31. Siaga II

90 15 0
                                    

Bukan malam Minggu, tapi Theo mengajak Denise pergi malam itu tentunya karena desakan Kaitlyn. Kini mereka berdua sudah ada disalah satu tempat untuk bermain aneka wahana menyenangkan, dengan membeli tiket lanjutan yang mana artinya semua wahana harus di coba. Bukan kencan yang penuh dengan canda gurau, keduanya masih sama-sama canggung karena perasaan masing-masing.

Didepan wahana rumah hantu mereka berdiri. Theo memandang Denise untuk mencoba menebak apakah ada ketakutan di sana, dan benar dia mendapatkan jawabannya.

"Kalo takut kita skip aja" Theo tersenyum.

"Emm takut sih, tapi kepo juga, gas yuk lagian kan belinya tiket lanjutan, masuk yang pake kereta ya" pinta Denise yang di angguki oleh Theo.

Bukan pertma kalinya untuk Theo datang ke theme park, sudah sangat sering. Apalagi dulu saat Kaitlyn sering kesepian dirumah, anak itu akan membuat Theo membawanya main kesini. Dan untuk Denise, ini juga bukan pertama kalinya dia datang ke sini. Hanya ini adalah pertama kalinya dia membeli tiket lanjutan. Bukan tak mampu, Denise tak mau mencoba semua wahana menyeramkan. Paling dia hanya bermain game, menaiki komedi putar, dan juga biang lala.

Keduanya sudah duduk di kereta yang akan membawa mereka berkeliling rumah hantu. Masing-masing seatbelt sudah terpasang. Terlihat kalau Denise menghembuskan nafasnya untuk mengumpulkan keberanian. Lantas itu menjadi kesempatan Theo untuk menyalurkan energi kepada Denise melalui genggaman tangannya yang dengan berani mengait jemari Denise.

Kereta berjalan, suasana rumah hantu yang begitu gelap dan mencekam membuat Denise memejamkan matanya, suara audio yang diputar semakin membuat bulu kuduk merinding. Genggaman tangan Denise semakin mengerat.

Theo tak mampu berkata apa-apa, baginya melihat Denise begini sangatlah lucu, tapi dia juga merasa sedikit kasihan kepada gadis itu.

"Lo kaya Kaitlyn pas pertama kali masuk rumah hantu" kata Theo basa basi, membuat Denise membuka matanya untuk menoleh kepada seseorang disampingnya.

"Dia juga takut?" Denise.

Theo mengangguk ditengah kegelapan, namun masih bisa terlihat karena pantulan cahaya warna merah yang mendominasi ruangan.

"Lo kalo mau teriak, teriak aja" Theo.

"Gue kalo takut bukan teriak, diem doang" Denise menjelaskan.

"Tapi yo, ini serius serem banget" Denise.

"Serem dari mana? Lo kan merem dari tadi" Theo meledek.

"Ya makanya gue merem, kan serem" Denise.



Duduk di kursi plastik sambil memainkan ponsel pada malam hari ditemani dengan satu kantung kresek bertuliskan Indoapril yang di gelangkan di pergelangan tangan menjadi aktifitas Kaitlyn. Sebelum Theo pergi, dia meminta untuk diantar ke toko swalayan itu untuk membeli aneka jajanan yang dia mau. Tak jauh juga tempat nya jadi Theo mau mengantar adiknya dan menyetujui adiknya akan pulang dengan jalan kaki. Dan kini dia tengah menunggu makanan kesukaan lainnya yaitu siomay depan komplek sambil istirahat sejenak dari perjalanannya yang agak jauh dan baru pertama kali dia tempuh dengan jalan kaki.

"Neng Lyn!? Tumben ga sama Kakaknya?" Tanya mang siomay sambil membuat pesanan.

"Mas Theo lagi kencan mang" Kaitlyn menjawab dengan entengnya.

"Loh Saiki malem minggu to?"

"Bukan mang, tapi kalo keluar malem minggu rame banget, antri di theme park"

"Neng Lyn ga kencan juga?" Ledek mang siomay.

"Udah pernah" Kaitlyn masih fokus pada ponselnya yang hanya menampilkan video orang-orang yang lewat berandanya.

Circle LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang