Semuanya menjadi jelas saat ini. Rasa marah dan sakit hati dapat diselesaikan malam ini. Tinggal menunggu luka itu mengering. Waktu yang akan menjawab nanti, biarlah mereka melepas rindu masing-masing dan menerima kenyataan ini.
"Kalian tinggal di sini saja, ya?"
Cokro menatap putra dan menantunya penuh harap. Dia sangat ingin berkumpul dengan kedua putranya, meskipun saat ini bukan waktu yang tepat.
"Tidak untuk sekarang, Yah. Rumah kami sudah nyaman bagi kami." Narendra tidak mengiyakan namun tidak juga menolak. Bagaimanapun dia tahu jika sang ayah ingin menghabiskan masa tuanya bersama keluarga. Namun mereka masih perlu waktu untuk menerima semua ini.
"Eyang, jangan lupa bicara tentang keadaan Langit!" Ranu mengingatkan sang kakek untuk membicarakan keadaan kembarannya.
Ruang keluarga itu senyap, Jake yang biasanya banyak tingkah kini diam sembari memakan camilan. Sementara kedua orang tua Ranu menatap putranya penuh tanda tanya.
Menghela nafas sejenak sebelum mengatakan kebenarannya. Cokro menatap lekat mata putranya, seolah memberikan keyakinan jika Langit baik-baik saja.
"Langit kecelakaan, operasinya berjalan lancar namun sampai hari ini belum juga membuka matanya."Ariana melotot, tubuhnya lemas seketika. Baru saja mengetahui fakta jika putranya yang satu masih bernafas hingga sekarang, tapi sudah mendengar jika putranya koma. Ibu mana yang tidak lemas mendengar berita itu.
"Selama ini memang tidak diperbolehkan untuk di jenguk karena keamanan. Ranu hanya bisa melihat ruangan kembarannya saja selama menjenguk. Tapi untuk kali ini mari kita menemui Langit, siapa tahu dia bisa cepat sadar saat bertemu ayah dan ibu kandungnya."
Cokro bangkit dari duduknya meminta Bastian untuk menyiapkan mobil bagi mereka. Saat ini juga mereka memutuskan untuk menjenguk Langit.
Sementara Cokro menunggu Bastian, Ariana dan Narendra saling berpelukan. Naren tengah memberikan kata agar istrinya itu kuat. Ari menangis tidak henti, nafasnya juga sudah tidak beraturan. Jake yang melihat itu memeluk sang Ibu di ikuti oleh Ranu. Mereka tidak suka jika perempuan berharga di hidup mereka menjadi sendu seperti ini.
Tidak lama kemudian Bastian datang mengatakan jika mobil sudah siap.
Rumah sakit tempat kembaran Ranu dirawat tidak jauh dari rumah sang Eyang. Rumah sakit internasional yang diketahui memiliki fasilitas lengkap ini tidak perlu diragukan lagi kemasyhurannya hingga ke luar negeri.
Cokro memimpin jalan mereka. Meskipun sudah lanjut usia beliau masih terlihat gagah, tipikal orang tua berduit seperti di cerita fiksi. Minusnya badannya sudah agak bungkuk. Kalau kata Ranu sudah mirip penyihir.
"Ayah?"
Seorang laki-laki yang mirip dengan almarhum nenek Ranu menatap Cokro penuh tanda tanya. Dia tidak terlalu memperhatikan sekitar hingga tidak menyadari ada keluarga Narendra di sana.
Mario menyadari jika sang ayah tidak datang sendiri. Dia menoleh kebelakang. Wajahnya terkejut bukan main, dia bahkan mengusap matanya jika apa yang dia lihat bukan khayalan semata.
"Angkasa? Kakak?" lirihnya.
Narendra tidak menunjukkan ekspresi apapun. Saat ini fokus utamanya adalah anak tengahnya yang sedang berjuang hidup menggunakan mesin itu.
"Dimana anakku?"
Tersadar dari lamunannya, Mario mempersilahkan keluarga asli Langit untuk memasuki ruang tersebut. Namun hanya boleh dua orang yang mengunjungi ruang tersebut.
"Om, saya Ranu, ini adik saya Jake." Ranu memperkenalkan dirinya dan sang adik agar tidak ada kecanggungan diantara mereka.
Mario tersenyum. "Sudah lama om tidak bertemu dengan kalian." Mario memeluk Ranu dan Jake bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢)
FanficMajapahit the series, dos Ranu, anak sulung dari keluarga menengah yang rela mengorbankan waktunya untuk membantu perekonomian keluarga. Dia tidak pernah malu bekerja disaat teman sabaya-nya justru nongkrong di mall menghamburkan uang saku mereka.