08

52 6 0
                                    

Ranu menghela nafas panjang, hari minggu pagi yang seharusnya ia masih nyenyak tidur sampai siang malah harus menemani sang adik jalan-jalan di dekat komplek rumah.

Jake bermain dengan bahagia bersama Paolo, anjing yang ia temukan kemarin.

Kenapa bisa berganti nama? Ya karena anjing yang ditemukan oleh Jake itu berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin juga diberikan nama perempuan, bukan. Oleh karena itu diberi nama Paolo agar sesuai dan juga agar mirip dengan Pablo, kucing Ranu.

Sang kakak hanya bisa mengikuti Jake dari belakang sembari menggendong Pablo yang nampaknya kembali ke alam mimpi. Memang kucing belang yang satu ini lebih suka tidur daripada bermain atau membuat rusuh, mirip seperti pemiliknya.

"Kak, ayo main sama kita!"

Ranu menggeleng, ia duduk di bangku taman sembari mengelus Pablo yang masih nyaman tidur.

"Enggak asyik ah, kakak!" Jake menggerutu.

"Jangan main jauh-jauh, nanti Paolo hilang. Main di dekat sini aja, jangan jauh-jauh."

Mata Ranu terpaku kepada sang adik, ia tidak ingin terjadi sesuatu kepada sang adik. Namun beberapa detik setelahnya Ranu merasa sakit luar biasa di jantungnya. Tiba-tiba saja rasanya jantung miliknya seakan diremas, bahkan tidak tahu kenapa ia merasa cemas akan sesuatu. Batinnya tidak bisa tenang, ia melihat kearah Jake, memastikan sang adik masih aman.

Dirasa perasaan miliknya semakin tidak karuan, ia memanggil Jake. Mengajak remaja yang tengah gembira itu pulang ke rumah sebelum pikiran negatif menimpa.

Namun di tengah jalan mereka terhenti karena melihat kecelakaan korban kecelakaan. Ranu tidak bisa melihat wajah orang tersebut dengan jelas, namun yang ia lihat orang itu memiliki banyak luka di badannya. Untung saja ambulan sudah disana, dan hendak mengangkut orang tersebut. Ia bernafas lega.

"Iih, kasian banget ya, kak. Semoga dia enggak kenapa-napa, dan cepet pulih" Ranu mengangguk.

"Oh iya, kak. Kemarin temenku ada yang nanya nama panjang ku, mereka nanya S dibelakang namaku itu kepanjangan dari apa. Aku jawab aja enggak tahu, kakak tahu enggak?"

Ranu mengangkat bahu tidak tahu, "Mungkin nama marga ayah? Enggak penting juga kan?"

"Iya juga, ya sudah lah, yang penting masih ada nama panggilan" Jake menggandeng tangan Ranu, satunya lagi digunakan untuk memegang rantai Paolo.

"Nanti malem mabar yuk, kak. Gendong sampai legend ya, hehe"

Ranu menghela nafas panjang, ia hanya mengangguk tanpa menoleh kearah sang adik. Hari minggu ia libur bekerja dan kuliah tentu saja, mana ada kuliah minggu. Bukan berarti Ranu bisa bebas dari segala tugas, tentu saja tidak. Setelah jalan-jalan pagi dengan hewan peliharaan mereka, Jake, sang bunda, dan Ranu akan pergi ke rumah orang tua bunda, tepatnya kakek dari pihak ibu. Ayah mereka? Masih ada pekerjaan, lumayan mendapatkan penghasilan tambahan.

Lagipula sang bunda tidak bisa mengendarai mobil, alhasil putra sulungnya yang harus menyetir. Walaupun begitu Ranu tidak mengeluh sama sekali, kakeknya sangat menyanyanginya begitu pula dengan sang nenek. Walaupun sekarang rasa sayangnya harus terbagi dengan adik adiknya yang lain, namun Ranu masih mendapatkan tempat spesial bagi mereka.

Ingatkan diri kalian jika Ranu adalah cucu pertama di kedua keluarga. Tidak heran jika ia begitu disegani oleh keluarga besarnya.

"Mau sarapan dirumah atau makan diluar? Bunda enggak masak, cuma ada makanan sisa kemarin. Kalau enggak mau jajan diluar aja"

"Ranu makan dirumah aja, bun. Sudah laper banget ini," ujar si sulung nampak rapi sudah bersiap.

"Jake makan dirumah kakek saja!" si bungsu nampak ceria setelah menelpon tantenya menanyakan masak apa.

Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang