Diam

2.8K 78 4
                                    

"Happy Reading"

°°°°

Nasya membuka matanya yang terasa sangat berat, tubuhnya seakan remuk redam. Dengan sekuat tenaga dia berusaha bangun, matanya memandang sekitar dan mendapati tubuh lelaki bejad itu tak jauh darinya. Air matanya mengalir begitu saja mengingat kejadian kelam beberapa jam yang lalu. Ia memungut pakaiannya yang tergeletak dimana-mana dan mulai memakainya.

Keadaan masih gelap saat Nasya berjalan tertatih menuju rumahnya, hatinya berkecambuk mengingat apa yang telah ia jaga selama ini telah direnggut oleh lelaki bejad itu. Ia diperlakukan seperti mainan pemuas nafsu, naasnya Nasya tak bisa berbuat banyak dan memilih menyerah kepada takdir.

Lagi, air mata itu jatuh. Entah sudah berapa kali ia menangis menahan rasa sakit di hati dan tubuhnya, rasanya Nasya masih tidak percaya dirinya akan mengalami kejadian seperti ini. Kata mungkin dan seandainya terus menerus terputar di otaknya.

Seandainya ia mengikuti saran Alana, pasti dirinya tak akan mengalami hal ini.

Mungkin jika ia pulang lebih awal, ia tak akan bertemu dengan lelaki itu.

Seandainya semua ini tidak terjadi, pastinya ia akan datang ke sekolah besok seperti biasanya dengan perasaan yang kesal karena amanat upacara yang panjang.

Mungkin ...

Seandainya ...

Nasya meremas roknya, menyalurkan rasa sakit hatinya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa nanti pada mamanya, ketika tahu anaknya ini menjadi korban pemerkosaan. Mamanya pasti akan kecewa dan semua orang akan menganggapnya sebagai wanita murahan yang sudah tidak suci lagi.

"Maafin Nasya, Ma," batinnya menangis, hanya kata itu yang terus-menerus ia ucapkan. Ia benar-benar akan mempermalukan mama, bunda serta adik-adiknya dan papa pasti akan marah besar karena telah merusak nama baik keluarganya.

Langkah Nasya melambat ketika sampai di sebuah jembatan dengan arus yang lumayan deras di bawah sana, terlintas ide buruk di kepalanya. "Enggak sepantasnya aku hidup lagi, aku bakal bikin malu Mama," ucapnya dalam hati.

Nasya benar-benar kacau, bahkan saat ini ia tidak bisa berpikir jernih. Perlahan ia mulai menaikkan kakinya di pagar pembatas jembatan, Nasya pikir dengan begini mamanya tidak akan perlu menanggung malu karena memiliki anak yang sudah tidak suci lagi. Saat ini ia sudah berdiri di pagar jembatan, matanya menatap air di bawahnya yang mengalir cukup deras.

Namun baru saja akan melompat tiba-tiba potongan memori bersama mamanya terputar di otaknya, kejadian saat papa meninggalkan mama dan dirinya dan memilih pergi bersama perempuan lain yang kini ia panggil bunda. Terlihat jelas saat itu tangisannya yang meraung-raung karena tidak ingin berpisah dengan papanya dan mama hanya bisa memeluknya erat sambil menahan kekecewaan.

Kilasan memori itu berakhir saat tiba-tiba seseorang menarik tangan Nasya, menyelamatkan gadis itu dari niatnya untuk mengakhiri hidupnya. Gadis itu limbung ke belakang, jatuh menabrak tubuh dari orang baik yang menyelamatkannya.

"Nak, eling! Bunuh diri itu dosa besar!" Mendengar itu membuat Nasya kembali menangis, ia merasa sangat bodoh dengan pikiran pendeknya itu. Ia menatap wanita paruh baya di depannya ini, gadis itu membayangkan betapa kecewa mamanya ketika melihat anak semata wayangnya ini ingin bunuh diri.

Agliophobia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang