"Ranu Angkasa!!"
Ranu menoleh mendengar teriakan dari suara Genon. Firasatnya mulai tidak enak jika Genon sudah berteriak. Entah ia akan di interogasi atau Genon akan memanfaatkannya.
"Apa?"
"Postingan di instagram sama status whatsapp lo, maksudnya apa?!"
Ambigu. Jika ada yang mendengar dan baru melihat Genon serta Ranu pertama kali, yakin mereka akan dikira sebagai sepasang kekasih yang tengah bertengkar.
Ranu menaikan satu alisnya, "Yang mana? Gua nggak buat."
"Kampret, malam minggu!! Lo post foto siluet cewek di status whatsapp, habis itu di story Instagram lo post siluet cewek sama sunset. Mana makai lagunya mbak Camilla yang beautiful?!" Genon bertanya dengan cepat.
Kebetulan mereka sedang ada di kantor cafe, jadi tidak ada banyak orang. Hanya ada dua orang ini saja, Saka dan Reyhan sedang jaga di depan.
Bukannya menjawab Ranu justru terkekeh sembari menatap Genon mengejek, "Menurut lo?"
Sebelum Genon semakin bertanya lebih banyak, Ranu bergegas keluar membantu Saka dan Reyhan. Ia sedang malas untuk berbicara banyak sekarang.
"HEH!! SIALAN LO! MALAH KABUR!" teriakan Genon sangat kencang hingga terdengar dari luar walaupun pintunya sudah Ranu tutup.
Bagaikan tidak punya salah, Ranu terkekeh kemudian menemui kedua sahabatnya yang lain seolah tidak mendengar makian Genon. Untung saja kantor mereka ada di lantai dua, jadi tidak mungkin akan terdengar sampai bawah. Suara musik di cafe cukup besar, tidak mungkin suara Genon bisa mengalahkan suara musik tersebut. Yang ada Genon suaranya habis.
"Hari minggu ramai banget, ya, kebanyakan yang datang pasangan muda, orang pacaran atau keluarga cemara." Saka mengeluh, ia bahkan mendengus kecil. Sangat lelah, jika saja tidak ada karyawan sudah dipastikan Saka akan mengundang tukang pijat 7 hari 7 malam.
"Lo enggak mau main sama pacar?" tanya Reyhan yang masih fokus membuat minuman untuk pelanggan mereka.
"Giselle ada kerkom, lagian kemarin sudah malming. Besok senin ketemu lagi, kalau dia enggak ada jadwal sore-sih."
"Lo, gimana Ran?" Saka dan Reyhan menatap Ranu menunggu jawaban yang keduanya, ralat bahkan Genon nantikan.
"Gimana, apanya?"
Saka menghela nafas panjang, gemas dengan temannya yang satu ini. "Main sama pacar lo, lah!!"
"Ohh, sudah."
Keduanya mengangguk paham, namun 5 detik setelah itu keduanya kembali menatap Ranu dengan ekspresi tidak percaya. Bahkan Reyhan ikut melongo mendengar jawaban Ranu.
"Hah?"
"Hah? Enggak salah denger-kan, gua, Ka?"
Saka menoleh ke Reyhan, mulutnya masih terbuka. Sementara mereka sedang memproses informasi, Ranu memilih untuk mengambil pesanan pelanggan dari tangan Reyhan dan menyerahkan kepada karyawan mereka untuk segera diberikan kepada pelanggan. Seolah tidak ada yang aneh, Ranu memilih untuk membereskan beberapa kotoran di pantry.
"Lo punya pacar?" tanya Saka tidak percaya.
"Sejak kapan? Siapa pacar lo, anjir?!" imbuh Reyhan.
"Wah, gila, main lo rapi banget sampai kita enggak nggeh"
Reyhan mengangguk setuju, "Padahal tadi gua cuma iseng nanya doang, kenapa jadi syok sendiri anjirr."
"KAN, APA YANG GUA BILANG!!"
Sudah bisa ditebak suara siapa itu. Yaps, suara Genon.
"Sejak kapan lo punya pacar?!" Genon berdiri tepat di depan Ranu.
"Kamu nenye?"
Ranu terkekeh setelah menirukan salah satu video yang diputar oleh sang adik kemarin. Tentu saja dengan ekspresi yang menjengkelkan. Ia baru menghentikan tawanya tatkala ketiga sahabatnya menunjukkan muka yang tidak bersahabat. Daripada ada keributan di cafe lebih baik ia mengaku saja, toh tidak ada niatan untuk menyembunyikan hubungannya dengan sang kekasih.
"Bercanda, sudah agak lama. Sudah sebulanan," jawabnya.
Genon dan Saka membulatkan mulut mereka, "Gila! Main aman banget ya elo, kampret. Kenapa enggak pernah post tentang cewek lo?! Sengaja backstreet?" tanya Genon beruntut.
Sementara itu Reyhan yang sedikit masih syok mulai menyimak dan menunggu penjelasan dari Ranu.
"Buat apa harus post tentang cewek gua? Mending habisin waktu bareng dia aja, daripada posting tapi enggak langeng."
Cukup masuk akal, "Bener juga, tapi kenapa lo kagak ngomong kalau punya pacar?" tanya Reyhan.
"Lo enggak anggap kita sahabat lagi?" sambung Saka.
Ranu menggeleng tegas, "Genon atau Saka dulu pernah nanya, dan gua udah jawab jujur tapi cuma dianggap bercanda."
Reyhan menatap tajam Genon, "Oh yang waktu itu?!" ingat Genon, Ranu mengangguk kecil.
"Gua kira cuma bercanda waktu jemput ayang, ternyata bener. Nggak nyangka gua, cuma gua yang jomblo disini," keluhnya.
Saka yang sudah menebak jika ia akan kena sasaran amukan Genon karena hanya ia yang jomblo memilih untuk pergi mengantar pesanan pelanggan. Ranu-pun memilih untuk kembali ke kantor cafe menyusun pembukuan, diikuti oleh Reyhan.
Genon masih saja mengomel karena diantara mereka semua hanya dirinya yang masih jomblo. Saka sudah jadian dengan kembarannya, Reyhan sudah memiliki kekasih yang jelas jelas sebentar lagi akan melaksanakan pertunangan, Ranu juga sudah memiliki pacar. Hingga remaja itu tersadar jika sahabatnya sudah hilang dari pandangannya. Genon hanya bisa menghela nafas sabar, ia harus banyak bersabar mempunyai teman titisan iblis. Genon anak baik, jadi tidak boleh marah, harus banyak sabar.
-
Ranu hari ini sudah siap dengan pakaian rapi. Ia juga menggunakan dasi yang serasi untuk kemeja putih. Hari ini pimpinannya akan berkunjung, jadi seluruh karyawan akan menyapa beliau. Termasuk anak magang seperti Ranu.
"Nu, jangan gugup, ya. Bos enggak galak, tenang aja." Senior Ranu memberi nasehat agar juniornya tidak gugup hingga melakukan kesalahan.
"Iya, bang." Ranu mengangguk paham, senior yang seumuran dengan ayahnya tidak ingin dipanggil pak atau bapak oleh bawahannya. Katanya agar terlihat masih muda panggil bang saja.
Perusahaan properti milik Sav Company yang tentu memiliki banyak cabang diberbagai sektor bisnis. Tidak hanya di bidang properti, namun di bidang lain juga masih banyak. Ranu merasa sangat bangga bisa magang di perusahaan ternama. Lumayan agar setelah lulus ia bisa kerja di perusahaan yang bagus dengan gaji yang bagus pula tentu saja.
Ranu berada di barisan ke-dua, di depan yang berhadapan langsung dengan pemilik Sav Company berisi kepala bagian dan petinggi disana. Barisan kedua baru berisi karyawan dan karyawan magang. Disini tidak ada istilah senioritas, semua bisa merasa dekat dengan kepala bagian mereka agar memudahkan pekerjaan mereka tentu juga untuk menghasilkan hasil yang optimal.
Tiba saatnya pimpinan utama memasuki ruangan, semuanya tidak terkecuali satpam ikut menyambut kedatangan pimpinan utama yang tidak lagi muda. Walaupun sudah tua beliau masih aktif dalam dunia bisnis. Banyak berita beredar mengenai kepiawaiannya dalam berbisnis. Ranu-pun juga mengagumi sosok pemimpin Sav Company setelah mengetahui keberhasilan beliau.
"Haduh, kenapa repot-repot menyambut kakek tua ini? Sudah, kalian boleh kembali ke tempat masing-masing." Ujar sang pimpinan setelah menerima sambutan dari seluruh pekerjanya.
"Kecuali dia."
Semua pandangan tertuju kepada Ranu, pimpinan menunjuk dirinya. Semua orang bingung tentu saja, Ranu juga bingung apakah dia membuat salah.
Kanan tangan pimpinan yang tanggap langsung mempersilahkan pimpinannya ke atas terlebih dahulu. "Kamu, ayo ikuti saya ke ruangan pimpinan,"
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢)
FanfictionMajapahit the series, dos Ranu, anak sulung dari keluarga menengah yang rela mengorbankan waktunya untuk membantu perekonomian keluarga. Dia tidak pernah malu bekerja disaat teman sabaya-nya justru nongkrong di mall menghamburkan uang saku mereka.