1| Pertemuan pertama!

477 32 0
                                    

Assalamu'alaikum

Alo bestie! Ketemu lagi sama saya, hehe.

Terimakasih buat kalian yang udah baca cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen setiap paragrafnya biar aku semangat nulisnya.

Semoga kalian suka.

-Happy reading-

'Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban'
"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
-Rafandra Iskandar Taqi'-

Pagi yang cerah, di hari yang dinanti-nantikan oleh santriwan maupun santriwati telah tiba. Hari ini adalah hari kepulangan Ning Hawa dari Turki, selepas sholat subuh terlihat semua santri tengah sibuk mempersiapkan penyambutan kepulangan Ning mereka.

"Pagi, Kang Rafa." sapa Gus Yusuf.

Muhammad Yusuf Maulana Al-abshor adalah putra sulung dari Gus Zayyan dan Ning Cahya. Gus Yusuf lebih memilih mengabdikan dirinya untuk mengajar di pesantren Abah nya ini.

"Eh Gus Yusuf, pagi juga."

"Kang, lagi ngapain sih?" tanya Gus Yusuf.

"Ini Gus, saya lagi nulis susunan acara buat nanti siang." jawab Kang Rafa.

"Wih sip sip," ucap Gus Yusuf. "Btw, sebelumnya njenengan udah pernah ketemu adek ku belum, Kang?" lanjutnya.

"Pernah ketemu satu kali, Gus." ucap Kang Rafa.

"Kang, nanti tak kenalkan sama Ning Hawa ya? Mau kan njenengan? Masa nda mau sih, dikenalin sama orang guelis." pinta Gus Yusuf.

"Insyaallah, Gus." jawab Kang Rafa. "Tapi saya malu," ucap Kang Rafa pelan.

"Gak usah malu, Kang. Ning Hawa ramah kok anaknya, tapi agak jail sih." ucap Gus Yusuf sambil tersenyum mengingat kalo adiknya itu sering kali menjaili Gus Yusuf.

"Kan itu kalo sama Gus Yusuf, kalo sama orang lain pasti beda sikapnya, Gus."

"Bener juga, Kang. Saya malah nda kepikiran, tapi saya berharap jika adik ku itu bisa berjodoh dengan njenengan kelak." ucap Gus Yusuf. Kang Rafa yang mendengar itu pun hanya mengamini dalam hatinya, semoga apa yang di ucapkan orang Gus Yusuf di ijaba oleh Allah SWT. Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-nya.

"Si Akang senyum-senyum bae, nanti ke sambet baru tahu rasa." ucap Gus Yusuf menggoda Kang Rafa.

"Apaan sih, Gus. Orang nda senyum terus kok,"

"Jangan bilang njenengan salting, Kang?" tanya Gus Yusuf.

"Nggak, Gus."

"Nggak salah maksud njenengan, kan?" ucap Gus Yusuf sambil terkekeh, lagi-lagi Gus Yusuf menggoda Kang Rafa.

"Aamiin, semoga aja ya Gus." Kang Rafa tiba-tiba berucap seperti itu kepada Gus Yusuf.

"Iya Kang, percaya akan takdir Allah saja." ucap Gus Yusuf. "Kang, udah dulu ya. Nanti dilanjut lagi, saya mau ke ndalem dulu, Assalamu'alaikum." pamit Gus Yusuf.

"Iya Gus, Wa'alaikumussalam." ucap Kang Rafa sambil menggelengkan kepalanya, ia sudah biasa akan kejailan Gus Yusuf kepadanya.

Setelah selesai menulis susunan acara, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Kang Rafa. "Kang Rafa," panggil Ustad Yasir.

"Iya Ustad. Ada apa nggih, kok tiba-tiba manggil saya?" tanya Kang Rafa.

"Gimana susunan acaranya, Kang? Apa sudah selesai?" tanya Ustad Yasir.

"Alhamdulillah, sudah tad." ucap Kang Rafa.

"Boleh saya lihat, Kang?"

"Inggih tad, saya ambilkan dulu." Kemudian Kang Rafa mengambilkan buku catatan itu untuk diberikan kepada Ustad Yasir.

Tak lama kemudian Kang Rafa menghampiri Ustad Yasir, "Maaf tad agak lama, ini susunan acaranya." ucap Kang Rafa.

"Iya Kang gakpapa, sebentar saya cek dulu susunan nya." jawab Ustad Yasir. "Kira-kira siapa yang mau jadi pembawa acaranya ya, Kang?" tanya Ustad Yasir.

"Waduh kalo soal itu saya nda tahu, tad." ucap Kang Rafa.

"Kalo pembaca acaranya sampean aja gimana, Kang?" ucap Ustad Yasir menyampaikan usulannya.

"Inggih tad, saya aja yang jadi pembawa acaranya." jawab Kang Rafa.

* * *

Ning Hawa sudah kembali ke Indonesia setelah 5 tahun ia kuliah di Turki. Dan sekarang ia sudah berada di depan gerbang pesantren Abahnya, suasana pesantren hilir mudik, sangat-sangat rame, ia kemudian berjalan memasuki pondok pesantren itu.

Saat Ning Hawa berjalan menuju aula penyambutan, tiba-tiba ia tak sengaja menubruk seseorang.

Brukkk!

"Astaghfirullah," gumam Ning Hawa. "M-maaf, saya gak sengaja." Maafnya pada lelaki itu. Lelaki yang di tubruk oleh Ning Hawa tak lain adalah Kang Rafa.

Kang Rafa hanya membalasnya dengan senyuman, lalu ia bergegas pergi.

Setelah sampai di aula, Kang Rafa pun langsung mengambil mikrofon. Lalu menaiki panggung untuk segera membuka acara tersebut.

Ning Hawa yang sudah di nanti-nanti pun langsung menaiki panggung. Kang Rafa sontak berbinar ketika melihat siapa yang maju.

Degg!

"Dia kan yang tadi menubruk aku waktu menuju ke aula," batin Kang Rafa. "Pasti itu Ning Hawa, subhanallah cantik sekali." lanjutnya dalam hati.

'Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban'

"Astaghfirullah," ucap Kang Rafa setelah pikirannya nglantur kemana-mana.

Kini acara demi acara telah selesai, sebagian dari tamu undangan sudah pulang dan masih ada pula yang mengobrol dengan tamu yang lainnya.

Kang Rafa memperhatikan sekeliling, ia melihat Gus Yusuf yang sedang duduk sendiri di sana. Kemudian Kang Rafa menghampiri Gus Yusuf.

"Gus, njenengan nda ke ndalem?" tanya Kang Rafa.

"Bantar lagi Kang," jawab Gus Yusuf. "Bocah itu kayak beda gitu ya, Kang?" tanya Gus Yusuf.

"Beda kayak gimana, Gus? Mungkin dia kecapekan aja Gus, nanti juga balik seperti semula." ucap Kang Rafa menenangkan Gus Yusuf.

Btw Kang Rafa sama Gus Yusuf udah lama sahabatan ya. Rafandra Iskandar Taqi' adalah putra dari sahabat ayahnya, yaitu Gus Zayyan. Ia adalah putra KH. Malik Iskandar dan Umi Zulaikha, beliau adalah Kyai terkenal dari Yogyakarta. Sejak umur 12 tahun Kang Rafa sudah di pondok kan di Pesantren Al-fatah ini. Hanya Gus Yusuf yang mengetahui jika Kang Rafa adalah seorang Gus. Namun, Kang Rafa tidak mau jika mereka mengetahui status nya, Kang Rafa tidak mau jika mereka bersikap berlebihan dan gila hormat padanya. Kang Rafa hanya ingin menjadi santri biasa seperti kebanyakan santri disini.

Back to story!

"Iya Kang, tapi-" belum selesai melanjutkan kalimatnya. Gus Yusuf harus menghentikan ucapannya karena mendengar deheman seseorang.

Khemm!

Bersambung...

Ku Tunggu Qolbitu mu, Gus!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang