Sudah dua hari ini Cellyka memutuskan untuk tidak masuk sekolah. ya bagaimana, perutnya sudah buncit walaupun belum terlalu ketara lagipula dari pada menunggu lebih lama lagi atau kemungkinan kehamilannya diketahui banyak orang lebih baik ia memutuskan berhenti sekarang.Hubungannya dengan Jeno masih sama seperti hari - hari sebelumnya, Jeno tidak menganggap keberadaannya keduanya seperti orang asing yang tak pernah bertegur sapa.
"Eh non Cely mau kemana " Tanya Bi Jum yang melihat Cellyka turun dari tangga dengan menggunakan hoddie hitam kebesarannya, perlu kalian ketahui itu adalah hoddie pemberian Jeno dulu yang sekarang sering Cellyka pakai saat keluar rumah maupun ingin tidur. Selain karena itu punya Jeno alasan Cellyka sering pakai adalah karena hoddie itu bisa menutupi perut buncitnya kalau pakai kaos tentu saja akan terlihat.
"Cellyka mau keluar bentar bi cari angin segar "
"Loh sendiri Non, biar dianter sopir ya ini udah malem loh non "Cellyka tersenyum mendengar ucapan khawatir sang bibi.
"Gak usah bi... Cellyka lebih suka jalan kaki kok, lagian Cellyka cuma mau jalan - jalan sekitar komplek siapa tau nanti ketemu mang cilok hihihi"
Cellyka sebenarnya hanya merasa suntuk dirumah, ia ingin menghilangkan stressnya dengan mencari angin segar diluar.
Sementara itu di lain sisi Jeno sendiri sedang ngegalau dibalkon kamarnya, dua hari ia tak bertemu Cellyka gila rasanya, mau nyamperin kerumahnya tapi gimana? Gak mungkin juga.
Jeno cuma bisa ngehela nafasnya berkali - kali, entah sudah berapa batang rokok yang ia habiskan hari ini Intinya pikiran Jeno lagi uwer banget.
"Gue harus gimana lagi Cel, gue biariin lo lari dan gue nunggu lo dibelakang biar kalau lo capek lo bisa noleh kebelakang tapi kok rasanya gue yang capek nungguin lo " Ya gini Jeno tiada hari tanpa sambat!
Sepulang cari angin segar, Cellyka agak kaget karena melihat mobil mama dan papanya sudah terparkir digarasi rumahnya, tumben sekali pikirnya karena biasanya papa dan mamanya pulang sekitar jam 11 malam karena lembur.
"Assalamu'alaikum Cellyka pul-" Ucapan Cellyka terpotong saat mamanya menghampiri dan menyeret nya ke ruang keluarga, dan dapat Cellyka lihat ada papanya yang sedang menahan amarah dan ada juga Bi Jum yang seperti ketakutan.
"Nih mas anak gak tau malu udah pulang " Ucap Laras mama Cellyka.
"Maksud mama apa bilang kaya gitu "Ucap Cellyka yang bingung tiba - tiba diseret dan diberi omongan seperti itu.
Plak
" Masih bisa nanya kamu hah?! Ini apa!! Apa pantes anak SMA kaya kamu nyimpen barang ini , dan ini surat test dari dokter kandungan. Jadi selama kami tinggal keluar kota kerjaan kamu cuma ngejalang ampe hamil gini Cellyka dasar anak gak tau malu kamu "
Deg
Cellyka merasa sebentar lagi dunianya akan hancur, jadi sekarang mama dan papanya sudah tau bahwa dirinya tengah hamil.
"Kenapa diem anak sialan "kali ini yang berbicara adalah Rangga sangat papa.
" Pah, mah i-itu Cellyka bisa j-jelasin"
"Halah jelasin apa hah?! Ternyata kamu tumbuh jadi anak nakal ya malu saya jadi orang tua kamu, kami tinggal kamu untuk urusan bisnis supaya kamu bisa mandiri ternyata malah jadi cewek gak bener bikin aib keluarga".
Plak
Dan lagi tamparan itu mendarat di pipi mulus Cellyka, ia hanya mampu menangis otaknya tak berfungsi dan tak tau harus apa sekarang. Apakah ia harus menghubungi Jeno?
Dan saat Cellyka melamun tiba - tiba Rangga menjambak rambut Cellyka
lalu menariknya dengan kencang, bahkan Cellyka terjatuh di lantai dan agak meringis karena perutnya sakit. Reflek Cellyka memegang perutnya untuk melindungi perutnya agar tak terbentur.Bi Jum yang melihat semua itu tak tahan dan takut sesuatu terjadi pada Cellyka dan bayinya ia memilih menghubungi Jeno agar bisa melindungi Cellyka dan langsung meluruskan semua masalah ini agar cepat selesai.
