"Jeno turunin gue! "
"Iya ini mau aku turunin " Jeno meletakan tubuh Cellyka diranjang lalu ia berjalan kearah pintu untuk menutupnya.
"Kamunya juga keluar Jen~ ngapain malah naik ke sini " Ucap Cellyka menatap pergerakan Jeno yang merangkak keatas ranjang mendekatinya.
Jeno menarik tangan Cellyka pelan hingga kepalanya jatuh, ia juga sudah menyiapkan lengannya sebagai bantalan gadis itu. Jeno mendekatkan tubuhnya pada Cellyka, tanganya tergerak menyentuh perut Cellyka sembari ia elus - elus sedangkan Cellyka sendiri membeku atas perlakuan Jeno.
"Lo pikir gue bakal luluh sama perlakuan lo yang kaya gini Jen? Enggak! Gue gak suka "
"Terus kamu sukanya perlakuan aku yang gimana hem? Yang malam itu dikamar hotel " Jeno mengangkat kepalanya disangga dengan tangan lalu menatap Cellyka dengan menarik turunkan alisnya.
"Gue sukanya perlakuan kasar lo ke gue dulu, gue suka bgt " Mendengar jawaban Cellyka seketika membuat Jeno terdiam, harus Jeno ingat Cellyka yang bersamanya saat ini bukanlah Cellyka nya yang dulu.
Lama keduanya terdiam tapi tangan Jeno tak berhenti mengusap - usap perut Cellyka lembut, dalam hati Cellyka juga tidak bisa mengelak rasanya nyaman sekali. Jadi dirinya sudah tidak berontak atas perlakuan Jeno.
"Cellyka, biarin dia lahir kedunia ya. Kita rawat sama - sama, kita didik sama - sama. Kadang aku suka bayangin kalau keponakan cewek aku main kerumah.....bentar lagi aku bakal punya kaya dia atau yang versi laki, hahaha gak tau deh lucu bgt"Cellyka hanya diam saja mendengar ucapan Jeno.
"Kita nikah ya Cel,kamu tenang aja setelah kita nikah kamu tetep bisa kejar cita - citamu. Aku gak akan pernah ngalangin semua mimpi - mimpi kamu, kamu masih bisa sekolah, kuliah aku gak akan larang, tapi plis Cell kita nikah ya, hilangin jauh - jauh pikiran kamu soal aborsi kasian anak ini Cell"
"Gue bakal nikah, tapi bukan sama lo Jen sama Jefando. Dan gue bakal tetep aborsi! "
Jeno menghela nafasnya, jujur saja dia bukan tipikal laki - laki yang sabar dalam membujuk wanita tapi untuk Cellyka Kesabarannya benar - benar turah.
"Tidur Cel udah malem " Jeno mengakhiri pembicaraannya dengan Cellyka, ia sudah memejamkan matanya dengan tangan yang masih setia mengelus perut Cellyka biarlah ia cari cara untuk membujuk gadis ini esok hari.
Jeno membuka matanya yang terpejam, sejujurnya ia memang terjaga sedari tadi ia hanya menunggu Cellyka agar terlelap saja. Jeno mendudukan badanya ia menarik selimut hingga sebatas leher Cellyka, menata guling dan bantal disamping kanan dan kiri gadis itu lalu ia pandangi wajah damai Cellyka yang sedang tertidur.
Tangan Jeno terulur mengusap - usap kepala Cellyka "Tidur yang nyenyak ya duniaku " Lalu mengecup kening Cellyka lama. Ya memang entah sejak kapan Cellyka itu menjadi bagian dari dunia Jeno. Jeno bangkit dari ranjang, ia tak bener - benar berniat tidur bersama Cellyka malam ini, walau dia sangat ingin tapi Jeno sadar ini belum saatnya.
Jeno keluar setelah menutup pintu kamar Cellyka rapat, saat ia turun kebawah ia bertemu dengan bibi Jum.
"Eh nak Jeno"
Jeno tersenyum lalu menghampiri wanita paruh baya itu "Bu Jum belum tidur? "
"Belum Jen, kamu sendiri? Habis dari kamar non Cely"
"Iya bu Jeno nungguin Cellyka tidur tadi, sekarang Jeno mau pulang "
"Loh gak nginep aja Jen? "
"Enggak bu nanti Jeno dicariin mama "
"Oh ya udah, hati - hati ya nak dijalan "
"Iya bu " Jeno menyalimi tangan Bibi Jum, lalu dirinya diantar bi Jum sampai depan pintu. Pas udah jalan beberapa langkah Jeno balik badan lagi manggil Bibi Jum. Bibi Jum sendiri sampai terkejut padahal baru ia hendak menutup pintu.
"Bu Jum!"
