]17[ Penantian

43 9 0
                                    

#FazaWritingMarathon
#eventmenulisfaza
#fcp
#day17(Senin)  #cita-cita/impian

CHAPTER 17

HALOOO, ketemu lagiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


HALOOO, ketemu lagiii

Jangan lupa FOLLOW  ygy, biar kelen tau kapan nih cerita update dan segala informasi menariknya 😉

Italic/tulisan miring panjang= masa lalu

jangan lupa VOTE dan KOMENNYA yaaaa

SELAMAT MEMBACA


JULI 2021

Remaja lelaki berkaus putih berdiri di depan jendela kamarnya yang terbuka. Ia bisa melihat keadaan sekitar sehabis hujan. Tanah becek, tumbuhan dan pepohonan yang basah, serta kupu-kupu yang beterbangan. Lelaki tersebut menggembungkan sedikit pipinya sembari merasakan hawa sejuk.

"Dhe, jangan lupa tutup semua jendela, ya!"

Teriakan kecil ibu dari dapur menghentikan kegiatan meditasi kecilnya. Ia menoleh dan menyahut. Matanya kembali menatap semburat jingga di langit. Tanpa menghabiskan waktu, kedua tangan Dheo segera menarik dan menutup jendela.

Usai menutup dan mengunci segala jendela yang ada di rumah, Dheo mencari-cari keberadaan handphone-nya. Ia kembali masuk ke dalam kamar dan mengutak-atik ruangan itu. Namun, benda canggih kepunyaannya tak kunjung ketemu.

Dheo pikir benda tersebut berada di tempat pengisian daya alias di-charge. Alhasil lelaki itu bergegas keluar dan menghampiri tempat yang dituju. Akan tetapi, baru beberapa langkah keluar Dheo mengerutkan dahi kala melihat wajah binar Dava, sang abang.

"Bang, kenapa? Kok bahagia gitu?" tanyanya penasaran.

Dava menatap sekilas sang adik. Matanya kembali menatap layar handphone, tak menjawab pertanyaan adiknya. Hal tersebut membuat Dheo semakin penasaran dan berusaha menebak apa yang memicu kebahagiaan Dava. Hingga akhirnya mata Dheo membola besar lalu melontarkan pertanyaan.

"Bang, lulus?"

Bola mata Dheo semakin membesar saat Dava menganggukkan kepala. Begitu Dava melangkah berniat memberitahu anggota keluarga lain, Dheo mengikuti langkah sang abang. Seketika ia melupakan tujuan awalnya.

Langkah Dava berhenti saat lelaki itu melihat keberadaan Ibu di dapur. Wanita tersebut tengah duduk di kursi sambil memotong sayur. Sedangkan Dheo baru saja tiba dan hampir menabrak punggung sang abang.

"Mah." Wanita tersebut menoleh. Sorot matanya menyiratkan kebingungan di waktu mendapat raut bahagia kedua putranya.

"Aku lolos. Lolos di dua kampus."

Topeng Untuk Luka [ END/TERBIT✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang