Jujur

790 30 0
                                    

"Happy Reading"

°°°°°

Rafly duduk sendiri di meja pojok, ia menyesap kopinya yang kini mulai dingin. Gelas kopi bening bergambar luwak itu menampilkan isinya yang sisa setengah. Lelaki itu hanya meminum kopinya dengan hikmat tanpa suara, namun tidak dengan pikirannya yang sedang bergemuruh.

Fakta bahwa ia bukan anak kandung dari ayahnya mampu menjawab semua kebingungan Rafly mengapa perlakuannya dengan Geva berbeda. Ternyata Rafly hanya anak bawaan dari bundanya ketika menikah dengan ayahnya, pantas saja ketika dulu ia ingin meminta sesuatu pasti selalu dilarang oleh ayahnya dengan alibi tidak boleh boros menggunakan uang.

Fakta yang ia ketahui sejak tiga bulan terakhir ini benar-benar membuat Rafly terpukul. Hatinya sakit mengetahui bahwa ayahnya memang tidak menyayanginya karena mereka tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Terbongkarnya fakta itu membuat hubungan antara ayah dan bundanya semakin buruk, kini keduanya sibuk bekerja sampai tidak ingat pulang dan ketika pulang pun hanya mereka habiskan dengan bertengkar lalu berujung dengan ayahnya yang keluar dari rumah.

Rafly memegang kepalanya, rasa pusing seketika menyerang lelaki itu. Tidak seperti biasanya ia mengalami rasa sakit yang benar-benar sakit seperti ini.

Tess ....

Setetes cairan kental berwarna merah jatuh ke meja, Rafly segera menyeka hidungnya yang ternyata mengeluarkan banyak darah. Lelaki itu heran sudah beberapa kali dalam seminggu ini ia mengalami mimisan yang biasanya tidak pernah terjadi.

Ia mengambil beberapa lembar tissue untuk membersihkan sisa-sisa darah tadi, bersamaan dengan itu Rafly merasakan sentuhan di pundaknya. Ia menoleh dan mendapati Alana yang memandangnya khawatir. "Rafly kamu kenapa?"

Alana hendak mengambil alih tissue yang ada di tangan Rafly, namun dengan cepat ia tahan. "Enggak apa-apa."

"Ya ampun kok bisa sampe mimisan, sih?" tanya gadis itu.

"Kecapekan, mungkin." Rafly menjawab sekenanya, ia kemudian berdiri. "Aku ke toilet bentar."

Alana mengangguk, setelah kepergian Rafly ia kemudian duduk berhadapan dengan kursi lelaki itu. Alana melihat ponsel Rafly berdering, menampilkan nama 'Bang Geva' di sana. Sebenarnya Alana ragu untuk menjawab panggilan itu, namun jangan sampai itu telepon penting maka sebaiknya ia menjawab saja telepon itu, pikirnya saat itu.

"Halo," ucap gadis itu setelah menggeser simbol telepon pada ponsel Rafly.

"Lo di mana?"

Alana mengernyit, sepertinya ini telepon dari kakak Rafly. Lelaki itu memang pernah bercerita bahwa ia memiliki kakak laki-laki yang tinggal di luar negeri. "Rafly lagi di toilet, Kak."

Hening sejenak setelah Alana mengatakan itu, terdengar dehaman kecil dari seberang telpon. Kemudian bersuara kembali, "Telpon balik kalau Rafly udah selesai."

Dan panggilan pun terputus begitu saja, Alana menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Hanya begitu saja? Oh yang benar saja, lebih baik tadi ia tidak usah menjawab panggilan itu.

Alana terkejut ketika ponsel Rafly berpindah tangan, ia mendongak dan mendapati pemilik ponsel itu tengah menatapnya. Alana yang tidak enak langsung berkata, "Sorry-sorry tadi ada yang nelpon, aku kira penting makanya langsung aku jawab tanpa minta izin dulu sama kamu."

Agliophobia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang