05

81 10 3
                                    

Hari senin lagi, tidak terasa sudah satu minggu berlalu dan kini sudah awal minggu lagi. Capek? Tentu saja, apalagi Ranu harus bolak-balik dari cafe ke kampus. Tapi gapapa, biar dapet cuan banyak harus kerja keras. Biar tidak menjadi beban keluarga.

"Woii, Ranu!"

Remaja yang memakai kemeja putih itu menoleh ke sumber suara. Saka melambaikan tangan sembari berlari menghampiri Ranu.

"Barengan yuk, kalau sendiri nanti dikira jomblo."

"Terus kalau sama gua dikira gay?"

Saka tertawa.

"Ya kagak-lah, anjir. Kita-kan anak kembar, kemana-mana selalu bareng. Lagian gua kakaknya Jake juga, walaupun bukan kakak kandung"

Ranu memutar bola mata malas, ia mengabaikan celotehan Saka dan berjalan cepat hingga ke dalam gedung. Saka setengah berlari mengejar Ranu, ia tetap melanjutkan mengobrol sesuatu yang tidak penting.

"Ke fakultas hukum, yuk! Habis kelas nanti, gua mau ketemu sama Giselle"

"Kesana aja, sendiri" balas Ranu cuek, ia malas untuk pergi ke fakultas sebelah karena ada banyak tugas yang harus ia kerjakan.

"Ayo-lah, nanti gua bantuin tugas lo"

Ranu menggeleng. Ia meninggalkan Saka sendiri di luar kelasnya. Saka mendengus kemudian masuk ke kelas yang tidak jauh dari sana.

Untung saja ia hanya ada 1 kelas, jadi setelah ini bisa pulang sebentar sebelum pergi ke cafe. Kenapa harus ke cafe padahal punya karyawan? Karena Ranu salah satu barista di sana, racikannya sangat nikmat dan akan terasa beda jika orang lain yang membuat. Lagipula Ranu ingin mengasah skill-nya.

Berbicara mengenai barista, Ranu jadi teringat dengan teman Giselle yang bernama Karina. Hoodie miliknya belum dikembalikan, sudah satu minggu juga mereka belum bertemu lagi. Apa ia harus menagih hoodie miliknya sekarang? Atau ikhlaskan saja? Tapi itu hadiah dari Jake, mana bisa Ranu merelakan hoodie tersebut.

Dan akhirnya Ranu berdiri di depan gedung fakultas hukum. Ia diseret paksa oleh Saka agar menemani remaja tersebut bertemu Giselle.

"Yuk, temenin masuk"

Ranu menggeleng, "Yang mau nemuin gua apa lo?"

"Gua tunggu di depan sini, lo ke dalam aja sebelum Genon dateng."

Ranu mengabaikan rengekan Saka dan duduk di bangku taman fakultas hukum. Ia mengamati Saka dari bangku tersebut. Saka hanya bisa menghela nafas pasrah kemudian membulatkan tekadnya untuk menemui Giselle langsung.

Ada perlu apa? Rahasia author dan Saka. Lihat saja nanti bagaimana kedepannya:))

Sembari menunggu Saka, Ranu memilih untuk menyelesaikan desain yang akan diberikan kepada ayah Saka. Fakultas hukum kebanyakan di isi oleh kaum hawa. Hampir 55% isi mahasiswa disini kaum hawa, sisanya kaum adam. Beda dengan jurusan teknik yang 85% adalah cowok.

Tidak heran jika Ranu sedikit risih ditatap oleh kaum hawa. Di jurusannya cuma ada cowok lah ini di lihat cewek, kan jadi malu Ranu.

"Ranu?" suara familiar di telinga Ranu.

Ia menoleh, ternyata Karina. Ranu tersenyum tipis kemudian menggeser tubuhnya kesamping dengan maksud agar Karina bisa duduk dan mengobrol dengan tenang.

"Haii" sapa Ranu singkat, tentu saja masih dengan senyumannya yang menawan.

"Kamu ngapain disini?"

"Nunggu Saka."

Karina mengangguk, ia berdiri sembari menepuk jidat secara tiba-tiba. "Astaga, aku lupa bawa hoodie kamu. Masih ada di mobil, aku ambil sekarang ya? Kamu tunggu dulu"

Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang