Bab 7

22.6K 2.5K 171
                                    

Masih terus menatap omega di hadapannya. Byeon yang meringkuk di atas ranjang mulai merasa kembali tenang setelah Vein tanpa henti memanggil dan menebar pheromone di sekitarnya. Mengusap rambut yang menutupi dahi omega di depannya. Vein menatap rona merah yang kembali mengisi wajah kecil yang kini telah kembali bernapas secara teratur.

Byeon melepas cengkraman tangan miliknya sendiri di bajunya, menatap pria yang menunduk di sisi ranjang dengan tatapan bingung, apa yang baru saja terjadi pada tubuhnya?

"Ada apa? Sakit?" Vein bertanya, menatap pria kecil yang kembali bergerak untuk duduk.

Memegang pundak Vein sebagai pegangan, Byeon berdiri, "Tidak apa, aku baik."

"Aku panggilkan dokter." Vein baru akan pergi menelpon.

Byeon menolehkan wajahnya ke arah Vein, jika Vein memanggil dokter, apa dia akan ketahuan? Kapsul yang dia minum, jika dokter melakukan pemeriksaan pada tubuhnya dia jelas akan ketahuan.

"Tidak!" Byeon menarik pelan celana milik Vein, Pria di depannya tidak memakai pakaian atas, apa lagi yang bisa ditarik.

Vein yang baru saja akan berbalik kembali menatap pria itu heran. Bukankah baru saja omega di hadapannya kesulitan bernapas. Jelas sekali ada yang tidak benar dengan kondisi tubuhnya. Sekarang dia malah memegang celananya, aneh sekali.

"Ah, buburku!"

Byeon menggeser tubuh besar milik Vein di depannya. Mencoba lari mengalihkan pembicaraan mereka. Vein bukanlah pria yang sepertinya mudah untuk dibohongi. Daripada memikirkan alasan kenapa dia tidak menginginkan dokter untuk memeriksa tubuhnya. Lebih baik pergi secepat mungkin, lari dari dalam ruangan ini menjauh dari Vein untuk sementara.

Keluar dari pintu, Byeon kembali berlari menuruni tangga putar, pergi mendekat ke tempat dimana terakhir kali dia meninggalkan makanannya. Di belakangnya ada Vein yang mengikuti langkah kecilnya.

"Jangan berlarian," kau akan jatuh.

Terlihat jelas di wajahnya kebingungan yang tercetak memenuhi kepalanya. Namun, rasa bingung itu menghilang perlahan. Menatap lurus punggung kecil yang berada di hadapannya. Vein menyadari dia hampir tidak pernah melihat tubuh pria ini dari belakang. Selalunya Byeon berada di samping atau mengikutinya dari belakang. Vein kini menyadari betapa kecilnya bahu pria yang menjadi pasangannya.

Terus mengikuti Byeon yang berlari kecil di depannya, Vein mengamati langkah yang pria ini ambil. Dengan tidak sadar tubuhnya berjaga-jaga agar pria lincah itu tidak tersandung dengan gerakan cepat yang dia ambil.

Sampai di luar dapur, Byeon menatap ruangan yang penuh dengan asap, tubuhnya bergerak masuk, mendekat dengan tergesa membuka panci yang dia tinggalkan. Hangus. Bubur telur miliknya! Seluruh bagian pinggirnya menghitam sempurna.

Vein yang baru tiba, menutup hidungnya karena kumpulan asap mengepul di dapur pribadinya. Menatap omega di hadapannya yang berdiri di belakang api, Vein melebarkan matanya.

"Jangan disentuh!"

Vein menarik Byeon menjauh dari panci panas. Membuat tubuh kecil itu terhuyung mundur menjatuhkan tutup panci ke lantai marmer di bawah.

Vein melihatnya, melirik ke arah kaki dengan lega menghembuskan napas karena omega ini tidak terluka.

"Tunggu di luar, jangan menyentuh hal yang berbahaya."

Vein berbalik menatap pria yang satu kepala lebih pendek darinya. Tangannya mendorong pelan tubuh kecil yang masih menatap panci bubur dengan tatapan nanar.

Byeon mengusap perutnya, dia menginginkan buburnya.

Vein menatap wajah ingin menangis pria di hadapannya. Ada apa?

[Edit] Heavenly Pregnant Pair [M] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang