Sekolah baru

616 27 0
                                    

"Happy Reading"

                                °°°°°
   
Nasya duduk di sofa empuk yang ada di sekolah barunya, saat ini tengah mengamati seluruh benda-benda yang ada di ruang kepala sekolah. Mamanya tengah berbincang dengan wanita di depannya yang kira-kira umurnya tidak beda jauh dengan Tias.

"Terimakasih, Bu. Sudah mau menerima anak saya di sini, saya mempercayakan sekolah ini untuk menitipkan anak kesayangan saya ini," jelas Tias dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Iyah, sama-sama, Bu. Kami juga sangat berharap Nasya bisa betah bersekolah di sini dan insyaallah kami akan mengemban amanat dari Ibu dengan sebaik-baiknya," balas wanita itu, Nasya tadi sempat melirik nametag-nya bertuliskan 'Suhartini S.pd, MM'.

Kepala sekolah yang akrab dipanggil Bu Tini itu tampak ramah dan sabar, terlihat dari raut wajahnya yang teduh dan cantik. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa ia menyekolahkan Nasya di sini dan satu alasan kuatnya yaitu Bu Tini ini adalah teman SMA mamanya dulu.

"Ya sudah, Nak. Silahkan ikut Bu Ema, beliau nanti yang akan menjadi wali kelasku," ucapan itu membuat semua atensi beralih pada Nasya, reaksi gadis itu hanya mengangguk kecil dan berdiri lalu mengikuti guru bernama Ema tadi, setelah sebelumnya ia pmot dan menyalami mereka.

Langkah kecil Nasya perlahan melewati koridor kelas yang tampak sangat asing baginya, ia terus saja mengikuti guru di depannya ini. Netranya menangkap pemandangan lapangan sekolah yang bersih dan nyaman, sangat berbeda dengan sekolahnya dulu yang sangat gersang.

Nasya bertemu dengan wajah-wajah asing yang sebelumnya tidak pernah ia lihat sama sekali, ada rasa tidak rela ketika harus pindah dari sekolah lamanya. Apalagi sekolah tersebut menyimpan banyak kenangan bersama teman-temannya.

Langkah wanita di depannya terhenti sontak saja membuat Nasya mengikuti hal yang sama. Mereka berhenti tepat di depan kelas dua belas MIPA tiga, tidak lama kemudian guru itu kembali melangkahkan kakinya masuk ke kelas. Keadaan kelas yang awalnya bising seketika senyap, kesunyian menyambut datangnya Nasya. Bisik-bisik kecil mulai terdengar, entah mengapa rasanya Nasya tidak nyaman berdiri di sana.

"Assalamualaikum anak-anak."

"Walaikumussalam, Bu," jawab mereka serentak.

"Jadi hari ini kita kedatangan teman baru, silahkan perkenalkan nama kamu, Nak," suruh Bu Ema.

Nasya mengangkat kepalanya, menatap orang-orang yang akan menjadi teman barunya. Perlahan bibirnya mulai bersuara, "Halo, perkenalkan nama saya Nasya Syahilla."

"Ibu harap kalian bisa berteman baik dan membuat Nasya nyaman bersekolah di sini," ucap Bu Ema, ia menunjukkan tempat di mana gadis itu akan duduk nantinya. "Silahkan kamu duduk di sana ya, Nak."

"Baik, Bu." Nasya mulai berjalan menuju tempat yang ditunjukkan tadi, ia duduk di bangku ketiga dari belakang. Ia tersenyum pada teman sebangkunya, gadis berkaca mata bundar itu membalas senyum Nasya dan mempersilahkannya untuk duduk.

"Jadi silahkan tunggu guru mata pelajaran selanjutnya, Ibu harap kalian jangan keluar masuk kelas dan membuat keributan." Bu Ema menginterupsi anak kewaliannya.

"Iyah, Bu," jawab mereka serempak.

Setelah kepergian guru muda itu, Nasya mulai merasa kikuk. Rasanya tidak nyaman seperti ini, ia merasa seperti semut kecil di tengah-tengah kumpulan gajah.

"Kenalin, aku Salsabila." Nasya menengok mendengar itu, matanya menatap uluran tangan dari teman barunya ini. Ragu-ragu Nasya membalas jabatan tangan itu lalu menyebutkan namanya.

"Nanti ke kantin bareng, yuk," ajak gadis yang kerap dipanggil Bila oleh teman sekelasnya itu.

Nasya tersenyum mendengar itu, tidak terlalu buruk pikirnya. Sepertinya Bila orang yang baik, semoga Nasya bisa betah bersekolah di sini. Setidaknya ia sudah mendapatkan teman baru dan tidak perlu khawatir lagi tidak mendapat teman, karena Bila sudah siap menjadi teman baiknya selama setahun ke depan.

Sejak perkenalan itu Nasya memulai kehidupan remajanya di sekolah baru, ia mulai mendapatkan satu persatu teman di kelasnya. Rupanya mereka semua orang baik dan asik, meskipun terbilang baru namun mereka tidak canggung dan menganggap Nasya sebagai teman lama.

Mereka mengerjakan tugas dan berkumpul bersama, Nasya merasa ia lebih akrab dengan teman di sekolah barunya ini dibandingkan dengan sekolah lama. Gadis itu merasa begitu diterima di sini, ia seakan-akan mendapat kepribadian barunya ketika mulai bersekolah di SMA Negeri Tiga.

Tidak terasa sudah empat bulan sejak kepindahan Nasya di sekolah barunya itu, ia kini memiliki empat sahabat baru yang super kocak dan humoris. Mereka selalu bersama-sama, seperti saat ini, mereka sedang berkumpul di cafe dekat sekolah.

'Random Cafe' menjadi tujuan mereka karena letaknya yang dekat dengan sekolah dan suasana cafe-nya yang asik dan instagramable  banget. Nasya, Bila dan Dita datang terlebih dahulu, kini ketiganya tengah menunggu Aura dan Zahrah yang katanya sedang terjebak macet.

Aura dan Zahrah memang sedang izin sekolah sehingga membuat dua manusia itu ngaret bukan main. Bila melirik jam tangannya, daritadi ia menggerutu karena menunggu keduanya yang tidak kunjung datang. Bila memang paling tidak bisa diajak menunggu, ia tipe-tipe manusia yang tidak sabaran.

"Aduh, Aura sama Zahra ke mana, sih! Lama banget, deh!" Nasya dan Dita geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang mengeluh sejak tadi.

"Sabar, Bil. Kayak enggak pernah kejebak macet aja lo!" Dita menimpali dengan sewot.

Sedikit Nasya jelaskan bahwa di antara kelimanya, Dita ini lah yang sedikit bar-bar. Meskipun terlihat galak, aslinya gadis itu sangat baik dan bahkan Dita menjadi tempat curhat favorit mereka. Karena gadis itu jiwa ibu-ibunya sudah mendarah daging, apalagi soal menasehati.

"Nah itu dia orangnya," ucap Nasya seraya menunjuk pintu masuk, yang menampilkan dua gadis dengan setelan kasual masuk dengan terburu-buru.

"Sorry-sorry, biasalah macet," ujar Aura dengan senyum gigi kelincinya.

"Aura nih mandinya lama banget, makanya telat, deh," jelas Zahrah setelah duduk di kursi.

"Hehehe, ketiduran," ucapnya tidak tahu diri, gadis itu menyengir kuda ketika melihat ekspresi teman-temannya yang geram padanya.

"Ya udah, yuk dikerjain nanti enggak selesai loh," potong Nasya mengingatkan keempatnya.

Kemudian mereka berlima mulai membahas tugas makalah yang akan mereka presentasikan Minggu depan. Meskipun sifat mereka berbeda-beda, namun kelimanya seolah saling melengkapi. Nasya begitu bahagia mendapatkan teman-teman baru yang membuat rasa traumanya terkubur dengan memori indah, bahkan saat ini ia mulai melupakan sahabat dan mantan kekasihnya.

 
*****

Have a nice day ❣️

Dita, Bila, ZahrahAura dan Nasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dita, Bila, Zahrah
Aura dan Nasya

Agliophobia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang