Bab 3

22.6K 2.4K 89
                                    

Menatap omega yang duduk dengan patuh menatapnya, Vein kembali meneguk ringan air dari cangkir sebelah kanan. Byeon tidak mengatakan apapun di sela makannya, hanya mulai menunduk menikmati hidangan dengan tenang. Tidak ada celotehan ataupun omelan karena Vein terlambat pulang.

Sebagai marshal di kekaisaran, Vein tentu memiliki banyak hal penting yang harus dia lakukan. Pulang ke rumah besar ini sebenarnya hanya untuk makan dan tidur karena kewajiban dengan seorang omega, tentu tidak menjadi masalah.

Namun, disinilah letak tidak nyamannya, karena adanya istri kecil sebagai sebutan pasangan hidup pihak bawah yang dinikahi. Pulang ke rumah miliknya selama beberapa bulan ke belakang kini malah menambah beban pikiran dengan banyaknya omelan yang dilayangkan padanya oleh Byeon.

Namun, malam ini berbeda, Byeon lebih tenang dari air di kolam ikan luar, cara makannya masih sama, sopan dan teratur. Tapi tidak ada percakapan di sela makan, entah kenapa sedikit, sepi. Menatap piringnya sendiri, kini Vein secara tidak sadar harus mulai terbiasa menikmati hidangan di hadapannya dengan cara yang berbeda.

...

Selesai dengan acara makan keduanya. Vein mulai memperhatikan Byeon yang duduk patuh diam di tempat menatap lurus padanya, "Apa lagi yang ingin kau katakan?"

Menunggu lama, Vein mulai bosan ditatap, tidak ada respon. Merasa tidak penting, tubuhnya kemudian berdiri dari kursi. Vein akan kembali ke kamar sebelum kemudian dihentikan dengan sebuah kalimat.

"Suami, dimana aku meletakkan dompet emas milikku?"

Byeon harus menanyakannya, jika dia tidak bertanya tentang keberadaan dompet emas miliknya, hartanya, bagaimana dia bisa keluar dari rumah ini?

Vein membalikkan tubuh tingginya. Menatap heran omega kecil yang masih duduk tenang menggunakan pakaian miliknya. Dompet emas? Maksudnya uang?

"Apa maksudmu?"

Jadi, karena inilah dia bersikap tenang lebih dari biasanya, benar sekali dugaan Vein padanya. Byeon masih sama dengan sebelumnya, tidak ada yang berbeda, pemboros kecil ini hanya bertingkah baik jika menginginkan sesuatu darinya.

Vein merapatkan kedua lengan kekarnya di depan dada, menunjukkan betapa tingginya status alpha dan posisi yang dia punya di keluarga, "Tidak lagi menghabiskan uangku untuk hal yang tidak berguna, aku telah memberimu lebih dari cukup hanya untuk kau habiskan dalam satu malam." Vein menatap marah pada pria di seberang meja.

"Jika menginginkan uang maka bekerja, jangan mengemis padaku." membalikkan tubuhnya, Vein keluar dari ruang makan diikuti oleh beberapa pelayan di belakang yang menonton bagaimana pria kecil itu mendapatkan amarah dari tuan mereka, beberapa berbisik, yang lainnya terkikik, ada pula yang ikut sedih dengan kejadian ini. Byeon tidak melihatnya.

Byeon masih melongo di tempat duduknya. Kapan dia menghabiskan banyak uang? Ah benar, pemilik tubuh asli yang menghabiskannya.

Setelah mendapatkan hasil dengan tangan kosong, akhirnya Byeon mengerti seperti apa hubungan keduanya di dalam pernikahan.

Pemilik asli tubuh dan suaminya tidak akur. Bisa di bilang keduanya tidak mencintai satu sama lain. Atau mungkin hanya dia yang mencintai pria itu?

Lalu bagaimana nasibnya sekarang?

Dia harus bekerja? Di mana dia harus bekerja? Astaga, dompet emas, kenapa aku harus memulai kehidupan baru tanpa uang?!

[Edit] Heavenly Pregnant Pair [M] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang