berani baca?
[DIANGKAT DAN TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA]
Dheo, remaja ambisius, memiliki cita-cita menjadi psikolog setelah melihat "semuanya", tetapi dia harus banyak berjuang saat kata "gagal" berulang kali ia dapat dari seleksi masuk universita...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HAIIIIII 🙌🙌
BALEK LAGI, NIH
ADA YG KANGEN, GAK?
hehe, btw berhubung cerita ini sedang DIIKUTKAN LOMBA, aku minta bantuan teman-teman buat VOTE dan KOMENNYA Ya, Sob
Bantu ajak teman-teman lainnya buat baca cerita ini:")
INGAT, JANGAN LUPA BACA SAMPAI AKHIR YA ...
SELAMAT MEMBACA ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ ¤ ¤
Langit tidak seperti biasanya. Terik yang memicu hawa panas kini tergantikan oleh hawa sejuk akibat awan abu mengerumuni matahari. Cakrawala tampak mendung, rintik-rintik air dari langit perlahan menghujami bumi.
Di satu rumah, tepatnya di sebuah kamar, seorang remaja lelaki sedang menghabiskan waktu dengan bermain handphone. Melalui benda canggih itu, ia mencoba menenangkan diri dari segala permasalahan. Mulai dari menonton video lucu, membaca cerita pendek di platform online, mendengarkan lagu, dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut tak kunjung memperbaiki perasaan atau mood-nya. Tetap saja ia gusar dan bergerak ke sana ke mari.
"Hah, suntuk banget ni otak!" keluhnya mengembuskan napas. Ia meletakkan benda canggih itu di atas perutnya dan memandang langit kamar.
|Gimana langkah selanjutnya, Dek?
Kerutan di dahi Dheo terukir akibat kebingungan yang melanda. Ia tak tau harus menjawab apa terhadap pertanyaan sang kakak. Kini, tangannya tengah memijit pelipis.
"Capek banget! Di saat orang-orang udah dapet kampus, udah lolos di kampus impiannya, aku? Malah gagal terus!"
"Bahkan, aku dah capek kalau kak Any chat kayak gini, tapi aku jawabnya gagal mulu!" Setelah berucap ia sedikit mengacak-acak rambut.
Dheo mengembungkan pipi. Bola matanya menyiratkan kekhawatiran dan kegundahan. Pikiran dalam kepalanya ruwet, hatinya gelisah, dan jantungnya berdetak cepat walau tak ada kejadian aneh yang memicu. Entah kenapa ia merasa kacau kali ini.
"Akhhh, aku bingung mau melangkah ke mana lagi? Dahlah, aku coba cari di internet. Manatau masih ada pendaftaran kampus, tapi uang kuliahnya murah kalau lulus."
Dheo segera memegang handphone yang terletak di atas perutnya tadi. Jari-jari tangannya bekerja cepat mengetik apa yang ia ingin cari. Tak hanya di internet, ia juga berselancar dalam sosial media guna mencari beberapa informasi penting.