Assalamualaikum
Alo bestie!
Terima kasih buat kalian yang udah baca cerita ini.
Jangan lupa vote dan komen setiap paragrafnya biar aku semangat nulisnya.Semoga kalian suka
-Happy reading-
Pernikahan itu bagaikan iman, tidak cukup hanya dengan ma'rifatun bil qalbi wa qaulun bil lisan, tapi harus dibuktikan dengan amalan bil arkan.
—Rafandra Iskandar Taqi'—"Target nikah umur berapa, Ning?" tanya Kang Rafa mulai serius ke pembicaraan.
"Insya Allah, 25." ucap Ning Hawa. "Eh, nggak tahu juga, kang. Kan Allah yang mempunyai kekuasaan atas hamba-Nya." ucap Ning Hawa.
"Kalau semisal ada yang ngelamar hari ini apakah akan njenengan terima?"
"Lihat siapa dulu yang ngelamar, kalau orangnya baik, berpendidikan, dan bisa menuntun aku ke jalan yang di ridhoi Allah, akan aku terima." ucap Ning Hawa. What aku? Wih Ning Hawa udah aku-aku an sama Kang Rafa, haha.
"Kang Rafa sendiri ada niatan buat nikah muda?" tanya Ning Hawa.
"Ada, Ning. Tapi pertanyaannya ku, apakah aku sudah siap?" ucap Kang Rafa yang semakin serius. "Pernikahan itu bagaikan iman, tidak cukup hanya dengan ma'rifatun bil qalbi wa qaulun bil lisan, tapi harus dibuktikan dengan amalan bil arkan. Bukan begitu, Ning?" tanya Kang Rafa.
"Nggih Kang."
"Kalau kriterianya Ning Hawa gimana?" tanya Kang Rafa.
"Sederhana saja Kang. Semoga kelak yang menjadi jodohku adalah seseorang yang taat pada Allah, yang bisa membimbing, mendidik, serta menuntun aku ke jalan yang Allah ridhoi dan tentunya sayang keluarga." ucap Ning Hawa. "Udah dulu ya, Kang. Saya pamit, assalamualaikum." pamitnya untuk menghindari fitnah karena berdua-duaan dengan yang bukan mahramnya.
"Waalaikumsalam." jawab Kang Rafa.
* * *
"Kang Rafa!" panggil Gus Yusuf.
"Dalem, Gus. Pripun?" tanya Kang Rafa.
"Ikut aku yok!" ajak Gus Yusuf to the points.
"Mau kemana, Gus?" tanya Kang Rafa lagi.
"Ke kafe, ayok buruan." ucap Gus Yusuf agak memaksa.
"Ya udah, ayok Gus." kemudian Kang Rafa mengikuti Gus Yusuf menuju mobilnya. Ning Hawa dan Gus Abid juga sudah berada di dalam mobil, mereka berdua sedang membahas boneka.
Kang Rafa mengikuti langkah Gus Yusuf yang masuk ke dalam kafe yang cukup ramai. Setelah urusan pesan memesan beres, mulailah percakapan antara Gus Yusuf dan Kang Rafa.
"Kang, kabar Ning Iza bagaimana?" tanya Gus Yusuf.
"Alhamdulillah baik, Gus." ucap Kang Rafa. Selanjutnya kami berempat memakan makanan yang telah dipesan tadi dengan diam tanpa mengeluarkan suara.
Ning Hawa melamun, ia sedang berpikir tentang kejadian hari ini, meruntutkan secara rapi dalam otaknya. Setelah ia tersadar, Ning Hawa hanya tinggal berdua dengan Kang Rafa. Dimana keberadaan Gus Yusuf dan Gus Abid? Kemana abang nya itu pergi. Kang Rafa yang melihat Ning Hawa kebingungan pun tersenyum dan mengatakan, "Gus Yusuf pamit ke kamar mandi dulu, Ning. Katanya mau nganterin Gus Abid." terang Kang Rafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku Tunggu Qolbitu mu, Gus!
No FicciónWajib follow sebelum membaca cerita ini! Save cerita ini ke perpustakaan kamu!💙 Rafandra Iskandar Taqi' adalah putra KH. Malik Iskandar dan Umi Zulaikha, beliau adalah Kyai terkenal dari Yogyakarta. Kang Rafa adalah salah satu santri ndalem keperca...