Dua bulan telah berlalu sejak kejadian malam itu, kini kandungan Cellyka juga sudah mau menginjak 2 bulan. Walaupun perutnya belum terlihat buncit tetap saja ada rasa takut disetiap saatnya, takut bagaimana menghadapi orang tuanya, masa depanya,segala nya ia tanggung sendiri. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis disetiap penghujung malam.
Sementara Jeno? Selalu diliputi rasa bersalah disetiap saatnya bahkan setiap waktu, rasa itu semakin memenuhi dadanya , karena ada satu hal yang belum ia sadari sampai saat ini. Jeno juga diam - diam selalu mengawasi Cellyka dari jauh, entah yang ia lakukan itu sadar atau tidak tapi itu berjalan sesuai nalurinya, sebagai seorang ayah mungkin?.
Jeno yang sedang berada di parkiran melihat punggung Cellyka yang semakin menghilang dari gerbang sekolah. beberapa hari ini ia menemukan gadis tersebut berjalan kaki saat pulang sekolah, biasanya Cellyka itu diantar jemput sama sopirnya tapi entah kenapa akhir - akhir ini gadis tersebut pulang sendiri jalan kaki. Bagaimana Jeno bisa tau? Tentu saja orang dia mengikuti Cellyka diam - diam sampai rumah, bahkan ia tau saat gadis itu kelelahan dijalan karena jarak sekolah rumahnya lumayan jauh. Dan apa yang bisa Jeno lakukan? menghampiri nya dan mengantarkannya sampai rumah tidak mungkin, jadi kadang Jeno hanya menyuruh bocil untuk memberikan gadis itu air mineral saat beristirahat.
"Em.... sayang kamu pulang sama......... " Jeno menoleh kanan kiri mencari seseorang yang kira - kira bisa ia minta tolong i untuk mengantar Yesika.
"Woy Morkkkk! "
"Uyy" Balas Mark yang sedang memutar - mutar kunci mobilnya sembari mendekat ke arah Jeno.
"Mark gue minta tolong anterin Yesika pulang ya gue ada urusan penting " Ucap Jeno lalu buru - buru memakai helmnya.
"Siap"
"Ih Jeno kamu kok malah nitipin aku ke Marka sih, aku pacar kamu Jeno! Kamu gak takut aku selingkuh sama Marka " Ucap Yesika menahan lengan Jeno.
"Nggak,aku percaya sama Marka. Udah ya Yes aku ada urusan penting " Ucap Jeno lalu segera mbradat dengan motornya keluar dari area parkiran sekolah.
"Emang ada yang lebih penting dari aku? Jeno!! " Teriak Yesika yang sayangnya tidak didengar oleh sang empu.
******
Motor Jeno berhenti menghadang seseorang yang tengah berjalan kaki yang otomatis orang itu langsung berhenti. Jeno turun dari motornya setelah melepas helm.
"Ayo pulang sama gue" Ucap Jeno dengan wajah datarnya, ia sendiri tidak tau kenapa tiba - tiba hatinya bergerak mengajak Cellyka pulang bersama, rasanya ia tak tega melihat gadis itu jalan kaki sendirian.
"Gak perlu"
Ya. Itu yang selalu Jeno dapatkan dari Cellyka, penolakan!.
"Gak usah bikin gue emosi ya Cel, gue udah bela - belain nyuruh Yesika pulang sama Mark biar gue bisa anterin lu jadi gak usah sok jual mahal"
"Gue udah bilang kan Jen.... tolong jangan muncul didepan gue,Karena lu adalah penghancur impian yang udah selama ini gue tata. Gue gak maksa lu bertanggungjawab kok, cukup lu gak ada dihidup gue itu udah sangat membantu. Jangan peduliin gue anggap semuanya gak pernah terjadi. "Ucap Cellyka lalu melanjutkan jalanya melewati Jeno.
" GIMANA GUE BISA GAK PEDULI KALAU ADA DARAH DAGING GUE DIPERUT LO CELLYKA! "Teriak Jeno membuat Cellyka menghentikan langkahnya.
Waktu Jeno pertama kali mengetahui Cellyka hamil atas perbuatannya lelaki itu sendiri yang meminta agar janin itu dilenyapkan, tapi sekarang apa, Jeno peduli? Ucapan Jeno itu sama sekali tak membuat hati Cellyka luluh ia tetap berjalan meninggalkan Jeno, lalu apakah Jeno menyerah? Ohh tentu saja tidak, ia mengejar dan langsung mengangkat gadis itu ia dudukan di jok belakang. Cellyka mau turun gak sempet soalnya Jeno udah dulu naik dan melajukan motor nya, dan akhirnya Cellyka hanya bisa pasrah diantar Jeno.
Cellyka sedikit terkejut karena Jeno mengetahui alamat rumahnya, bahkan ia tak memberikan arahan sama sekali selama diperjalanan. Sampai rumah Cellyka bergegas turun dari motor Jeno, ia yang hendak masuk kerumah itu tanganya langsung ditahan dan ditarik agar mendekat lagi pada Jeno.
" Tunggu sebentar "Jeno melepas cekelanya beralih membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana.
" Kemaren gue nganterin mama belanja bulanan terus gue gak sengaja liat ini...... Gue sering liat lu minum susu kotak rasa coklat jadi gue pilihin yang rasa coklat "Ucap Jeno canggung, tanganya menyodorkan susu ibu hamil tanpa mau menatap mata Cellyka.
Cellyka dengan ragu mengambil kardus susu itu" Makasih" Ia pun hendak masuk kedalam rumah tapi lagi - lagi Jeno menahanya.
"Bo- boleh gue pegang perut lo " Ucap Jeno pelan, sedangkan Cellyka mematung mendengar itu, tapi beberapa detik kemudian ia mengangguk tanpa sadar.
Tangan Jeno terulur menyentuh perut Cellyka yang masih rata, posisinya ia masih duduk di motor sedangkan Cellyka berdiri disampingnya, bukan hanya menyentuh ia pun perlahan mengelus - elus perut Cellyka yang masih tertutup sragam dengan lembut. Ada rasa hangat yang menjalar dihati keduanya.
Setelah puas dengan yang ia lakukan Jeno pun segera menarik tanganya dari perut Cellyka. "Masuk gih, kalau mau apa - apa bilang aja" Ucap nya kembali datar. Cellyka pun akhirnya masuk kedalam rumah tanpa menawarkan Jeno untuk singgah barang sebentar saja.
Saat Jeno hendak menyalakan montornya, tiba - tiba saja ia merasakan lengannya ditahan oleh seseorang. Saat ia menoleh seorang wanita paruh baya berdiri disamping nya. Ia pun mematikan kembali mesin motornya dan melepas helmnya.
"Pacarnya non Cellyka ya, bisa bicara sebentar? "
Jeno dan Bibi Jum, Art yang sudah bekerja bertahun - tahun dirumah Cellyka saat ini tengah berbincang digazebo belakang rumah tanpa sepengetahuan orang lain,yang memang tak ada orang lain, Ayah nya Cellyka lagi di luar kota sedangkan ibunya menemani sang suami . Bibi Jum awalnya menceritakan tentang kehidupan Cellyka dan bagaimana orang tua Cellyka yang begitu keras terhadap anakanya. Pembicaraan itu mengalir begitu saja hingga pada akhirnya bibi Jum menanyakan hal yang membuat Jeno diam seribu bahasa.
"I- iya, saya yang menghamili Cellyka. Maaf Bu, tapi saya benar - benar tak sengaja waktu itu. Itu murni kecelakaan , ini bukan salah Cellyka, saya yang salah disini " Ucap Jeno dengan kepala tertunduk.
"Ya mau bagaimana lagi nak Jeno, nasi sudah menjadi bubur. Ibu hanya berharap nak Jeno selalu menjaga non Cellyka ya, dia sudah melewati hidup sulit selama ini, saya yang menjadi saksi bagaimana Non Cellyka menagis setiap dikekang orang tuanya, bahkan jika tuan dan nyonya tau hal ini entah apa yang akan terjadi sama non Cellyka ibu tidak bisa membayangkannya "
Jeno menegakan kepalanya menatap Bi Jum dengan tatapan memohon "Bi saya titip Cellyka ya, kalau ada apa - apa tolong hubungi saya "Ucap Jeno. sekedar info tadi keduanya sudah sempat bertukar nomer telepon, Jeno yang memintanya agar lebih mudah memantau Cellyka saat dirumah dengan cara menanyakan pada bibi Jum.
" Baik nak Jeno, kalau ada apa - apa Ibu bakalan hubungi nak Jeno"
"Yasudah Jeno pulang dulu ya bi" Pamit Jeno lalu seger pergi dari rumah Cellyka.
Bi Jum memang sudah mengetahui kehamilan Cellyka, ia awalnya curiga karena bokong gadis itu melotrok kebawah,dan dugaan itu diperkuat saat bi Jum menemukan sebuah testpack dilaci kamar Cellyka saat membersihkan ruangan tersebut.Nah pas Jeno nganterin Cellyka bi Jum kira Jeno itu pacarnya Cellyka jadi otomatis pikirnya yang menghamili anak tuanya ya Jeno dong.