******
Jeno lari tergesa - gesa menuruni tangga kebawah, kebetulan Mama sama Papanya sedang duduk disofa ia berniat mengatakan semuanya dan langsung saja diajak kekediaman Cellyka.
"Pa, Ma maafin Jeno. Jeno ngecewain kalian tapi tolong kali ini ikut sama Jeno penting Pa, ma "Ucap Jeno.
" Kamu kenapa Jen, ada apa "Ucap Dira papa Jeno.
" Ngomong yang bener Jen, ada apa sayang"Kali ini sang mama yang bertanya dengan ekspresi khawatir.
"Sebenarnya Jeno udah h-hamilin anak gadis orang pa ma, dan sekarang kalau Jeno gak kesana dia dalam bahaya orang tuanya bakal ngehajar dia " Ucapan Jeno tentu membuat orang tuanya kaget bukan maen, apa - apaan anaknya ini bercanda kelewatan batas.
"Jeno jangan bercanda ah "
"Ma, Jeno serius tolong ikut Jeno Ma,Pa"
"Astaga jadi bener Jen, mama kecewa sama kamu nak gak nyangka mama anak mama kaya gitu. Yaudah ayo pa " Mama Jeno tentu kecewa, tapi ini bukan saatnya untuk mengutarakan kekecewaan ada hal yang lebih penting yaitu pergi kerumah gadis yang telah menjadi korban anaknya.
Rangga tentu saja juga marah namun situasi ini belum tepat karena iya takut tak bisa mengendalikan emosinya dan yang ada malah memperkeruh keadaan jadi mereka menunggu penjelasan Jeno nanti saja karena saat ini mereka tengah diperjalanan menuju rumah Cellyka.
Tak butuh waktu lama kini Jeno dan orangtuanya tiba dirumah Cellyka dan segera menekan tombol bel rumah dan tak lama Bi Jum membukakan pintu.
"Mana Cellyka bi? "
"Didalem Jen dipukul sama tuan dan nyonya ayo cepetan Jen"
Tentunya ucapan bi Jum membuat ketiganya terkejut, mereka bergegas masuk untuk menemui Cellyka dan saat itu juga Jeno melihat Cellyka ditampar oleh lelaki paruh baya yang ia duga pasti itu papanya Cellyka, sedangkan Cellyka sendiri terduduk di lantai dingin sambil memeluk lututnya.
"Anak gak berguna kamu ya, bisanya bikin malu keluarga "Dan saat Rangga hendak menampar lagi Jeno berlari kearah Cellyka dan memeluknya.
" Stop om, kalau mau mukul pukul saya aja saya yang salah saya yang hamilin Cellyka "
Ucap Jeno tegas walaupun sebenarnya takut."Owh jadi kamu bajingan yang ngerusak anak saya kurang ajar kamu"
Bugh
Bugh
Brak
Dan langsung saja Rangga menghajar Jeno sedangkan mamanya Jeno yang melihat itu memohon pada suaminya agar melerai, ia tak tega melihat anaknya begitu.
Cellyka pun ketakutan dan ingin menahan papanya yang sedang menghajar Jeno tapi ia tak berdaya karena merasa sakit diperutnya dan pipinya yang sempat ditampar tadi berdiri pun susah.
"Biarin ma anak kita pantas dapet itu, siapa yang gak marah anak gadisnya dirusak "ucap ayah Jeno.
" Ayah tapi itu Jeno udah berdarah kasian yah lerai aja "sang suami pun hanya diam saja tak berkutik namun sebagai seorang ibu Diana tentu tak tega melihat anaknya terluka ia hendak menolong tapi tanganya digenggam Dira erat.
" Papa bilang biarin ma, dia pantas dapet itu mama diam aja"Ucap Dira penuh penekanan Diana pun hanya bisa menangis melihat putranya lemas tak berdaya dilantai.
"Papaaa udahh, UDAH AKU BILANG JANGAN PUKUL JENO LAGI! "Ucap Cellyka lalu merangkak menuju tempat Jeno berbaring lemah dan memangku kepala Jeno dipahanya.
"Je- Jen lo gak papa, hiks.... hiks "tangan Cellyka mengelus pipi Jeno pelan.
"Sttt jangan nangis sayang, maaf in aku Cel ini semua gara - gara aku, maafin atas kelakuan aku malam itu "Ucapan Jeno malah membuat Cellyka semakin menangis, ada rasa haru juga yang terselip disana. Akhirnya kata maaf yang ditunggu Cellyka ke luar juga dari mulut Jeno.
" Jenoo.... Jeno.... Jenn"Cellyka hanya mampu memanggil nama Jeno sembari menangis tersedu - sedu.