berani baca?
[DIANGKAT DAN TERINSPIRASI DARI KISAH NYATA]
Dheo, remaja ambisius, memiliki cita-cita menjadi psikolog setelah melihat "semuanya", tetapi dia harus banyak berjuang saat kata "gagal" berulang kali ia dapat dari seleksi masuk universita...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Episode Pertama
_ _ _ _ _ _ _ _
Selamat membaca
Ingat, baca sampai akhir ya 😉
Italic/tulisan miring = Masa Lalu/flashback
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
"Kamu yakin ambil jurusan itu?"
Seorang gadis bertanya dengan raut meragukan kepada seorang lelaki yang duduk di sampingnya. Saat semua orang tengah sibuk melepas penat di jam istirahat, mereka berdua sibuk membicarakan jurusan di dalam kelas. Remaja lelaki itu menjawab dengan anggukan.
"Bukan gimana ya, Dheo. Jurusan 'psikologi' itu udah banyak banget yang ambil di kelas kita. Contohnya si Ayu sama si Fitri. Apalagi kita semua satu kelas siswa 'eligible' SNMPTN."
"Saranku, sih, mending ambil jurusan yang direkomendasikan guru BK kita tadi. Seperti Manajemen, Hukum, atau HI? Kan nilai kamu bagus-bagus, tuh," ujar gadis tersebut kepada lelaki bernama Dheo.
Pandangan Dheo lurus ke depan. Matanya tak berkedip. Namun, pikirannya ruwet. Hening sesaat sebelum gadis itu dipanggil siswi lain.
"Ya udah deh, aku pergi dulu ya, Dheo. Aku cuma kasih saran aja sih. Selebihnya ke kamu. Bye."
"Akh, iya, Nov," balas Dheo kepada temannya itu. Akan tetapi, mulutnya mengembuskan napas. Sesaat kemudian kedua tangannya terlipat di atas meja disusul kepala yang dibenamkan.
"Ini mimpiku. Setidaknya dengan aku milih jurusan ini, aku bisa menggapai mimpiku yang paling penting," batin Dheo sembari memejamkan matanya erat.
Ketika Dheo mencoba menenangkan diri, pikirannya kembali kacau. Perkataan guru BK tadi cukup membuat stress.
"Ngapain sih ambil jurusan itu? Mau jadi apa nantinya? Lagian ya, kalau mau jadi psikolog itu harus S2! Emang sanggup kamu? Emang kamu punya biaya sampai S2, hah?"
Seorang guru tengah memberi anjuran kepada salah satu siswa. Di ruangan BK tersebut, berdiri sepuluh murid dan salah satunya tengah diomeli. Siswa yang diceramahi itu hanya melongo. Tak tau membalas apa.
"Kamu ini termasuk sepuluh besar siswa terbaik lho, Dheo, di jurusan ips ini! Lihat teman kamu si Daniel peringkat satu ... dia milih jurusan 'hukum' dan masa depannya terjamin." Dheo melirik sosok yang disebut Daniel yang berdiri di ujung barisan.
"Terus lihat teman kamu si Dini, peringkat dua, dia milih jurusan 'akuntansi', teman kamu Bella milih jurusan 'manajemen'. Ada lagi yang milih jurusan 'HI'."