"Kenapa Jen ada yang ketinggalan? "
"Jeno sayang Cellyka, sayang bgt " Ucapnya sembari tersenyum hingga matanya menghilang. Bu jum cuma senyum sambil geleng - gelang kepala liat tingkah anak muda itu.
"Kok ngomongnya sama bibi Jen, sama orangnya langsung dong"
"Hehe, kalau orangnya langsung gak percaya bi sama ucapan Jeno"
Pas Jeno udah bener - bener hendak pulang, ia celingukan mencari sesuatu terus pas ia sadar ia nepok jidatnya sendiri kenceng bgt.
"Bangsat! Motor gue kan dibawa Nana pulang duluan" Azab seorang Jeno Darutama karena telah memperlakukan Nana semena - mena.
********
Jeno berdiri dibalik tembok, ia sedang mendengarkan percakapan dua orang bersama seoarang bidan di dalam sebuah ruang konsultasi kandungan.
Tangan Jeno sudah terkepal sejak mendengar percakapan dari dalam ruangan itu, tapi kini Rahangnya tambah mengeras mendengar ucapan Cellyka. Ya orang yang didalam itu adalah Cellyka dan Jefando bersama seoarang bidan yang sempat memperkenalkan tadi, namanya adalah dokter Paramita Vanny.
"Bantu saya dok mohon bantu saya aborsi bantu saya untuk menggugurkan kandungan ini"
Itulah ucapan Cellyka yang berhasil memancing amarah Jeno, harus dengan apa Jeno menghentikan pikiran gila Cellyka"ini semua gara - gara cowok itu, gue harus jauhin Cellyka dari dia "Jeno pergi dari tempat itu, tapi bukan berarti ia membiarkan Cellyka melakukan hal tersebut. Lihat saja ia akan semakin gencar menempel Cellyka, ia tidak boleh lengah sedikitpun. Untung saja tadi dokter itu menjelaskan tentang bahaya - bahaya aborsi, kalau langsung disetujui udah Jeno bakar ini klinik.
Setelah 20 menit kepergian Jeno, Cellyka dan Jefando keluar dari ruangan konsultasi, bersama sang bidan.
" Yaudah bu Jefando anterin Cellyka pulang dulu ya "Jefando menyalimi wanita yang ia panggil ibu tadi. Ya dokter Paramita adalah Ibunya Jefando yang kebetulan berprofesi sebagai dokter kandung, jadi saat Cellyka bilang mau Check up Jefando menyarankan bersama ibunya saja.
" Iya hati - hati dijalan Jef bawa anak orang jangan kebut - kebutan. Buat Cellyka makan yang bergizi ya jangan banyak stres biar dedeknya sehat "Ucap dokter Vanny sembari mengelus perut Cellyka membuat keduanya terkekeh.
" Iya makasih dok"
"Ih panggil ibu aja boleh gak? "
"Hahaha Iya ibu " Lagi - lagi keduanya tertawa, Vanny yang gemas pun mencubit pipi Cellyka pelan sedangkan Jefando hanya tersenyum tipis melihat interaksi dua perempuan ini. Cellyka benar - benar mengingatkan Jefando akan seseorang?.
Saat Cellyka dan Jefando hendak masuk kedalam ruangan ibunya setelah menunggu antrian Jefando mengehetikan langkah Cellyka.
"Kayaknya ada yang ngikutin kita deh dek" Bisik Jefando ditelinga Cellyka dan saat Cellyka hendak menoleh penasaran siapa yang mengikutinya, Jefando langsung menahan kepala Cellyka agar tak berputar.
"Jangan ditengok "
"Si- siapa kak Jef"
"Siapa lagi kalau bukan cowok brengsek itu"
"Jeno? "
"Hem.. "
"Trus gimana dong kak? "
"Aku punya ide, ini kesempatan kamu buat yakinin Jeno bahwa kamu mau aborsi. Kita konsultasi aja sama Ibuku tentang niat kamu buat aborsi "
"Tapi nanti ibu kamu.... "
"Udah tenang aja "
Jadi emang ini udah disetting Jefando sedemikian rupa, pas tau Jeno ngikutin mereka. Jefando merencanakan buat konsultasi Aborsi, nah pas Jeno udah pergi baru deh ia jelasin semuanya ke Dokter Vanny alisa ibunya, ya walaupun beliau sempat syok sih awalnya. Bayangain aja putranya bawa anak gadis disuruh aborsi.
Jadi Jefando itu gak jahat ya ges. Dan Cellyka juga gak beneran mau aborsi, yang bener aja! Itu semua ia lakukan hanya semata membalikan perlakuan Jeno dulu padanya. Dulu Cellyka yg memohon - mohon pada Jeno agar tak membunuh bayinya, sekarang giliran Cellyka buat Jeno yang memohon - mohon padanya walau sebenarnya semuanya yang terjadi hanyalah kesalahan pahaman.