07

57 7 0
                                    

Malam minggu? Saatnya jomblo masuk kandang dan para couple menguasai jalanan.

Namun berbeda kali ini, seorang Ranu Angkasa mau keluar rumah apalagi tidak bersama temannya. Ia keluar bersama seorang perempuan, setelah sekian lama akhirnya ia malam mingguan bersama perempuan yang bukan saudara ataupun ibunya.

Yaps, malam ini Ranu pergi ke tempat jajanan kaki lima bersama Karina. Seolah semesta mendukung rencana mereka, langit malam ini tidak turun hujan. Bahkan bintang bertebaran dimana-mana, ditambah cahaya bulan yang menambah kesan indah pada malam ini.

Walaupun pada awalnya Ranu terlihat kaku, namun kini keduanya sudah bisa akrab bahkan saling tertawa sembari memakan cemilan yang dijual di sana. Keduanya nampak seperti teman lama, tidak ada jaim lagi. Ya, sebenarnya sejak awal memang tidak jaim.

"Kamu tau? Mbak yang dulu sering ngasuh aku habis lihat hantu lohh, katanya dia mirip kayak aku tapi lebih pendiem aja."

Ranu terkekeh kecil, ia membukakan kemasan kebab sebelum menyerahkan ke Karina.

"Habis itu demam mbaknya?"

Karina mengangguk antusias sembari menggigit kebab yang sudah Ranu bukakan untuknya. "Bener banget, dia demam 3 hari setelah itu. Kalau kata dokter dia cuma syok aja-sih."

"Jahil banget ya,"

"Iyaa, untung saja mbak-ku enggak kenapa-napa. Tapi aku jadi penasaran deh, kok bisa ya hantu jahil. Padahal sebelumnya aman-aman aja, enggak pernah ada berita gini."

Ranu tersenyum, "Mungkin gabut, atau mau tanya langsung ke hantunya?" Karina menatap Ranu nyalang.

"Jangan gitu dong, aku jadi takut. Males pulang nanti, iihh" ujar Karina kesal.

Pasalnya ia tidak mempercayai hantu tapi juga takut jika melihat film horor atau melihat orang kesurupan.

"Gapapa, hantunya cuma iseng kemarin. Sekarang sudah enggak, tenang aja"

Karina masih cemberut, ia tidak bisa lupa jika sudah ketakutan. Alamak tidak pulang ke rumah nanti, atau dia akan pergi ke rumah kakaknya saja.

Disaat Karina tengah berfikir akan menginap di rumah sang kakak atau tidak, mulutnya sudah terisi bakso bakar. Ranu dengan iseng memasukkan bakso tersebut ke mulut Karina, dan tentu saja gadis itu makan tanpa sadar.

Ranu tertawa, "Enakan gua suapin"

Gadis itu memutar bola mata malas, sudah biasa Ranu terlalu narsis. Sejak dekat dengan Ranu ia tidak kaget lagi jika orang ganteng seperti Ranu dan kawan-kawan suka narsis karena memang mereka tampan sejak embrio.

"Narsis," ejek Karina.

Ranu terkekeh, dia melahap habis bakso bakar miliknya kemudian bangun. Matanya menuju ke salah satu penjual nasi pecel. Ia melirik Karina kemudian kembali melihat antrian di ujung yang mulai sepi.

"Mau nasi pecel?"

Karina menggeleng, "Enggak sanggup lagi, nanti nyicipin dikit aja. Udah buncit nih, perut aku" gadis itu menepuk perutnya.

"Hamil mbak?"

"Iya, mas, udah mau 11 bulan ini."

Keduanya terkekeh lagi, "Ya sudah, tunggu disini ya, gua mau beli nasi pecel dulu. Bayi, jagain mama lu dulu ya, bapak mau nyari makan." Ranu melirik sekilas perut Karina kemudian lari menuju penjual pecel sebelum diamuk Karina.

---

"Kita mau sampai kapan begini, mas?"

"Anak-anak berhak tahu, mereka bisa marah kalau kita terus-terusan bohong. Lagi pula hidup itu misteri, bisa saja besok kita meninggal. Kalau sudah begitu kita cuma bisa nyesel di alam lain."

Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang