Bab 21

25.8K 2.5K 288
                                    

Hamparan hijau gelap rumput setinggi mata kaki tertiup angin terlihat di sepanjang mata memandang. Di belakangnya, sebuah gunung memerah yang terkena cahaya gelap dini hari terlihat gagah tanpa cela. Burung berterbangan, beberapa kelinci sepertinya dengan sengaja melompat lebih dekat di sekitar bunga.

Angin dingin setelah hujan berhembus meniup kulit keduanya pelan. Vein mengeratkan gendongan bridal miliknya, menghalau angin dingin pagi agar tidak terlalu banyak mengenai tubuh kecil yang terbungkus selimut.

Memandang ke sekelilingnya. Putih biru dan merah bunga liar yang tumbuh tegak di antara semak mengalihkan pandangannya. Cantik sekali. Sudah lama dia tidak berada di tempat ini. Semuanya telah berbeda.

"Kenapa berhenti?" Byeon hanya merasa bahwa keduanya kini berhenti cukup lama, apa yang ada di sekitarnya? Dia tidak dapat melihat apapun dari kedua bola matanya.

"Tidak ada, bukankah cukup segar di tempat ini."

Byeon melihat ke atas, sedikit cahaya memasuki matanya yang buram, angin yang mengenai kulit wajahnya terasa lebih dingin, namun tangan besar pria yang menggendongnya sepertinya mengerat. Sebenarnya cukup hangat.

Byeon kembali mengingat mimpinya yang lalu, dia dan seseorang yang miril dengannya. Apakah pemilik tubuh asli?

Di dalam mimpinya Byeon memiliki sebuah potongan daun, orang di hadapannya juga memiliki hal yang sama. Keduanya memiliki separuh dari keseluruhan. Itu satu kesatuan. Sebenarnya apa arti di dalamnya? Mimpi adalah bunga tidur, namun beberapa mimpi merupakan sebuah petunjuk yang nyata. Byeon tidak percaya hal magis, namun kejadian yang diputar berulang kali di otaknya ketika dia tidak sadarkan diri tentu bukan merupakan sebuah kebetulan. Apalagi dirinya telah melalui satu kematian sebelumnya. Bukankah Tuhan dan surga itu benar adanya.

Vein kembali berjalan. Itu membuat Byeon lepas dari lamunannya.

"Akan kemana?"

Alpha itu tidak menjawab, Vein yang terus berjalan mengabaikan Byeon untuk kejutan yang disiapkan. Alpha itu dapat melihat berbagai pohon di seluruh tempat yang memiliki buah matang di dahannya. Kamp militer memiliki apel di seluruh tempat. Namun, di tempat ini Vein dapat melihat berbagai jenis buah dengan warna berbeda. Ini karena para anggota militer senang untuk memakan buah di dekat hutan belakang kamp. Mereka membuang biji buah di segala tempat. Tanpa di sangka biji mulai tumbuh di tanah, kini kamp militer memiliki taman buah gratis yang jarang dikunjungi.

Vein tertawa.

"Suami? Apa yang lucu?"

Mengalihkan pandangannya pada pria kecil di dekapannya yang mengusap mata menahan kantuk, Vein sedikitnya merasa gemas, namun dia kembali tersenyum sedih. Byeon yang tidak dapat melihat tentunya tidak akan mengetahui apa yang dia tertawakan.

"Tidak ada," Vein kembali berjalan pelan, "Ingin makan buah?"

Pria yang lebih kecil menegakkan kepalanya, menatap ke sumber suara, "Apa ada?"

Vein berdehem pelan, "Apa yang ingin di makan?"

"Apa yang kau punya?"

Vein ingin tertawa, semua pertanyaan yang dia berikan dibalas dengan pertanyaan lainnya. "Aku punya segalanya. Apa yang ingin kau makan?"

"Beri aku beberapa loquat."

Vein mengalihkan pandanganya. Menatap beberapa bulatan kuning di sebuah dahan rendah, "Duduk di sini sebentar." Vein meletakkan Byeon di salah satu bangku khusus yang dapat mengering cepat dengan sendirinya. Hujan yang terjadi kemarin malam telah kering sepenuhnya. Berterima kasih kepada teknologi terbaik kekaisaran. Semua yang ada di dunia ini telah diperhitungkan kurang dan lebihnya.

[Edit] Heavenly Pregnant Pair [M] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang