Bab 12

26.4K 2.6K 142
                                    

Vein mengedipkan matanya, tanpa sadar air mata turun melewati pipinya. Ada apa?

Bukankah sakit bersama dengannya? Bukankah melelahkan hidup dengan pria sepertinya? Lalu kenapa? Kenapa pria ini masih ingin berada di sampingnya?

Bangkit dari tempat duduknya, Vein membuat semua orang di ruangan terkejut dengan apa yang dia lakukan. Alpha itu memeluk erat pria kecil yang terduduk di atas ranjang. Vein merengkuh tubuh kecil omeganya erat.

"Aku--"

Vein tidak bisa meneruskan kata-katanya, dia hanya diam merasakan hangat menyebar ke seluruh tubuhnya. Merasakan detak jantung pasangannya. Kenapa Vein melewatkan ini semua.

Vein menangis tertahan. Menyembunyikan wajahnya di sisi leher pria kecil di pelukannya. Byeon terkubur sepenuhnya dalam pelukan.

"Maafkan aku."

"Byeon, maafkan aku."

Byeon yang terkejut, merasakan jantungnya berdetak kuat. Pria besar ini menangis seperti bocah. Namun, perasaan ini, Byeon menutup matanya, tidak membalas pelukan maupun menolaknya.

Seperti lilin mati yang perlahan menyala. Api memercik ke seluruh dada. Byeon merasa ingin menangis. Apa yang terjadi?

Omega itu merasakan matanya basah, ini bukan kemauannya, air mata itu hadir dengan sendirinya.

Membasahi seluruh pundak Vein yang berada di depannya. Tanpa di duga yang lebih kecil ikut menangis keras. Byeon membalas erat pelukan dari alpha di depannya, itu bergerak dengan sendirinya. Ruangan yang awalnya tenang, kini penuh dengan isak tangis raungan keras darinya.

Vein mendekap erat tubuh ringkih di depannya. Mengabaikan pandangan sedih dan bahagia dari kedua keluarga di belakangnya. Mereka semua tahu. Kedua orang di sana memang ditakdirkan oleh surga dengan jalan yang tidak terduga.

...

Vein duduk di sisi ranjang yang Byeon gunakan. Pria kecil ini tertidur sepanjang siang setelah menangis lama. Tidak tahu apa alasannya, Byeon yang sebelumnya marah besar, namun sekarang pria kecil ini jauh lebih tenang, omega memang tidak dapat di tebak suasana hatinya.

Vein bersyukur dengan keadaan ini, paling tidak omeganya masih bersamanya.

Kedua keluarga memutuskan untuk meninggalkan keduanya di dalam ruangan. Memberi tempat bagi mereka untuk berterus terang dengan perasaan pribadi masing-masing.

Mengelus telapak tangan pria di depannya perlahan. Vein mengalihkan pandangannya pada bagian perut yang tertutup selimut.
Pria kecil ini miliknya. Bayi di dalam tubuhnya adalah anaknya. Vein memiliki keluarga yang sempurna. Apa lagi yang dia butuhkan. Mengapa dia berpikir bahwa Byeon merupakan pria yang menjengkelkan sebelumnya. Mengapa dia tidak mencari tahu hal apa yang tidak terlihat di matanya.

Vein mencintai Tan sebelumnya, meninggalkan omeganya hanya demi cinta lama. Bodohnya dia.

"Maafkan aku."

Vein berulang kali mengatakannya, namun kali ini, Byeon yang tertidur sama sekali tidak mendengar.

Mengecup pelan punggung tangan halus di genggamannya. Vein lah yang sebenarnya tidak pantas bersama pria kecil di depannya.


Dia egois, Vein ingin memiliki semuanya, itulah yang menghancurkan hubungan antara dia dan Byeon.

Menutup matanya pelan, Vein mendudukkan kepalanya bersandar pada kasur ranjang menatap ke wajah halus yang tertidur nyenyak.

[Edit] Heavenly Pregnant Pair [M] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang