnya ada 3 bayi, Kak. [Name] gak mau kalo normal. Dia milih itu aja walau tau habis itu bakal ngerasain sakit yang luar biasa."

"Tuh, denger Fan. Kasian Istrimu. Udah kubur aja mimpi pengen punya tim sepak bola."

Jujur saja, Halilintar juga sudah muak mendengar celotehan Taufan yang ingin memiliki banyak anak agar bisa membentuk tim sepak bola.

Kasian istrinya.

"Heee?! Ya terserah aku, dong! Istriku juga gak masalah, kok."

"Dia bukan gak masalah, Fan. Tapi tertekan, pasrah, iyain aja, cape sama kamu."

Halilintar sama istrinya Taufan ini udah seperti saudara kandung aja. Halilintar seperti tau perasaan asli istri Taufan tentang permintaan Taufan yang aneh ini.

Sambil menonton perdebatan kecil kedua kakaknya, Gempa masih setia menunggu di depan pintu operasi, sambil berdiri tentunya.

Ia tak mau duduk.

Pokoknya hampir dua puluh menitan dia menjadi penonton drama dadakan yang ditayangkan oleh kedua kakaknya itu.

Sampai akhirnya, suara yang sangat dia tunggu-tunggu itu datang juga.

Gempa langsung kembali menghadap ruang operasi, dia menjadi sedikit heboh dan mencoba mengintip dari balik pintu. Walau tak terlihat apapun, sih ya.

Entah, Tiba-tiba tubuhnya seperti bergetar sendiri, seolah rasa bahagia menyetrum dirinya dari atas ke bawah.

Jika dia boleh egois, dia tak ingin membagi kebahagiaan yang ia rasakan ini pada yang lain sebenarnya. Hanya ingin membaginya dengan sang istri tercinta.

"Bang Hali, Bang Upan ... anak pertama GemGem udah lahiir." Seperti anak kecil, tiba-tiba Gempa menangis haru di depan kedua kakaknya, membuat keduanya bingung dan langsung berinisiatif menghampiri Gempa.

"Iya, Gem! Selamat, ya."

_____________

Beberapa jam telah berlalu semenjak hal itu terjadi, sekarang wanita berusia kepala dua itu tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit.

Tubuhnya memang masih terasa sakit semua, tapi begitu melihat ke arah kanan, di sana ada tiga bayi yang tengah tidur tenang.

Lalu saat menoleh ke arah kiri, ada suaminya yang memberikan senyum tampan padanya.

"Halo, sayangnya Gempa. Jangan bergerak dulu, ya? Masih sakit semua badanmu. Kalo kamu mau apa-apa tinggal bilang aja ke aku."

Gempa ini tau, pasti istrinya ingin membenarkan posisi menjadi duduk, makanya sama Gempa lansung diberi peringatan.

Gempa tak akan ke mana-mana, kok. Kecuali jika [Name] mengeluarkan perintah padanya.

"Kembar tiga, semuanya sehat, dua laki-laki satu perempuan. Yang keluar duluan yang perempuan, loh, [Name]. Jarak lahir mereka cuma dua menit."

[Name] terkekeh tanpa suara, saat ini ia benar-benar sedang merasa kesakitan, tau. Kalau ketawa bahagia yang kencang yang ada nanti perutnya malah sakit.

"Semuanya lucu, gemesin. Kayak kamu. Kamu hebat, loh, [Name]. Bisa lahirin ketiganya dan sehat semua. Memang, Istriku ini kuatnya luar biasa."

Inilah Gempa saat memberi pujian atas kerja keras orang itu. Apalagi jika mood nya lagi bagus sekali.

Seperti saat ini misalnya.

"Sekarang, kamu mau apa? Aku bakal beliin semuanya buat kamu sebagai hadiah karena udah kuat, deh. Apalagi tadi aku gak ada di samping kamu selama proses itu. Maaf,"

Terkadang, sifat Gempa yang seperti ini membuat [Name] semakin jatuh cinta padanya.

"Aku maunya Gempaa disini, temenin aku."

"Kalo itu, sih, pasti! Bahkan kalau kamu suruh aku tidur di luar lagi."

Astaga, Gempa.

______

WIHIII, tinggal special chapter niee

besok aja, lah, ya 🤩 aku belum siap berpisah di book Gempa

Btw

Btw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yang minat, sabiii mampir yuk.
baru prolog, sih. update tiap 2x seminggu.

See u besok, yaa! Makasih banyak buat yang udah baca bookku 💙💙💙

loplop deh buat kalian

pengganti; b. gempa [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang