Pertandingan basket diadakan di GOR sekolah SMA Hope sebagai tuan rumah. Banyak anak-anak dari sekolah lain datang untuk sekedar menonton atau malah menyuproteri tim sekolah mereka masing-masing. Contohnya Prince, Theo dan Yuda. Karena ini adalah pertandingan pertama Raden setelah dia resmi jadi tim inti kelas sepuluh.
Ditempat lain, Leana sedang menemani Karin yang sedang persiapan untuk menjadi cheergirl. Karin juga tampak gugup pasalnya ini juga hari pertamanya menjadi anggota inti di tim itu. Dia sedikit kesal sebenarnya, karena dari tadi Raden terlihat seperti tebar pesona kepada para penonton, seolah melupakan dirinya yang ada disana. Jangan lupakan Meita yang malah dengan santainya duduk di tempat tunggu tim basket. Sialan harusnya Karin yang disana. Leana mengerti perasaan Karin, maka dia memilih menenangkan Karin dan menyuruh gadis itu pemanasan supaya tidak terjadi cidera. Leana memilih menghampiri teman-teman yang lainnya.
Acara dibuka oleh penampilan cheergirl dari tuan rumah. Banyak yang terpaku melihat atraksi dari para gadis itu. Tak terkecuali Yuda, pandangannya fokus kearah satu gadis yang sepertinya bukan inti team, dia tampak sangat anggun dari belakang meskipun harus menahan beban dari teman-temannya yang menggunakan kekuatan nya untuk menopang mereka yang beratraksi di atas sana. Yuda terpesona, Keren pikirnya. Pemuda itu jadi penasaran bagaimana dengan wajah si kuat itu.
Maka dari itu Yuda terus-terusan menatap gadis dengan nomor punggung enam belas yang wajahnya masih belum terlihat karena memang posisinya yang terbelakangi.
Hingga akhirnya pertunjukan selesai, semua team membungkuk hormat tanda terimakasih atas apresiasi para penonton. Mereka bubar tak beraturan membuat Yuda sempat kehilangan gadis yang dia tunggu.
Tak perlu waktu lama Yuda menemukan seseorang dengan proporsi tubuh yang mirip dengan gadis incarannya tadi, dia tengah tersenyum sumringah dengan rambut yang sedang dia kuncir asal. Pasti risih dan panas. Sekarang giliran Yuda harus memastikan nomor punggungnya saja.
"Ayo balik badan cepetan!!!" Pinta Yuda yang sudah greget.
"Liatin apa sih lo?" Tanya Theo.
"Eh engga tuh, gue cuma nunggu cheergirl sekolah kita perform" balas Yuda tak mau keciduk oleh Theo.
"Lo pikun apa gimana si? Cheergirl nya tampil nanti di pertengahan tanding" Prince.
"Iya ah udah sana jangan ganggu gue" Yuda.
Mata Yuda dari tadi masih fokus menatap gadis itu, jujur dia sangat cantik. Apakah benar dia si kuat yang Yuda harapkan, jika bukan juga tidak papa si Yuda hanya kepo palingan.
Tapi tanpa Yuda sadari, setiap lengkungan senyuman yang tercipta dari bibir gadis itu membuat Yuda ikut tersenyum manis.
"Yeh kuda Nil malah senyum-senyum sendiri" Tutur Raden yang berjalan mendekat setelah sedikit latihan bersama kakak kelas lain.
Ucapan Raden membuat Theo dan Prince menoleh lagi kearah Yuda.
"Emang aneh nih anak" Prince.
"Kesambet kali, semalem abis nyolong duit bapaknya buat beli hp soalnya" Theo.
"Serah kalian deh mau ngomongin gue apa, gue cabut dulu ya" Yuda.
"Yehh ngambek dihhhh gak laik gue sama lo Yud" Prince.
Sejujurnya Yuda pergi bukan karena dia ngambek, hanya saja dia tak mau ketahuan lagi curi-curi pandang dan berujung di cengin oleh sahabat nya itu. Lagipun jadinya aktifitas Yuda jadi tak terganggu, dia lebih leluasa menatap gadis cantik itu.
Saat sedang berjalan untuk mencari posisi yang enak untuk memandangi tiba-tiba pluit tanda pertandingan akan dimulai berbunyi. Dia yang Yuda pandangi akhirnya berbalik badan dan nafas Yuda berhembus lega sekaligus senang. Ternyata benar gadis cantik yang dia awasi tadi adalah pemilik nomor punggung enam belas. Sekarang Yuda hanya harus mencari tahu siapa namanya saja. Tapi pada siapa dia akan bertanya nama gadis itu, pasti akan langsung heboh nanti. Dia tak mau banyak yang tahu dulu, takutnya cinta-cinta monyet dan memalukan diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle Life
Любовные романыTentang empat orang yang dipertemukan oleh garis takdir dalam menemukan jati diri dan kebahagiaan masing-masing.