03 ✔️

112 17 0
                                    

Ranu membuat makan malam untuk hari ini. Bunda-nya sedang tidak enak badan. Jadi ia membantu sang bunda membersihkan rumah serta memasak. Jake? Tentu saja bocah itu sibuk dengan seribu satu tugas yang menggunung. Sementara ayah mereka akan pulang pukul 7 karena ada lembur.

"Bunda mau Ranu buatin bubur?"

"Enggak usah, kak, bunda gapapa" wanita itu mengelus surai putra sulungnya.

"Bunda, Jake juga mau di elus!"

Tepat sekali. Jake belajar di ruang tamu, selain ingin bermanja-manja dengan bundanya, ia juga ingin dipuji karena mengerjakan tugas.

Ranu menggeleng pelan, ia kembali ke dapur membersihkan peralatan masak nya. Sementara itu Jake masih ingin dimanja oleh sang ibu.

"Kakak, habis ini anterin Jake, yuk!" Rengek si bungsu.

"Males,"

Jake mempautkan bibirnya, "Pelit, jahat lagi" cibir si bungsu.

Sang ibu hanya bisa menggeleng maklum dengan pertengkaran dua kakak beradik tersebut. Keduanya memang sering akur, namun tidak jarang juga berkelahi seperti saudara kebanyakan. Jika salah satunya tidak ada maka akan mencari, kalau berkumpul kadang ribut kadang akur.

"Emang adek mau kemana?"

"Mau beli jajan, bunda"

"Boros, udah habisin masakan kakak saja. Jangan jajan."

Ranu menggeleng tegas, tidak membiarkan sang adik membeli jajanan. Lagi pula ia sudah masak banyak, sayang jika tidak dimakan. Buang buang makanan itu bukan tindakan terpuji, lagi pula masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan makan.

"Iyaa, iyaa,"

"Makan dulu sana, kakak sudah masak kesukaan kamu"

Jake tersenyum sumringah, ia berlari menuju ke meja makan. Masakan dari sang kakak memang tidak se-enak buatan bunda, tapi beberapa masakan Ranu lebih enak daripada buatan sang bunda. Maka tidak heran jika Jake selalu memerintah sang kakak memasak beberapa menu yang tidak bisa bunda mereka masak.

Selesai memasak, Ranu ijin mengerjakan tugas terlebih dahulu. Sembari menunggu sang ayah datang. Jake? Tentu saja sudah makan duluan.

Terkadang keluarga ini makan bersama jikalau sang kepala keluarga tidak lembur. Kalaupun lembur, mereka hanya makan bertiga karena Jake tidak betah lapar.

---

Ranu mengendarai motor yang ia beri nama Black dengan kecepatan sedang. Mumpung masih pagi ia ingin menikmati udara segar. Kalau sudah siang yang ada hanya polusi, tidak ramah bagi paru-paru manusia.

Matanya melirik ke sekeliling, tersenyum di balik masker tatkala melihat anak sekolah menaiki sepeda bersama teman menuju ke sekolah. Sekilas ia teringat dengan masa-masa sekolah dulu. Sangat damai, tidak seperti sekarang. Pandangannya berhenti kepada seorang perempuan. Ia berhenti di pinggir jalan sembari menggigit kuku cantiknya. Matanya terus bergerak tanda gelisah.

"Kenapa mbak?" tanya Ranu.

Perempuan itu mendongak, ia berdiri kemudian mendekati Ranu.

"Boleh minta tolong? Pinjam telpon kamu? Saya lupa bawa ponsel tadi, mana mobil saya mogok,"

Ranu melirik jam dari ponselnya, masih ada waktu 30 menit sebelum masuk kelas. Perjalanan sampai kampus mungkin 15 menit sampai jika lancar. Ia menyerahkan ponselnya, sekilas ia melirik wajah perempuan tersebut.

Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang