"Happy Reading"°°°°°
Setelah pertemuan itu keduanya semakin dekat, Rafly sering menyapa Nasya yang notabene adalah tetangga kelasnya. Lelaki itu bahkan dengan berani meminta nomor WhatsApp Nasya dengan alasan agar mudah ketika nanti ada tugas yang tidak dipahami lelaki itu.Bisa dibilang memang Nasya adalah gadis yang pintar, saat perangkingan tahun lalu gadis itu masuk ke dalam peringkat tiga umum terbaik dan kini Rafly memanfaatkan hal itu untuk lebih dekat dengan Nasya.
Rafly semakin sering mengirimi Nasya pesan chat untuk mengajak gadis itu mengerjakan tugas bersama-sama, tidak jarang lelaki itu mengantarkan Nasya pulang dan masih banyak lagi perhatian-perhatian kecil yang mampu membuat hati siapapun akan luluh. Rafly memang tipe yang baik dan perhatian, membuat Nasya nyaman-nyaman saja di dekatnya.
Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa kedekatan mereka sudah berlangsung hampir lima bulan. Bohong jika Nasya tidak memilik rasa tertarik pada Rafly, yang selalu memberikan perlakuan manis padanya. Kedekatan ini sebenarnya adalah hal yang salah, apalagi sampai menumbuhkan rasa cinta yang tidak seharusnya hadir di antara mereka yang jelas-jelas berbeda.
Namun sekuat tenaga keduanya menyangkal tetap hasilnya akan sama, mereka saling mencintai. Keduanya menyerah, mereka memilih untuk mengikuti ke mana alur takdir membawa kisah mereka. Seperti saat ini, keduanya tengah berboncengan menuju rumah Nasya sambil menaiki motor hitam kesayangan Rafly.
Nasya mengeratkan pegangannya pada Hoodie cream yang Rafly kenakan, sesekali ia tertawa mendengar cerita random lelaki itu. Nasya heran, Rafly selalu memiliki bahan cerita yang menarik untuk gadis itu dengarkan. Rafly selalu bisa mencairkan suasana, sehingga membuat Nasya senang.
"Nasya," panggil Rafly.
"Iyah, kenapa?" Nasya mendekatkan wajahnya ke bahu Rafly agar mendengar apa yang ingin lelaki itu katakan.
"Sya, nanti malam kamu ada acara?"
"Enggak ada, sih. Emang kenapa, Fi?" Nasya menjawab seadanya.
"Kamu lupa ya, nanti malam kan ada acara festival seni di sekolah," jelas Rafly, mendengar itu Nasya refleks menepuk jidatnya pelan.
"Ohh, Iyah. Aku lupa."
"Mau nonton bareng aku, enggak?" Rafly menggigit bibirnya, butuh keberanian besar itu bisa mengeluarkan ajakan itu pada gadis yang ia cintai.
"Boleh-boleh." Seulas senyum terukir dari bibir Rafly, ia senang akhirnya jawaban Nasya sesuai dengan ekspektasinya. Tanpa lelaki itu sadari, Nasya pun ikut tersenyum menahan rasa salting yang begitu membabi buta.
Tidak terasa kini keduanya telah sampai di depan rumah Nasya, gadis itu turun dan mengucapkan terimakasih pada Rafly yang mau repot-repot mengantarnya pulang.
"Aku pamit dulu ya, Sya. Nanti malam jam tujuh aku jemput lagi," ucap Rafly, sambil menerima helm yang baru saja Nasya lepas."Oke. Sekali lagi makasih Fi, udah mau nganter aku pulang."
"Iyah, sama-sama. Aku pulang duluan ya, bye, Sya." Rafly tersenyum sebelum benar-benar meninggalkan perkarangan rumah Nasya.
****
Pukul tujuh akhirnya telah tiba, Rafly telah tiba untuk menjemput Nasya. Gadis itu tampak cantik dengan setelah kemeja warna sage yang dipadukan dengan celana berwarna cream, tidak lupa dengan tas selempang yang membuat gadis itu tampak manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agliophobia (Tamat)
Teen FictionMalam itu menjadi malam kelam, awal dari segala kehancuran yang menghampiri hidup Nasya. Awal dari masalah yang menjadi akar dari segala penderitaan yang tak berujung. °°°° "Lo kira dengan selingkuh sama Angga, gue bakal lepasin lo? Gak akan, camkan...