02 ✔️

130 17 0
                                    

Ranu melajukan motornya hingga sampai di tempat tujuan. Hari ini dia ada kelas siang, sembari menunggu jadwal kuliah, biasanya Ranu akan membuka cafe sebelum temannya yang lain.

Cafe 7 Dream itu milik mereka, teman-temannya, Ranu memang tidak ikut membayar pajak ataupun membeli tanah. Tapi sebagai mahasiswa jurusan arsitektur, blueprint yang ia hasilkan cukup untuk membangun cafe tersebut.

Jadi, dari cafe ini ia bisa membeli hadiah mahal untuk Jake. Walaupun tidak memakai semua tabungan miliknya. Bisa gawat kalau membelikan Jake barang baru tapi tabungan nya habis. Bagaimana jika sewaktu-waktu ia membutuhkan uang? Meminta kepada ayah dan bunda? Ranu masih tahu diri jika dirinya beban keluarga.

Lonceng bel berbunyi, Ranu yang sudah selesai membersihkan cafe mau tidak mau harus menggantikan posisi Genon.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" Matanya menyipit, lengkungan di bibirnya ditarik sempurna.

"E-eh, selamat pagi juga" sapa seorang perempuan yang menggunakan baju serba hitam.

"Halo Ranu!"

Ranu mendongak, membuka matanya disaat mendengar suara yang familiar di telinganya.

Gadis cantik berpenampilan tomboy, dengan rambut yang di gerai lurus. Melambaikan tangan penuh semangat kearah Ranu.

"Giselle? Sama siapa? Kenapa sudah sampai sini?" Ranu tersenyum menyapa gadis yang dia kenal, tidak lupa mengangguk tipis kepada perempuan berbaju serba hitam itu. Dia masih ingat sekilas jika gadis itu pernah menjadi customer cafe ini.

Gadis tomboy itu terkekeh, "Sama temenku, kita ada kelas pagi. Makanya mau mampir dulu."

Ranu mengangguk paham. Ia menuntun dua gadis itu duduk di salah satu bangku kosong yang nyaman.

"Pesen apa?"

"Cheesecake ada?" Ranu mengangguk.

"Cheesecake dua, sama susu vanilla"

"Minumku samain seperti Giselle aja!"

Ranu mengangguk paham, ia segera membuat pesanan kedua orang itu. Tidak lupa ia juga membuat kopi hitam untuk dirinya sendiri, untuk sarapan.

"Silahkan, gua balik ke belakang ya. Kalau mau tambah ambil sendiri aja," ujar Ranu yang hanya di angguki oleh Giselle. Gadis itu lebih tertarik dengan cheesecake daripada wajah Ranu. Beda lagi dengan temannya yang terpesona dengan Ranu.

"Terimakasih" spontan gadis itu.

"Sama-sama."

Ranu membereskan beberapa hal yang tidak rapi, mulai memutar musik agar tidak terlalu hening. Pagi ini ia memutar lagu milik Why Don't We, 8 Letters. Lagu tersebut mengalun indah sesekali Ranu bersenandung mengikuti irama.

Lonceng bel kembali terdengar, Ranu menoleh hendak mengucapkan sepatah kata namun ia urungkan. Ternyata itu Saka.

"Tumben udah ada pelanggan?"

"Itu Giselle sama temennya"

Saka mengamati kedua perempuan itu lebih lamat, "Ah iya"

"Giselle dan temennya, selamat pagi!" Sapa Saka dengan ramah.

"Pagi juga Saka"

"Selamat pagi juga,"

Saka tersenyum tipis sebelum masuk ke dapur. Ia tinggal menunggu pelanggan datang karena semua pekerjaan sudah diselesaikan oleh Ranu.

"Lo nggak ada tugas?"

Ranu menggeleng.

"Bapak gua minta dibuatin cetak biru buat design rumah, lo mau ambil kagak?" tanya Saka menatap Ranu penuh harap.

Bentala (𝐑𝐞𝐯𝐢𝐬𝐢) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang