Kembali

823 27 1
                                    


"Happy Reading"

°°°°°

"Gue udah ketemu sama cewek itu," ucap Geva lantang, kini lelaki itu tengah menatap dua orang di depannya yang tampak terkejut dengan pernyataannya.

"Beneran? Lo ketemu di mana?" celetuk Damar, ia kaget bukan kepalang ketika mendapat kabar cewek yang mereka cari-cari beberapa bulan yang lalu kini telah mendapat titik terang.

"Gue ke rumahnya tadi sore." Jawaban itu mampu membuat dua lelaki ini cengo.

"Gila! Lo nyari mati?" Damar kembali menanggapi, berbeda dengan Rafly yang sejak tadi hanya diam. Sebenarnya sudah beberapa bulan terakhir lelaki itu mengalami perubahan yang signifikan, Rafly lebih cocok seperti orang patah hati ditinggal selingkuh pacarnya.

Geva kemudian menjelaskan awal pertemuan dengan gadis itu sampai akhirnya ia bisa datang ke rumahnya dan mendapat penjelasan dari sang bundanya langsung. Lelaki itu juga menjelaskan bahwa tidak ada yang tahu bahwa Geva lah pelaku dari kejadian malam itu.

"Kenapa lo yakin banget kalau dia cewek itu? Sempat itu semua cuman kebetulan," ujar Rafly, ia akhirnya bersuara. Salah satu perubahan yang begitu terlihat dari lelaki itu adalah cara berbicaranya, dulu Rafly menggunakan 'aku-kamu' namun sekarang ia lebih nyaman menggunakan 'lo-gue'.

"Bukan, ini bukan kebetulan. Karena tanggal kejadian itu sama persis dan di tempat yang sama," tutur lelaki itu, Damar yang mendengarnya tampak mengangguk kecil. Dalam hatinya mengucap syukur akhirnya Geva mendapat penjelasan atas semua pertanyaan yang beberapa bulan ini menyumpal pikirannya.

"Kalau gitu ini waktunya lo tepatin janji lo." Geva mengangguk.

"Gue bakal minta maaf dan tanggung jawab," ucapnya mantap.

"Gimana cara lo minta maaf, Bang. Karena kesalahan lo bener-bener fatal menurut gue, apa lo siap nerima respon buruk dari keluarganya?" tanya Rafly.

"Gue bakal berusaha sekuat tenaga. Gue tahu ini bakal sulit tapi gue yakin gue bisa hadepin ini semua."

*****

"Nasya," panggil Tias ketika wanita itu membuka pintu kamarnya, setelah sebelumnya mengetuk beberapa kali.

"Iyah, Ma." Tampak Nasya terduduk di ranjangnya dengan selimut yang menutupi kakinya sampai lutut. Gadis itu tersenyum, lalu Tias berjalan semakin mengikis jarak antara mereka.

"Mama mau nanya sama kamu."

"Nanya apa, Ma?"

"Apa yang sebenarnya terjadi tadi?" Raut wajah Nasya tampak menegang, Tias bisa melihat gadis itu meremat selimutnya.

"Aku ketemu cowok itu, Ma." Tias terdiam mendengar itu, karena dirasa mamanya tidak menanggapi, Nasya lalu kembali melanjutkan ucapannya, "Lelaki bajingan itu."

Perlahan air mata Nasya kembali menggenang, ia kembali menangis lagi. Tias langsung cepat menarik gadis itu ke dalam pelukannya, membiarkan Nasya menyembunyikan tangisnya dalam bekapan sang Mama. Tanpa sadar Tias ikut menangis, mengapa setiap keadaan Nasya kembali stabil selalu ada yang merusak kesehatan mental anaknya.

Tok ... tok ... tok ....

Mendengar itu, keduanya sontak saling menatap. Seolah bertanya 'siapa?' Dengan cepat Tias menghapus air matanya, lalu melonggarkan pelukannya dari tubuh Nasya. Sama dengan mamanya, Nasya pun ikut melakukan hal yang sama.

"Mama cek dulu ya, Nak," ucap Tias yang diangguki pelan oleh Nasya.

Wanita cantik itu berjalan keluar kamar, menuju pintu depan yang terketuk beberapa kali. Perlahan ia membuka pintu kayu berwarna coklat tua itu ternyata seorang lelaki muncul dari balik pintu. "Rafly."

Ya, di Rafly. Lelaki yang hampir setengah tahun seolah menghilang dari peradaban, lelaki yang sangat Nasya butuhkan namun meninggalkan gadis itu tanpa kata.

Dari balik pintu kamar seorang gadis mendengar nama yang tidak asing di telinganya, nama yang dulu selalu ia banggakan pada mamanya, nama yang selalu menjadi alasan mengapa ia tersenyum bahagia setiap hari tetapi nama yang juga memberi luka menahun yang bekasnya tidak kasat mata.

Rafly menunduk tidak berani menatap Tias yang tampak terkejut dengan kedatangannya, lelaki itu langsung memeluk tubuh wanita yang berdiri di depannya. "Maafin Rafly, Ma."

Tias kaget mendapat perlakuan seperti itu, apalagi terdengar isakan kecil dari bibir Rafly. Lelaki itu terus menerus mengucapkan kata 'maaf' dan 'maaf' Tias akhirnya hanya bisa mengembuskan napasnya lalu menepuki punggung tegap mantan kekasih anaknya ini.

Setelah tangisnya mulai mereda, Tias mengajak Rafly untuk masuk ke dalam rumah. Lelaki itu pun hanya menurut tanpa membantah perintah itu, seketika bau khas rumah Nasya menyeruak di penciumannya. Bau yang tidak pernah lagi Rafly cium selama setengah tahun ini.

Hanya ada keheningan di antara mereka, sebelum akhirnya Rafly memilih membuka suara. "Rafly mau ketemu Nasya, Ma."

Tias hanya diam mendengar itu, ia tidak bisa menyetujui begitu saja permintaan lelaki ini. Mengingat dia adalah salah satu orang membuat mental Nasya terguncang kembali.

"Boleh kan, Ma? Satu kali aja, Rafly mau jelasin semuanya ke Nasya. Aku mau kesalahpahaman ini selesai, Ma," pinta lelaki itu, ia bahkan menarik tangan Tias dan menggenggamnya erat.

"Mama belum bisa izinin kamu ketemu Nasya," jelas Tias.

Sedangkan di balik dinding itu Nasya mengepalkan tangannya, gadis itu menutup erat matanya sambil meringis menahan sesak di dadanya. Apa semudah itu Rafly datang kembali setelah semua yang ia lakukan padanya? Kenapa tiba-tiba lelaki itu ingin menjelaskan semua setelah enam bulan lebih kejadian itu berlalu? Nasya benar-benar tidak habis pikir dengan Rafly, lelaki penyebab luka dan kecewa yang sampai saat ini membekas di benaknya.

"Ma, please izinin Rafly ketemu Nasya. Sebentar aja, Ma." Rafly memohon-mohon pada Tias agar niatnya itu bisa terealisasikan, namun wanita di depannya ini hanya diam. "Rafly janji setelah jelasin ini semua, Rafly akan pergi dari hidup Nasya," lanjutnya lagi.

"Keadaan Nasya belum stabil, lebih baik kamu pulang aja. Nasya pun enggak bakal mau ketemu sama kamu setelah apa yang kamu lakuin ke dia," tutur wanita itu, ia menatap wajah kecewa Rafly.

Sangat jelas terlihat raut penyesalan di sana, namun Tias tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaan Nasya memang belum stabil. Ia masih terguncang akibat lelaki bajingan itu dan kini Rafly tiba-tiba datang kembali ingin meluruskan kesalahpahaman yang sudah lama berlalu.

"Tapi Ma–"

"Nasya butuh waktu, Fi," sela Tias. "Kalau kondisinya sudah membaik kamu bisa datang lagi ke sini," lanjutnya dengan senyum tipis di wajahnya.

"Iyah, Ma." Akhirnya Rafly menyerah, wajar bila Nasya tidak ingin menemuinya karena memang kesalahannya sudah fatal. Namun jangan kira setelah penolakan ini Rafly akan menyerah, ia bukan tipe orang yang menyerah dalam satu kali percobaan saja. Lelaki itu bahkan berniat datang hari-hari berikutnya sampai Nasya mau menemuinya.

"Kamu mau minum apa?"

"Enggak usah, Ma. Rafly mau pulang aja," ucap lelaki itu, dengan senyum yang dipaksakan.

"Maafin Mama ya, Fi." Rafly menggeleng pelan dan menatap wanita di depannya ini.

"Enggak apa-apa, Ma. Rafly mau pamit dulu." Tias mengangguk lalu ikut mengantar Rafly sampai di depan rumah.

*****

Have a nice day ❣️

Agliophobia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang