Jeno berhasil merebahkan tubuh Cellyka diranjang sembari ia kukung,kini posisinya Jeno sudah tak menggunakan baju sama sekali yang berarti badan atasnya telanjang sedang Cellyka sudah basah kuyup dan dressnya mencetak lekukan tubuhnya.
Jeno menatap intens kedua bola mata gadis tersebut sambil tangannya meraih lengan baju Cellyka dibahu dan berusaha menurunkannya.
"M- mau apa Jen, Jangannn hiks biarin gue pergi "Ucap Cellyka yang hendak bangun tapi didorong Jeno kembali hingga berbaring diranjang.
Cellyka lagi dan lagi dibuat ketakutan saat Jeno kembali menciumnya dan melumatinya penuh nafsu bahkan lelaki itu sudah berhasil menurunkan baju dibahunya hingga merosot dan menampakkan bagian dada nya.
"Akh Jen lepasin"
Cellyka meringis sebab Jeno menggigit lehernya dan menciptakan tanda keunguan disana, kini Cellyka hanya bisa menangis tak tau harus berbuat apa, apalagi saat Jeno mulai melepas sabuk dan resleting celananya, selagi masih ada kesempatan Cellyka berusaha untuk kabur tapi gagal karena Jeno lagi - lagi menghempaskannya dan lelaki itu sudah membuka bawahanya Cellyka. Hati Cellyka benar - benar hancur saat Jeno benar - benar melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh seseorang yang belum berstatus suami istri.
"Jangann Jen plissss" Cellyka masih menangis sesegukan memohon pada Jeno.
"Maaf Cell gue gak kuat, t- tahan yaa" Sungguh Jeno sudah tidak bisa menahannya saat ini.
"AKH SAKittt... "Teriak Cellyka saat Jeno berhasil memasuki inti tubuh nya.
Hiks hiks
" Udah Jen hikss"
Dan malam itu dikamar hotel berbintang lima tepat pada nomer kamar 127 menjadi saksi bisu penyatuan paksa yang dilakukan Jeno pada Cellyka bahkan Jeno melakukan nya berkali - kali dan mengeluarkan nya didalam
******
Seorang gadis mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang ada. Tak lama, mata cantik nya mulai terbuka sempurna.
"Sshh" Ringis gadis itu.
"Awhh"gadis itu mengerang pelan saat area intimnya terasa sakit dan sedikit perih.
Cellyka mendudukan tubuhnya sedetik kemudian ia membeku melihat tubuh telanjang nya. Ia fikir apa yang terjadi tadi malam hanyalah mimpi tapi semua itu nyata. Cellyka menekuk lututnya dan ia peluk sembari menangis tersedu - sedu.
Jeno terusik mendengar suara tangisan Cellyka perlahan iapun membuka matanya, ikut mendudukan tubuhnya.
" Ce- Celi"Jeno menyentuh bahu Cellyka yang bergetar hebat karena menangis,Cellyka yang merasakan bahunya dipegang Jeno langsung menghempaskan tangan lelaki itu lalu ia layangkan tatapan tajam kearah Jeno.
"LU JAHAT JENO! Lu BRENGSEK!GUE SALAH APA SAMA Lu ?SAMPAI LU SETEGA ITU SAMA GUE, LU UDAH RENGGUT MAHKOTA YANG SELAMA INI GUE JAGA. LU BAJINGAN JENO!! " Teriak Cellyka frustasi.
" Lebey lu "Jawab Jeno dengan santainya membuat Cellyka kian emosi bahkan gadis itu sampai geleng - gelang kepala mendengar ucapan Jeno.
" Gue harap gue gak pernah ketemu sama lo lagi Jeno. Dan gue anggap semua yang terjadi tadi malam gak pernah ada"Ucap terakhir Cellyka sebelum berdiri memungut i bajunya dan keluar dari kamar itu.
Jeno mematung setelah kepergian Cellyka, ia sendiri tidak percaya telah melakukan hal bodoh tersebut pada gadis yang selama ini ia bully. Jeno berusaha menyangkal rasa bersalahnya namun hatinya berkata lain. Hatinya tidak selaras dengan otak busuknya.
Setelah kejadian malam itu 3 minggu lamanya Jeno tidak pernah menggangu Cellyka disekolahan bahkan ia selalu menghentikan pacarnya yang berniat merundung Cellyka. Gadis itu juga menghindari Jeno bahkan seolah Jeno itu tidak ada didunia ini. Namun beberapa hari ini Cellyka tidak masuk sekolah membuat hati Jeno jadi tak tenang, jujur saja selama ini Jeno selalu mengawasi Cellyka dari jauh.
"Lu kenapa sih Jen gak ada semangat hidup gitu, udah bosen liat srengéngé lu? " Tanya Alana pada Jeno. Mereka sedang duduk dikantin sembari udud klempas - klempus sama Marka juga kecuali Jeno yang hanya termenung memainkan pemantiknya sedangkan rokonya diselipin ditelinga.
"Gue...... Gak kenapa - napa "
"Cih, sehat gak sih tu Mark temen lu? "
"Temen lu ya anjing " Balas Marka tak terima.
'Lu dimana sih cengeng'
******
Setelah tiga hari tak terlihat batang hidungnya akhirnya hari ini siswa yang bernama Cellyka Fanda masuk sekolah juga. Ia yang baru meletakan tasnya tersebut tiba - tiba tanganya ditarik secara kasar oleh seseorang.
"Jeno lepasin " Ucap Cellyka saat tau pelakunya adalah Jeno, ia berusaha melepaskan tanganya dari genggaman Jeno tapi tenaga lelaki itu lebih kuat. Teman sekelas pun tidak ada yang berniat membantu gadis tersebut hingga......
Sret
"Lu apa - apaan sih Jen! " Alana menarik tangan Cellyka dari genggaman Jeno hingga terlepas.
Jeno menghela nafasnya "tolong Na, jangan ikut campur kali ini. Gue ada urusan sama dia yang harus kita bicarain" Ucap Jeno lalu kembali menarik tangan Cellyka ia bawa keluar kelas.
Cellyka hanya pasrah saat Jeno menariknya menuju gudang sekolah. Saat ini keduanya berdiri berhadapan, belum ada yang berniat untuk membuka pembicaraan sama sekali.
"Kemana aja lu selama ini? "
"Bukan urusan lu! "
"Ya emang bukan urusan gue, tapi gue cuma mau tau apa yang terjadi sama lu. Karena gue inget betul malam itu gue keluarin semuanya didalem"
Cellyka terkekeh pelan mendengar ucapan Jeno, apa yang ia harapan kan dari lelaki itu. Bahkan sekedar kata maaf pun tak pernah keluar dari mulut lelaki itu setelah apa yang ia lakukan.
"Gue hamil Jen"
Deg
Jeno sangat pandai menyembunyikan ekspresi terkejut nya. Ia masih memasang tampang datarnya bahkan selama beberapa menit lelaki itu belum menanggapi perkataan Cellyka mengenai kehamilannya.
"Gugurin"
Plak Plak
Entah dapat keberanian darimana Cellyka berani menampar kedua pipi Jeno bahkan membuat lelaki itu sampai menoleh kekanan dan kekiri.
"Bajingan! " Lagi dan lagi air mata Cellyka kembali keluar tumpah ruah dan penyebab nya adalah laki - laki bernama Jeno.