"[Name], kamu salah paham, ya?"Istrinya itu masih sibuk dengan aktivitasnya, ia tak berniat ingin berbicara dengan Gempa malam ini, habisnya, laki-laki itu berhasil membuat ia kesal.
"[Name], dia itu Ying, temenku jaman SMA."
"...."
Tak ada respon dari sang istri, Gempa kembali membujuk istrinya itu dengan sebuah rayuan dan panggilan sayang. Tapi hasilnya tetap sama, istrinya itu tetap tak buka mulut.
Akhirnya, Gempa putuskan untuk mandi terlebih dahulu baru berbicara dengan sang istri yang saat ini sedang kesal dengan dirinya.
Selesai mandi, Gempa melihat makan malam sudah dihidangkan di meja makan. Tapi, wanitanya itu tak terlihat di ruang makan, di kamar juga tidak ada. Hal itu membuat Gempa sedikit kebingungan. Segitu kesalnya [Name] dengan dirinya, kah? Padahal hanya sebuah kesalahpahaman.
Dia berjalan ke arah ruang tamu, namun hasilnya tetap sama, nihil. Jadi dia coba lagi cari di kamar saudara-saudaranya, dan tak ada juga istrinya.
Sampai akhirnya, ia menemukan wanitanya ada di taman belakang milik Thorn dulu. Sampai sekarang masih disiram oleh [Name], Thorn yang memintanya. Soalnya saat ia meminta hal itu pada Gempa ataupun Ice, keduanya terkadang lupa menyiram.
"Astaga, [Name]. Aku cariin kamu daritadi."
"Buat apa cariin? Kenapa gak jalan aja sama dia? Kirain mau jalan sama dia."
Gempa hanya geleng-geleng kepala, dia bisa memaklumi, sih. Namanya juga perempuan, bundanya selalu bilang, sifat perempuan itu lembut dan cemburuan. Apalagi saat ini [Name] sedang hamil, Gempa jadi tak heran.
"Dengerin dulu kalo orang mau ngasih penjelasan, [Name]."
"Apalagi, sih emangnya?"
Gempa duduk di kursi yang ada di sebelah [Name], dirinya ikut memandang ke arah mana [Name] memandang.
Oh, ternyata ke arah tanaman-tanaman Thorn yang semakin besar.
"Dia itu Ying. Temenku pas jaman SMA. Temennya kita bertujuh, sama istrinya Solar."
Mendengar awalan cerita Gempa, [Name] jadi merasa sedikit tertarik. Jarang-jarang Gempa bercerita tentang masa SMA-nya.
"Dia dulu musuhnya istri Solar. Sering mereka berantem bertiga, satu lagi sama Yaya. Terus tiba-tiba hari ini dia kerja di rumah sakitku, aku bingung, bukannya dia ambil jurusan hukum? Apalagi dulu dia anak IPS. Ternyata dia linjur, buat ambil kedokteran. Jadi tadi kita ngobrol berdua itu bahas masalah linjur dia, [Name]. Bukan bahas apa-apa."
[Name] hanya mengangguk, mulutnya membentuk huruf O dan kepalanya sedikit ia tundukan. "Kukira kamu mau nakal."
"Haish, aku ini orang-nya PHP tau, [Name]."
"Hah?"
"PHP, Pemberi Harapan Pasti."
Aduh, sa ae Mas Gem.
[Name] geleng-geleng kepala, dari mana dia belajar kata itu?
"Jadi, gimana hasil USG-nya?"
Istrinya itu menghela napas, dia sedikit salah tingkah. Malu mengatakannya. Bukannya apa, hanya saja ya begitu. Dia hanya malu.
"Itu ... kembar tiga."
"Oh, begitu. Tapi semuanya sehat, kan?"
Hei, tunggu, kenapa reaksinya sangat santai?
"... Kamu gak kaget??"
Gempa menaikan sebelah alisnya, "buat apa aku kaget?? Bunda aja hamil kembar tujuh."
Ya, gak salah, sih 😭😭😭
Bundanya saja hamil kembar tujuh, jadi kembar tiga bukan apa-apa ya bagi Gempa?
"Gempa, kamu terlalu santai tau reaksinya! Ah gak seru ah. Pokoknya malem ini tidur di sofa."
Lah, kok.
"[Name], aku salah apa lagi??"
"Pokoknya kamu salah. Harusnya kamu tuh kaget, aku udah dagdigdug tapi reaksimu gitu aja. Kesel ah. Makin keseeel!"
[Name] langsung meninggalkan Gempa sendirian di taman, dirinya pergi ke kamar dan mengunci pintunya langsung, benar-benar membiarkan Gempa tidur diluar.
Sabar ... harus sabar, namanya orang hamil. Inget kata Bunda, gak boleh kasar ke perempuan. Batinnya.
Kalau saja [Name] itu Taufan, pasti sama Gempa sudah dimarahi habis-habisan.
_______
Ayo ges ayoo 2 chap lagi, mnuju debut solar kasian anaknya udah bete banget itu 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
pengganti; b. gempa [√]
Fanfiction❛❛BoBoiBoy Gempa x Reader❜❜ 𝘚𝘢𝘢𝘵 𝘪𝘵𝘶, 𝘯𝘪𝘢𝘵 𝘎𝘦𝘮𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘫𝘪 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘫𝘪𝘥 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘶𝘴𝘵𝘢𝘥𝘻 𝘧𝘢𝘷𝘰𝘳𝘪𝘵𝘯𝘺𝘢. 𝘕𝘢𝘮𝘶𝘯, 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢 𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘩𝘢𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘩 𝘮𝘦�...