06

67 8 1
                                    

Genon datang ke cafe pukul 8 pagi. Tentu saja ia tidak sendirian, ada sang kembaran Giselle yang membantu prepare. Ia kebagian buka hari ini, mau tidak mau remaja maniak itzy tersebut bangun pagi.

"Sel, nyapu aja ya. Yang lain biar gua kerjain," Genon menyerahkan sapu lantai kepada sang kembaran.

"Meja-nya sekalian?"

Remaja itu menggeleng, mengambil kain lap, "Biar gua aja, lo cukup nyapu" Giselle mengangguk.

Perhatian kecil dari Genon terkadang membuat Giselle terharu, walaupun sering bertengkar tapi jika mereka sedang akur akan sangat manis. Apalagi Genon, selain hobi menjahili Giselle ia juga posesif kepada kembarannya. Karena ia dan Giselle tumbuh bersama, tidak heran jika Genon menyanyangi Giselle walaupun love language nya menjahili Giselle.

"Pagi!" sapa Ranu,

"Morning Giselle!!" sudah tentu ini Saka.

"Pagi juga Ranu, Saka!"

"Buruan bantuin gua, terutama elo, Saka."Genon nampaknya mulai posesif, rupanya Saka sudah tersenyum sumringah hendak membantu Giselle.

Ranu terkekeh kecil, ia memakai celemek membersihkan dapur mengabaikan Genon dan Saka. Tidak butuh waktu lama ia sudah mengerjakan pekerjaan lain sebelum benar-benar siap menerima pelanggan.

Pagi ini Ranu mendapatkan tugas menjaga kasir, barista di cafe ini masuk semua. Jadi ia bisa duduk santai sembari menunggu pelanggan. Genon dan Saka? Keduanya tentu saja duduk tidak jauh dari meja kasir bersama Giselle.

"Ranu, menurut lo Karina gimana?" iseng Giselle.

"Dia baik,"

"Yakin cuma baik? Cantik nggak?" bisik Giselle agar kakak kembar serta Saka tidak mendengar.

"Cantik, dia-kan perempuan," ujar Ranu dengan muka andalan, datar, matanya fokus menghitung pemasukan kemarin.

"Ck, enggak asik ah"

"Karina masih jomblo lohh, siapa tahu mau deketin. Dia paling suka makan, jadi mau dibawain apa aja pasti dimakan"

"Shut, anak kecil diem. Gua nggak ada niat pacaran sekarang," potong Ranu sebelum Giselle melantur lebih jauh.

"Dih, gua kasih tau karena lo sama Rina itu cocok ya. Lagian kalau lo jadian nih, ya, kan gua bisa pacaran juga, biar bang Geno enggak marah marah terus kalau deket cowok,"

Ranu menggelengkan kepala, "Sudah ada calon emang, cil?"

Panggilan kesayangan dari Ranu untuk Giselle adalah bocil. Karena Giselle ia anggap seumuran dengan Jake yang tentu saja tidak mungkin.

Mata Giselle melirik Saka sekilas, "Ada dong, kepo!" Giselle mengibaskan rambutnya kemudian duduk bersama Genon dan Saka yang sibuk mabar.

Remaja setengah bule itu hanya tersenyum kecil. Ternyata kisah cinta temannya seribet itu. Saling suka tapi tidak bisa bersama, kasian sekali.

Genon pernah bilang jika temannya atau dirinya belum memiliki pacar, maka Giselle juga tidak boleh punya pacar. Walaupun pernah dilanggar oleh Giselle, namun gadis itu tetap patuh kepada kakaknya setelah melanggar dan mendapatkan karma karena melanggar perintah Genon.

Ranu mengambil ponselnya disaat ada notifikasi pesan masuk. Siapa tahu itu penting.

Ia tersenyum sekilas secara tidak sadar. Pesannya dari cewek, bukan ibunya, tapi Karina. Kemarin setelah makan bakso mereka sempat bertukar nomor ponsel. Bahkan follow akun ig satu sama lain. Katanya biar bisa ngabarin kalau mau jajan lagi. Kebetulan keduanya suka makan, jadi sebagai modus sekalian untuk pendekatan lah topik 'jajan bareng'.

"Lihat tuh, Ranu mulai gila kali ya? Senyum sendiri" cibir Saka.

"Paling menang lotre"

"Itu mah, abang" ujar Giselle menggeleng miris, kakaknya memang agak kurang waras harus ekstra sabar dia.

"Gua berani taruhan kalau itu cewek"

"Aku juga,"

Genon menatap Ranu, berfikir sebentar sebelum ikut serta taruhan. "Jake, bisa aja itu chat dari Jake menang lomba atau apa gitu?" Tidak mungkin dari perempuan bukan, Ranu saja tidak bilang jika dekat dengan cewek.

---

Ranu mengendarai black dengan pelan, ia ingin menikmati angin malam. Sebelum itu ia mampir membeli beberapa minuman teh dan cemilan. Di pertengahan jalan gerimis mulai datang, hari semakin gelap tidak ada senja. Namun Ranu tetap mengendarai black dengan santai, ia bahkan sempat meminum kopi kemasan di tengah jalan.

Jalanan cukup padat walaupun tidak macet, banyak orang pulang kerja serta anak sekolah. Pak ogah yang sering mengatur jalanan menjadi salah satu penolongmu disaat jalanan padat dan tidak bisa menyebrangi jalan.

Seperti Ranu, ia dan beberapa kendaraan lain berhenti menunggu intruksi. Remaja itu mengeluarkan satu botol minuman teh dan satu pack cemilan, setelah itu ia berikan kepada 'pak ogah'. Dan disetiap jalan ia menjumpai penyebrang jalan dirinya membagikan minuman serta cemilan. Ia kerap melakukan hal itu, lebih sering di setiap hari jumat. Sampai hafal bapak-bapak yang ia berikan.

Tenang saja, ia masih menyimpan camilan serta minuman untuk Jake. Mungkin nanti malam ia akan membeli beberapa roti dan dibagikan kepada saudara ataupun temannya.

Itu kegiatan rutin Ranu setelah cetak birunya ia serahkan kepada orang. Tadi saat hendak pulang ayah Saka menelpon jika sudah mengirim sisa bayarannya. Dan benar saja saat Ranu cek di M-banking milik Ranu, saldonya bertambah 10 juta. 5 juta dan uang DP kemarin akan menjadi uang mati, 5 juta lagi akan ia berikan kepada sang ibu, disumbangkan atau bagi-bagi seperti tadi. Sisanya untuk Jake, dan untuk membeli apa yang ia inginkan. Kenapa ayahnya tidak dikasih? Karena menolak, ayah Ranu memang tidak mau menerima uang dari anaknya, lebih baik diberikan kepada ibu mereka saja. Toh ia masih mampu bekerja, dan juga kepala keluarga.

Sampai pukul 7 hujan juga belum berhenti, maka dari itu Ranu nekat membeli roti ditemani oleh Jake. Ya sebenernya Jake maksa ikut. Keduanya menaiki mobil ayah mereka, tidak mungkin mereka motoran. Jadi adonan lagi nanti rotinya.

Akhirnya mereka membeli brownies, siapa yang tidak suka brownies? Semua orang pasti suka, maka dari itu Ranu memilih membeli roti ini.

"Kak, Jake boleh minta brownies lagi?" tanya Jake melirik varian baru brownies yang nampak menggiurkan untuk dimakan.

Melihat sekilas pandangan sang adik, Ranu terkekeh pelan tanpa suara. Ia mengangguk, "Ambil saja, bilang sama mbaknya sendiri sana."

Jake tersenyum cerah, ia bergegas menghampiri pelayan toko kemudian menambah apa yang ia inginkan. Sampai ia kembali ke tempat tunggu masih tersenyum sumringah. Hati Ranu menghangat, ia sangat bahagia disaat sang adik tersenyum. Walaupun terlihat cuek, ia amat sangat menyayangi Jake. Bahkan ia akan pasang badan jika ada yang menyakiti adik kecilnya.

"Bantuin bawa, ya" Jake mengangguk antusias.

Setelah pesanannya siap Ranu kembali ke meja kasir dan membayar semua tagihan. Ranu membawa satu plastik besar yang berisi beberapa brownies yang akan dibagikan. Jake juga membawa plastik besar tentu saja juga brownies untuk orang rumah. Ia bahkan sangat gembira walaupun tangannya penuh.

"Aku ambil ini ya, kak" Ranu mengangguk sembari menutup pintu mobil.

Jake duduk di samping Ranu sembari memakan brownies yang ia inginkan. Tidak lupa di foto terlebih dahulu, untuk di pamerkan kepada temannya yang sangat menyukai brownies dari toko kue ini.


-----

Woii, akhirnya update setelah huru-hara uts selesai 😤 ngga sepenuhnya selesai sihh, tp ya lumayan lah tinggal satu mt lagi😌

Kayaknya bakal double update, tapi gk tau juga tergantung mood🥱

Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang